10 Pengusaha Startup Perempuan dengan Nilai Usaha Rp13,49 Triliun
A
A
A
NEW YORK - Era digital telah membuat kewirausahaan yang berbasis teknologi dan inovatif kian berkembang pesat. Bisnis rintisan yang dalam arfiah Inggrisnya disebut startup bahkan mulai menggusur perusahaan-perusahaan besar konvensional.
Namun satu dari 10 unicorn, startup yang memiliki nilai lebih dari USD1 miliar atau setara Rp13,4 triliun (estimasi kurs Rp13.492/USD) didirikan oleh perempuan. Meski perbandingannya sedikit, perusahaan rintisan yang didirikan perempuan merupakan yang paling inovatif di dunia.
Terdapat 10 pengusaha startup dengan nilai usaha lebih dari USD1 miliar. Dan bagaimana mereka bisa sampai dipuncak, berikut petikannya dari CNN Money, Sabtu (4/11/2017).
Adi Tatarko, Houzz
Nilai perusahaan: USD2,3 miliar (Rp31 triliun)
Perusahaan aplikasi pertama mengenai dekorasi rumah, Houzz menempati daftar pemuncak. Didirikan oleh Adi Tatarko bersama suaminya Alon Cohen, setelah mereka berjuang untuk mengkomunikasikan idenya kepada arsitek dan desainer selama merenovasi rumahnya.
Dari sana, lalu pada tahun 2009, pasangan asal Israel yang menetap di Amerika Serikat lalu meluncurkan situs web yang menampilkan gambar untuk mengilhami dekorator rumah menginformasikan dan menghubungkannya dengan konstruktor profesional.
Setahun kemudian, Houzz merilis aplikasi pertama mereka. Saat ini, platform mereka memiliki jutaan gambar dan mencakup banyak hal, termasuk bagaimana pengguna dapat membeli perabotan dan produk untuk dekorasi rumahnya. Tatarko yang menjabat sebagai CEO kini memiliki 40 juta pengguna aktif aplikasi Houzz.
Tianyue Yu, Sistem Quanergy
Nilai perusahaan: USD1,6 miliar (Rp21,5 triliun)
Tianyue Yu merupakan salah satu pendiri Quanergy Systems, perusahaan yang membuat teknologi penginderaan 3-D yang digunakan untuk kendaraan tanpa awak (driverless).
Yu memiliki gelar bidang fisika dan kimia dari Universitas Sains dan Teknologi China, serta gelar PhD dalam nanomaterials dan nanoteknologi dari Cornell University di New York, Amerika Serikat.
Dia memegang lebih dari 15 paten di bidang penginderaan dan nanoteknologi. Quanergy dinobatkan sebagai salah satu dari 50 smartest companies oleh MIT Technology Review di tahun 2017.
Jessica Alba, The Honest Company
Nilai perusahaan: USD1,6 miliar (Rp21,5 triliun)
Nama Jessica Alba selama ini dikenal sebagai aktris, namun dirinya seorang pengusaha dan pendiri The Honest Company. Gagasan untuk memulai usahanya, yaitu menjual produk rumah tangga dan bayi yang tidak mengandung toxic (produk beracun).
Ide ini datang saat Alba sedang hamil dan membaca buku "Healthy Child, Healthy World" dan belajar tentang bahan kimia beracun yang banyak ditemukan di produk rumah tangga dan bayi.
Lantas ia memulai bisnis ini. Namun pada 2015, Jessica tersandung masalah. Pelanggan mengeluhkan salah satu produk tabir suryanya tidak efektif, kemudian mempostingnya di media sosial. The Honest Company bersikukuh bahwa produk tabir suryanya efektif. Dalam sidang pengadilan pada awal tahun 2017, akhirnya perusahaan Jessica Alba setuju untuk membayar USD1,6 juta alias Rp21,5 miliar untuk menyelesaikan tuntutan hukum.
Patricia House, C3 IoT
Nilai perusahaan: USD1,4 miliar (Rp18,8 triliun)
Patricia House adalah co-founder dan wakil ketua C3 IoT, perusahaan penyedia platform kecerdasan buatan dan Internet of Things.
