Berbisnis dengan Hati Ala Chairman Garudafood Sudhamek
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penerbit Gramedia Pustaka Utama resmi meluncurkan buku Mindfulness-Based Business: Berbisnis dengan Hati karya Sudhamek AWS. Lewat bukunya, Sudhamek yang merupakan Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) periode 2017–2022 serta Chairman PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk. ini menyampaikan gagasan mengenai pentingnya menjaga keseimbangan sisi spiritualitas dalam pengelolaan bisnis atau organisasi .
(Baca Juga: Melalui Open Collaboration, Garudafood Tetap Berinovasi di Tengah Pandemi )
“Pada prinsipnya praktik bisnis maupun nonbisnis dengan berbasis kebersadaran agung (mindfulness) adalah bahwa berbisnis, atau berorganisasi, juga menjalankan suatu profesi, bukanlah semata-mata demi menggapai profit atau keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya, tetapi lebih dari itu, yakni demi menumbuhkan benih-benih kebaikan bagi kepentingan bersama,” tutur Sudhamek pada Prolog buku Mindfulness-Based Business: Berbisnis dengan Hati melalui siaran pers, Rabu (2/12).
“Bahkan sejatinya bisnis pun berdimensi vertikal karena apa yang diupayakan, pada saatnya, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Mahakuasa. Itulah mengapa saya memberi imbuhan ‘agung’ dalam istilah mindfulness, karena ada dimensi kebersadaran transendental pada Sang Mahaagung,” tambahnya.
Gagasan mindfulness-based business dipetakan Sudhamek menjadi delapan bab dalam bukunya. Mulai dari proses tercetusnya pemikiran spiritualitas dalam bisnis, hingga langkah-langkah implementasi yang telah ia terapkan.
Setiap bagian disertai dengan studi kasus yang dapat memperlihatkan mindfulness practices kepada pembaca sehingga lebih mudah untuk dipahami. Perjalanan Sudhamek yang memiliki latar belakang unik sebagai aktivis, pengusaha dan pejabat negara, semakin memperkaya isi buku ini.
(Baca Juga: Direksi Garudafood Turun Langsung Kenalkan Produk Baru ke Pelanggan )
Ia memperlihatkan bahwa mindfulness bisa diterapkan di empat dunia yang berbeda: komunitas bisnis, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi keagamaan dan lintas iman, serta pejabat tinggi negara. Tren saat ini, semakin banyak perusahaan terutama di lingkup global, yang memperkenalkan praktik mindfulness namun masih terbatas teori dan praktik dalam program workshop dan sesi online kelas-kelas meditasi.
Praktik ini diyakini mampu meningkatkan komunikasi, kolaborasi dan energi kolektif karyawan dalam organisasi. Namun, melalui buku ini menyadarkan kita bahwa sesungguhnya bisnis dan spiritualitas ternyata sangat bisa berjalan beriringan.
(Baca Juga: Melalui Open Collaboration, Garudafood Tetap Berinovasi di Tengah Pandemi )
“Pada prinsipnya praktik bisnis maupun nonbisnis dengan berbasis kebersadaran agung (mindfulness) adalah bahwa berbisnis, atau berorganisasi, juga menjalankan suatu profesi, bukanlah semata-mata demi menggapai profit atau keuntungan pribadi sebanyak-banyaknya, tetapi lebih dari itu, yakni demi menumbuhkan benih-benih kebaikan bagi kepentingan bersama,” tutur Sudhamek pada Prolog buku Mindfulness-Based Business: Berbisnis dengan Hati melalui siaran pers, Rabu (2/12).
“Bahkan sejatinya bisnis pun berdimensi vertikal karena apa yang diupayakan, pada saatnya, akan dipertanggungjawabkan di hadapan Yang Mahakuasa. Itulah mengapa saya memberi imbuhan ‘agung’ dalam istilah mindfulness, karena ada dimensi kebersadaran transendental pada Sang Mahaagung,” tambahnya.
Gagasan mindfulness-based business dipetakan Sudhamek menjadi delapan bab dalam bukunya. Mulai dari proses tercetusnya pemikiran spiritualitas dalam bisnis, hingga langkah-langkah implementasi yang telah ia terapkan.
Setiap bagian disertai dengan studi kasus yang dapat memperlihatkan mindfulness practices kepada pembaca sehingga lebih mudah untuk dipahami. Perjalanan Sudhamek yang memiliki latar belakang unik sebagai aktivis, pengusaha dan pejabat negara, semakin memperkaya isi buku ini.
(Baca Juga: Direksi Garudafood Turun Langsung Kenalkan Produk Baru ke Pelanggan )
Ia memperlihatkan bahwa mindfulness bisa diterapkan di empat dunia yang berbeda: komunitas bisnis, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi keagamaan dan lintas iman, serta pejabat tinggi negara. Tren saat ini, semakin banyak perusahaan terutama di lingkup global, yang memperkenalkan praktik mindfulness namun masih terbatas teori dan praktik dalam program workshop dan sesi online kelas-kelas meditasi.
Praktik ini diyakini mampu meningkatkan komunikasi, kolaborasi dan energi kolektif karyawan dalam organisasi. Namun, melalui buku ini menyadarkan kita bahwa sesungguhnya bisnis dan spiritualitas ternyata sangat bisa berjalan beriringan.
(akr)