Menko Luhut Fokus Bangun Konektivitas Kawasan Ekonomi Khusus
A
A
A
BANDUNG - Pemerintah saat ini sedang menggagas konektivitas jalur transportasi kawasan ekonomi khusus (KEK). Salah satunya menghubungkan KEK di Bekasi, Karawangan dan Purwakarta dengan Pelabuhan Patimban.
(Baca Juga: Berdaya Saing, Bekasi Cikarang Dikaji Jadi Kawasan Ekonomi Khusus
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini kementeriannya sedang fokus membangun konektivitas KEK agar akses barang dari kawasan industri murah dan efisien.
"Sekarang saya lagi mengurusi kawasan ekonomi khusus, yang intinya memberikan kemudahan bagi investor supaya mereka lebih efisien bekerja," kata Luhut usai memberikan Kuliah Umum di Kampus Unpad, Kota Bandung, Jumat (3/11/2017).
Menurut dia, KEK tersebut memungkinkan terhubung dengan Pelabuhan Patimban di Subang. Pelabuhan tersebut nantinya menjadi ujung tombak pengiriman dan kedatangan barang dari kawasan industri.
Saat ini, lanjut dia, konsep tersebut masih dalam pembahasan di kementeriannya. Dia berharap dalam waktu dekat bisa segera rampung. "Lagi di studi oleh Pak Ridwan (Deputi), dalam dua minggu ini nanti kita lihat konsepnya seperti apa," ujar dia.
Menurut Luhut, dengan konektivitas itu, dia berharap bisa memberikan nilai tambah bagi para investor. "Supaya nilai tambahnya buat kita juga lebih bagus, karena mereka juga enggak minta ada fiskal atau insentif," pungkas dia.
Dalam paparan kuliah umumnya, Ia mengakui, transportasi di Indonesia belum cukup efisien. Transportasi yang tidak efisien itu menyebabkan biaya logistik tidak murah. Terkoneksinya Patimban dengan KEK, diharapkan dapat memangkas biaya transportasi yang selama ini ditanggung pengusaha.
Selama ini, ekspor dan impor barang dari wilayah Jawa Barat (Jabar) masih terpusat di Pelabuhan Tanjung Priok. Sementara, daya tampung di pelabuhan itu semakin menurun. Di sisi lain, pengusaha harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk pengiriman barang karena macet dan panjangnya jalur pengiriman.
Sebagai negara maritim, lanjut dia, Indonesia mestinya memanfaatkan laut sebagai basis transportasi. Selama ini, kata Luhut, 70% perdagangan dunia berada di Asia Pasifik dan 45% ada di laut. Sementara, Indonesia yang memiliki banyak perbatasan laut, masih sangat minim pemanfaatannya.
"Kita baru eksplorasi 8-9% potensi laut dari potensinya sekitar USS1,33 triliun per tahun. Masih kecil sekali. Dari potensi yang sudah termanfaatkan, mayoritas masih terpusat di Pulau Jawa sebesar 58% dan Sumatera 22%. Sisanya beberapa pulau lainnya. Ini lah yang sekarang sedang kami upayakan," jelas dia.
(Baca Juga: Berdaya Saing, Bekasi Cikarang Dikaji Jadi Kawasan Ekonomi Khusus
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, saat ini kementeriannya sedang fokus membangun konektivitas KEK agar akses barang dari kawasan industri murah dan efisien.
"Sekarang saya lagi mengurusi kawasan ekonomi khusus, yang intinya memberikan kemudahan bagi investor supaya mereka lebih efisien bekerja," kata Luhut usai memberikan Kuliah Umum di Kampus Unpad, Kota Bandung, Jumat (3/11/2017).
Menurut dia, KEK tersebut memungkinkan terhubung dengan Pelabuhan Patimban di Subang. Pelabuhan tersebut nantinya menjadi ujung tombak pengiriman dan kedatangan barang dari kawasan industri.
Saat ini, lanjut dia, konsep tersebut masih dalam pembahasan di kementeriannya. Dia berharap dalam waktu dekat bisa segera rampung. "Lagi di studi oleh Pak Ridwan (Deputi), dalam dua minggu ini nanti kita lihat konsepnya seperti apa," ujar dia.
Menurut Luhut, dengan konektivitas itu, dia berharap bisa memberikan nilai tambah bagi para investor. "Supaya nilai tambahnya buat kita juga lebih bagus, karena mereka juga enggak minta ada fiskal atau insentif," pungkas dia.
Dalam paparan kuliah umumnya, Ia mengakui, transportasi di Indonesia belum cukup efisien. Transportasi yang tidak efisien itu menyebabkan biaya logistik tidak murah. Terkoneksinya Patimban dengan KEK, diharapkan dapat memangkas biaya transportasi yang selama ini ditanggung pengusaha.
Selama ini, ekspor dan impor barang dari wilayah Jawa Barat (Jabar) masih terpusat di Pelabuhan Tanjung Priok. Sementara, daya tampung di pelabuhan itu semakin menurun. Di sisi lain, pengusaha harus mengeluarkan biaya lebih besar untuk pengiriman barang karena macet dan panjangnya jalur pengiriman.
Sebagai negara maritim, lanjut dia, Indonesia mestinya memanfaatkan laut sebagai basis transportasi. Selama ini, kata Luhut, 70% perdagangan dunia berada di Asia Pasifik dan 45% ada di laut. Sementara, Indonesia yang memiliki banyak perbatasan laut, masih sangat minim pemanfaatannya.
"Kita baru eksplorasi 8-9% potensi laut dari potensinya sekitar USS1,33 triliun per tahun. Masih kecil sekali. Dari potensi yang sudah termanfaatkan, mayoritas masih terpusat di Pulau Jawa sebesar 58% dan Sumatera 22%. Sisanya beberapa pulau lainnya. Ini lah yang sekarang sedang kami upayakan," jelas dia.
(akr)