House memulai bisnis di tahun 2009, setelah sebelumnya mendirikan perusahaan perangkat lunak lain. Selain sebagai pengusaha, ia juga seorang penulis, dengan bukunya "Aturan Cyber", panduan tentang bagaimana membuat bisnis internet yang sukses.
C3 IoT mengumpulkan pundi-pundi USD70 juta (Rp944 miliar) pada tahun 2016. Tahun 2017 ini, ia memenangkan kontrak senilai USD25 juta (Rp335 miliar) untuk memantau penggunaan energi oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Amy Pressman, Medallia
Nilai perusahaan: USD1,2 miliar (Rp16,19 triliun)
Medallia adalah perusahaan yang didirikan oleh Amy Pressman pada tahun 2001, menjual perangkat lunak yang membantu perusahaan menangkap umpan balik alias feedback dari pelanggan.
Pressman tumbuh di Massachusetts, Amerika Serikat dan mengatakan bahwa dia selalu menyukai penjualan. Dia belajar sejarah di Universitas Harvard dan kemudian mengajukan diri untuk menjadi penjaga perdamaian di Honduras.
Usai meninggalkan tugasnya menjadi penjaga perdamaian, ia banting setir menjadi pengusaha, karena memang tertarik memiliki bisnis. Pressman memiliki gelar MBA dari Stanford, dan telah bekerja untuk Goldman Sachs dan di Capitol Hill.
Yang menarik, ia memiliki keinginan kuat yang melampaui bisnisnya: Pressman pernah menyelesaikan perjalanan sepeda lintas benua sepanjang 4.200 mil.
Sarah Leary, Nextdoor
Nilai perusahaan: USD1,1 miliar (Rp14,84 triliun)
Sarah Leary dibesarkan di sebuah kota kecil di Massachusetts, Amerika Serikat, dimana semua orang saling mengenal antar tetangga. Saat tumbuh dewasa, Leary khawatir masyarakat mendatang kehilangan rasa komunitas lokal mereka alias saling beranjang sana. Ketakutan ini membantunya mewujudkan aplikasi Nextdoor.
Aplikasi ini adalah jaringan sosial pribadi yang memungkinkan antar tetangga untuk terhubung. Sehingga bisa digunakan untuk saling membantu antar tetangga, seperti menemukan orang di sekitar yang mau mengasuh anak tetangganya atau melakukan pertemuan jamuan lingkungan alias arisan.
Leary mendirikan perusahaan dengan Nirav Tolia, David Wiesen dan Prakash Janakiraman pada tahun 2010. Aplikasi ini telah berkembang dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya. Bahkan kini sudah digunakan di 160 ribu lingkungan di Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda.
Melissa Yang, Tujia
Nilai perusahaan: USD1 miliar (Rp13,49 triliun)
Melissa Yang adalah salah satu pendiri Tujia, sebuah situs web yang sering digambarkan sebagai Airbnb-nya China. Dia lulus dari Universitas Tsinghua dengan gelar ilmu komputer dan melanjutkannya ke Amerika Serikat.
Saat tinggal di Seattle, negara bagian Washington, AS, pada tahun 2006, Yang mendirikan Escapia, sebuah startup yang menyediakan perangkat lunak penyewa liburan. Ia langsung menangkap peluang bisnis Airbnb, dengan membeli saingannya yaitu HomeAway sekitar USD10 juta (Rp134 miliar) pada tahun 2010.
Setelah pulang kembali ke China, Yang bekerja untuk Microsoft di Beijing, sebelumnya akhirnya kembali berbisnis dengan bendera Tuija. Perusahaan ini sekarang memiliki lebih dari 430 ribu tempat sewa penginapan di China, dan ingin memperluas pasarnya ke luar negeri.
Anne Wojcicki, 23andMe
Nilai perusahaan: USD1 miliar
Nama 23andMe berasal dari 23 pasangan kromosom yang ada di sel manusia. Didirikan oleh dua orang perempuan yaitu Anne Wojcicki dan Linda Avey.
