Transaksi Black Friday di Amerika Serikat Capai Rp106 Triliun

Senin, 27 November 2017 - 15:59 WIB
Transaksi Black Friday di Amerika Serikat Capai Rp106 Triliun
Transaksi Black Friday di Amerika Serikat Capai Rp106 Triliun
A A A
NEW YORK - Jutaan warga Amerika Serikat (AS) memanfaatkan momen menggiurkan dalam berbelanja, Black Friday, Jumat (24/11/2017). Total transaksi tahun ini secara online mencapai USD7,9 miliar (Rp106 triliun). Jumlah tersebut bakal meningkat signifikan bila laporan transaksi secara langsung sudah dikalkulasikan.

Sebagai perbandingan, perusahaan raksasa e-commerce Alibaba berhasil menorehkan rekor dalam pesta belanja online China atau yang dikenal dengan Singles Day (11 November) Alibaba meraup USD25,4 mi liar (Rp343,24 triliun). Tahun lalu total penjualan Singles Day hanya mencapai USD17,8 miliar (Rp240,54 triliun). Toko-toko dan supermarket berlomba-lomba menawarkan diskon, hiburan, dan hadiah gratis bagi orang yang berbelanja pada Black Friday.

Surga belanja ini berlangsung satu hari dan jatuh pada Jumat setelah libur nasional Thanksgiving. Black Friday dimanfaatkan warga AS mayoritas untuk belanja hadiah Natal bagi keluarga dan kerabat. Dilansir dari Reuters, televisi, laptop, dan PlayStation 4 meupakan barang-barang yang paling banyak dibeli. Tak heran lantaran barang-barang tersebut menawarkan diskon paling besar.

"Tahun ini transaksi naik 17,9% dibandingkan 2016. Bertepatan dengan Thanksgiving, pembelanjaan warga AS secara on line tercatat lebih dari USD2,87 miliar (Rp38,78 triliun)," demikian laporan Adobe Analytics.

Firma Marketing Criteo mengungkapkan 40% dari pembelian online dilakukan melalui smartphone. Angka tersebut naik dibandingkan tahun lalu yang berkisar 29% saja. Peningkatan jumlah yang memilih belanja secara online karena cara ini lebih praktis, tak perlu berdesak-desakan dan berebut barang belanjaan dengan pembeli lain. "Saya menghindari toko. Terlalu banyak kerumunan," ungkap warga Los Angeles, California, Elana Silverstein, 32. "(Mending belanja online). Hanya duduk dan tidak perlu capek antre membayar barang belanjaan," imbuh dia.

Meroketnya penjualan secara online pada Black Friday tahun ini juga terlihat dari makin sedikitnya tempat parkir yang terisi di pusat perbelanjaan. Padahal, ritel tradisional tetap menawarkan diskon besar setelah Thanksgiving. Toko ritel tidak menawarkan diskon besar semata kepada calon pembelinya. Mereka juga menawarkan berbagai program menarik yang menggoda konsumen agar datang ke toko mereka. Toko ritel cokelat ternama, Godiva, menawarkan cokelat gratis bagi pembeli. Lalu, Sephora memberikan masker wajah dan parfum gratis.

Dilansir dari New York Post, toko barang mewah Bergdorf Goodman menyuguhkan pertunjukan tarian untuk menghibur pembeli. Sebagian lain menganggap Black Friday adalah nostalgia. "Ini seperti hangout saja," ungkap Jonathan Lin, 17.

Dia mengungkapkan banyak kawan-kawan kampusnya juga datang bersama ke mal untuk berbelanja bersama dan nongkrong bersama. "Kita hanya ingin hadir di mal lebih pagi saja dibandingkan biasanya," kata warga Chicago, Jennifer Stasiak, dilansir Reuters. Jaringan ritel seperti Wal-Mart, Target, Macy’s, dan J.C. Penney juga membuka took pada Kamis (23/11) malam dengan menawarkan diskon besar.

Mereka juga memberikan diskon tambahan untuk belanja online. Macy’s mengungkapkan, 16.000 pembeli harus antre sebelum toko tersebut buka pada malam Black Friday. Namun, pegawai toko ritel Macy's mengungkapkan dirinya tak terlalu sibuk saat Black Friday. "Pembeli memilih belanja online," ujar Sarah Jones,42, pegawai Macy’s di Roosevelt Field Mall di Long Island.

Sementara itu, FBI merilis ada 203.086 permintaan pengecekan latar belakang konsumen yang diperlukan untuk berbelanja senjata api. Jumlah tersebut merupakan angka tertinggi sepanjang sejarah Black Friday. Pada 2016 FBI menerima 185.713 permintaan dan dua tahun lalu berada di angka 185.345. Semakin tinggi permintaan akan senjata api membuat banyak kalangan khawatir. Apalagi, makin sering insiden penembakan massal terjadi di AS. Terakhir, penembakan yang menewaskan 26 orang di gereja di Sutherland Springs, Texas, 5 November lalu.

Kepala Departemen Kehakiman Jeff Sessions mengungkapkan, National Instant Criminal Background Check System (NICS) yang bertanggung jawab dalam melakukan pengecekan latar belakang pembeli senjata api agar lebih mengetatkan peraturan pembelian. "Insiden di Texas buktinya. Pembeli mempunyai catatan kriminal, tapi tetap lolos," ujar dia.

Sementara itu, perkelahian terjadi antara dua orang akibat rebutan parkir di Willobrook Mall di Houston saat Black Fri day. Satu orang mengalami luka tembak dan satu orang lain mengalami luka tikam. Belum jelas apakah perkelahian yang berujung pada penembakan itu berkaitan dengan belanja atau tidak. Di Westland Mall di Hialeah, Florida, laporan palsu terjadi penembakan mengakibatkan banyak pembeli berlarian ke luar toko.

Tapi, toko kembali dibuka sejam kemudian setelah laporan penembakan tersebut tidak terbukti. Kemudian di Birmingham, Alabama, polisi memisahkan perkelahian antara dua pria yang bertengkar memperebutkan barang dagangan di Riverchase Galleria.

Menunggu Cyber Monday

Hari ini warga AS kembali dimanjakan dengan pesta diskon, Cyber Monday. Adobe Analytics memprediksi transaksi Cyber Monday bakal mencapai lebih dari USD6,6 miliar (Rp89,19 triliun). Bila terjadi, ini akan menjadi rekor transaksi dalam sejarah belanja online di Negeri Paman Sam. Berbagai produk yang ditawarkan pada Cyber Monday adalah boneka, elektronik, pakaian, dan furnitur. Amazon misalnya menawarkan lebih dari ribuan ragam diskon sepanjang hari ini. Cyber Monday memang menjadi hari istimewa bagi Amazon.

Tahun lalu mereka bisa menjual 740 item per detik. Sedangkan Wal-Mart yang juga mengembangkan divisi online menawarkan ribuan diskon pada Cyber Monday.
(amm)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0034 seconds (0.1#10.140)