Perusahaan ini terkenal melalui bisnisnya agak aneh, yaitu mengumpulkan ludah manusia. Hal ini untuk pertukaran informasi tentang sejarah genetik, kesehatan, dan sifat fisik seseorang berdasarkan DNA mereka. Ini juga memanfaatkan data pengguna untuk penelitian penyakit dan pengembangan terapi obat.
Pada bulan September lalu, perusahaannya memperoleh dana USD250 juta (Rp3,37 triliun) dari perusahaan modal ventura Sequoia Capital. Di 23andMe, Wojcicki berperan sebagai CEO perusahaan.
Kendra Scott, Kendra Scott Jewerly
Nilai perusahaan: USD1 miliar
Kendra Scott adalah CEO dan pendiri perusahaan perhiasan Kendra Scoot Jewerly senilai USD1 miliar. Ia membangun perusahaan ini pada 2002 dari kamar tidurnya dengan modal hanya USD500 (Rp6,7 juta).
Awalnya, Scott membuat perhiasaan untuk teman-temannya. Karena bentukya unik, menarik, dan customize, Scott yang tinggal di Austin, Texas, lalu membuka toko perhiasan pada tahun 2010. Kini gerai perhiasannya hampir ada di seluruh Amerika Serikat. Bahkan desain perhiasannya juga ada di toko perhiasan Nordstrom dan Bloomingdale's.
Perusahaan rintisannya saat ini memiliki lebih dari 2.000 pegawai dan Majalah Forbes baru-baru ini menempatkan Scott sebagai peringkat 36 perempuan terkaya di Negeri Paman Sam.
Liu Nan, Mia
Nilai perusahaan: USD1 miliar
Liu Nan adalah co-founder dan CEO Mia, situs e-commerce dan aplikasi China yang mengkhususkan pada produk untuk bayi dan orang tua mereka.
Ketika Liu menjadi seorang ibu, dia mengatakan bahwa dia merasa sulit mengetahui produk mana yang harus dipercaya. Dia mulai meneliti produk secara online dan berbagi temuan, mengubahnya untuk membuat perusahaan produk bayi dan ibu yang aman di China.
Liu memulai Mia pada tahun 2014 sebagai platform belanja untuk barang bayi berkualitas. Dan kini usahanya diperluas untuk mencakup semua jenis produk rumah tangga di Negeri Tirai Bambu.
Namun satu dari 10 unicorn, startup yang memiliki nilai lebih dari USD1 miliar atau setara Rp13,4 triliun (estimasi kurs Rp13.492/USD) didirikan oleh perempuan. Meski perbandingannya sedikit, perusahaan rintisan yang didirikan perempuan merupakan yang paling inovatif di dunia.
Terdapat 10 pengusaha startup dengan nilai usaha lebih dari USD1 miliar. Dan bagaimana mereka bisa sampai dipuncak, berikut petikannya dari CNN Money, Sabtu (4/11/2017).
Adi Tatarko, Houzz
Nilai perusahaan: USD2,3 miliar (Rp31 triliun)
Perusahaan aplikasi pertama mengenai dekorasi rumah, Houzz menempati daftar pemuncak. Didirikan oleh Adi Tatarko bersama suaminya Alon Cohen, setelah mereka berjuang untuk mengkomunikasikan idenya kepada arsitek dan desainer selama merenovasi rumahnya.
Dari sana, lalu pada tahun 2009, pasangan asal Israel yang menetap di Amerika Serikat lalu meluncurkan situs web yang menampilkan gambar untuk mengilhami dekorator rumah menginformasikan dan menghubungkannya dengan konstruktor profesional.
Setahun kemudian, Houzz merilis aplikasi pertama mereka. Saat ini, platform mereka memiliki jutaan gambar dan mencakup banyak hal, termasuk bagaimana pengguna dapat membeli perabotan dan produk untuk dekorasi rumahnya. Tatarko yang menjabat sebagai CEO kini memiliki 40 juta pengguna aktif aplikasi Houzz.
Tianyue Yu, Sistem Quanergy
Nilai perusahaan: USD1,6 miliar (Rp21,5 triliun)
Tianyue Yu merupakan salah satu pendiri Quanergy Systems, perusahaan yang membuat teknologi penginderaan 3-D yang digunakan untuk kendaraan tanpa awak (driverless).
Yu memiliki gelar bidang fisika dan kimia dari Universitas Sains dan Teknologi China, serta gelar PhD dalam nanomaterials dan nanoteknologi dari Cornell University di New York, Amerika Serikat.
Dia memegang lebih dari 15 paten di bidang penginderaan dan nanoteknologi. Quanergy dinobatkan sebagai salah satu dari 50 smartest companies oleh MIT Technology Review di tahun 2017.
Jessica Alba, The Honest Company
Nilai perusahaan: USD1,6 miliar (Rp21,5 triliun)
Nama Jessica Alba selama ini dikenal sebagai aktris, namun dirinya seorang pengusaha dan pendiri The Honest Company. Gagasan untuk memulai usahanya, yaitu menjual produk rumah tangga dan bayi yang tidak mengandung toxic (produk beracun).
Ide ini datang saat Alba sedang hamil dan membaca buku "Healthy Child, Healthy World" dan belajar tentang bahan kimia beracun yang banyak ditemukan di produk rumah tangga dan bayi.
Lantas ia memulai bisnis ini. Namun pada 2015, Jessica tersandung masalah. Pelanggan mengeluhkan salah satu produk tabir suryanya tidak efektif, kemudian mempostingnya di media sosial. The Honest Company bersikukuh bahwa produk tabir suryanya efektif. Dalam sidang pengadilan pada awal tahun 2017, akhirnya perusahaan Jessica Alba setuju untuk membayar USD1,6 juta alias Rp21,5 miliar untuk menyelesaikan tuntutan hukum.
Patricia House, C3 IoT
Nilai perusahaan: USD1,4 miliar (Rp18,8 triliun)
Patricia House adalah co-founder dan wakil ketua C3 IoT, perusahaan penyedia platform kecerdasan buatan dan Internet of Things.
House memulai bisnis di tahun 2009, setelah sebelumnya mendirikan perusahaan perangkat lunak lain. Selain sebagai pengusaha, ia juga seorang penulis, dengan bukunya "Aturan Cyber", panduan tentang bagaimana membuat bisnis internet yang sukses.
C3 IoT mengumpulkan pundi-pundi USD70 juta (Rp944 miliar) pada tahun 2016. Tahun 2017 ini, ia memenangkan kontrak senilai USD25 juta (Rp335 miliar) untuk memantau penggunaan energi oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat.
Amy Pressman, Medallia
Nilai perusahaan: USD1,2 miliar (Rp16,19 triliun)
Medallia adalah perusahaan yang didirikan oleh Amy Pressman pada tahun 2001, menjual perangkat lunak yang membantu perusahaan menangkap umpan balik alias feedback dari pelanggan.
Pressman tumbuh di Massachusetts, Amerika Serikat dan mengatakan bahwa dia selalu menyukai penjualan. Dia belajar sejarah di Universitas Harvard dan kemudian mengajukan diri untuk menjadi penjaga perdamaian di Honduras.
Usai meninggalkan tugasnya menjadi penjaga perdamaian, ia banting setir menjadi pengusaha, karena memang tertarik memiliki bisnis. Pressman memiliki gelar MBA dari Stanford, dan telah bekerja untuk Goldman Sachs dan di Capitol Hill.
Yang menarik, ia memiliki keinginan kuat yang melampaui bisnisnya: Pressman pernah menyelesaikan perjalanan sepeda lintas benua sepanjang 4.200 mil.
Sarah Leary, Nextdoor
Nilai perusahaan: USD1,1 miliar (Rp14,84 triliun)
Sarah Leary dibesarkan di sebuah kota kecil di Massachusetts, Amerika Serikat, dimana semua orang saling mengenal antar tetangga. Saat tumbuh dewasa, Leary khawatir masyarakat mendatang kehilangan rasa komunitas lokal mereka alias saling beranjang sana. Ketakutan ini membantunya mewujudkan aplikasi Nextdoor.
Aplikasi ini adalah jaringan sosial pribadi yang memungkinkan antar tetangga untuk terhubung. Sehingga bisa digunakan untuk saling membantu antar tetangga, seperti menemukan orang di sekitar yang mau mengasuh anak tetangganya atau melakukan pertemuan jamuan lingkungan alias arisan.
Leary mendirikan perusahaan dengan Nirav Tolia, David Wiesen dan Prakash Janakiraman pada tahun 2010. Aplikasi ini telah berkembang dari satu lingkungan ke lingkungan lainnya. Bahkan kini sudah digunakan di 160 ribu lingkungan di Amerika Serikat, Inggris, dan Belanda.
Melissa Yang, Tujia
Nilai perusahaan: USD1 miliar (Rp13,49 triliun)
Melissa Yang adalah salah satu pendiri Tujia, sebuah situs web yang sering digambarkan sebagai Airbnb-nya China. Dia lulus dari Universitas Tsinghua dengan gelar ilmu komputer dan melanjutkannya ke Amerika Serikat.
Saat tinggal di Seattle, negara bagian Washington, AS, pada tahun 2006, Yang mendirikan Escapia, sebuah startup yang menyediakan perangkat lunak penyewa liburan. Ia langsung menangkap peluang bisnis Airbnb, dengan membeli saingannya yaitu HomeAway sekitar USD10 juta (Rp134 miliar) pada tahun 2010.
Setelah pulang kembali ke China, Yang bekerja untuk Microsoft di Beijing, sebelumnya akhirnya kembali berbisnis dengan bendera Tuija. Perusahaan ini sekarang memiliki lebih dari 430 ribu tempat sewa penginapan di China, dan ingin memperluas pasarnya ke luar negeri.
Anne Wojcicki, 23andMe
Nilai perusahaan: USD1 miliar
Nama 23andMe berasal dari 23 pasangan kromosom yang ada di sel manusia. Didirikan oleh dua orang perempuan yaitu Anne Wojcicki dan Linda Avey.
Perusahaan ini terkenal melalui bisnisnya agak aneh, yaitu mengumpulkan ludah manusia. Hal ini untuk pertukaran informasi tentang sejarah genetik, kesehatan, dan sifat fisik seseorang berdasarkan DNA mereka. Ini juga memanfaatkan data pengguna untuk penelitian penyakit dan pengembangan terapi obat.
Pada bulan September lalu, perusahaannya memperoleh dana USD250 juta (Rp3,37 triliun) dari perusahaan modal ventura Sequoia Capital. Di 23andMe, Wojcicki berperan sebagai CEO perusahaan.
Kendra Scott, Kendra Scott Jewerly
Nilai perusahaan: USD1 miliar
Kendra Scott adalah CEO dan pendiri perusahaan perhiasan Kendra Scoot Jewerly senilai USD1 miliar. Ia membangun perusahaan ini pada 2002 dari kamar tidurnya dengan modal hanya USD500 (Rp6,7 juta).
Awalnya, Scott membuat perhiasaan untuk teman-temannya. Karena bentukya unik, menarik, dan customize, Scott yang tinggal di Austin, Texas, lalu membuka toko perhiasan pada tahun 2010. Kini gerai perhiasannya hampir ada di seluruh Amerika Serikat. Bahkan desain perhiasannya juga ada di toko perhiasan Nordstrom dan Bloomingdale's.
Perusahaan rintisannya saat ini memiliki lebih dari 2.000 pegawai dan Majalah Forbes baru-baru ini menempatkan Scott sebagai peringkat 36 perempuan terkaya di Negeri Paman Sam.
Liu Nan, Mia
Nilai perusahaan: USD1 miliar
Liu Nan adalah co-founder dan CEO Mia, situs e-commerce dan aplikasi China yang mengkhususkan pada produk untuk bayi dan orang tua mereka.
Ketika Liu menjadi seorang ibu, dia mengatakan bahwa dia merasa sulit mengetahui produk mana yang harus dipercaya. Dia mulai meneliti produk secara online dan berbagi temuan, mengubahnya untuk membuat perusahaan produk bayi dan ibu yang aman di China.
Liu memulai Mia pada tahun 2014 sebagai platform belanja untuk barang bayi berkualitas. Dan kini usahanya diperluas untuk mencakup semua jenis produk rumah tangga di Negeri Tirai Bambu.
(ven)