Cuaca Ekstrem, Petani Cabai Gagal Panen dan Merugi
A
A
A
LAMPUNG TIMUR - Cuaca ekstrem disertai hujan dan angin berdampak pada tanaman cabai dan sayuran di Lampung Timur. Puluhan hektare (ha) tanaman cabai di daerah ini dipastikan gagal panen karena terserang penyakit kutu daun dan busuk buah.
Sementara, harga cabai di pasaran saat ini terus melonjak hingga tembus Rp50.000 per kilogram (kg). Para petani sayuran dan cabai di kawasan Bandar Sribhawono, Lampung Timur mengeluhkan kondisi cuaca ekstrem tak kunjung reda, sebab cuaca ekstrem disertai hujan angin berdampak pada tanaman sayuran dan cabai.
Tanaman cabai usia tiga bulan seharusnya sudah memasuki masa panen, namun kini dipastikan rusak. Pertumbuhan tanaman cabai tidak normal, pohon serta daunnya terserang virus kutu daun.
Sebagian besar tanaman cabai akhirnya tidak berbuah dan dipastikan pada musim ini, para petani cabai gagal panen.
Suryono dan Darmadi, petani cabai di Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono mengatakan, dampak cuaca buruk ini merusak tanaman sayuran seperti tomat, terong, dan cabai.
"Tanaman cabai usia tiga bulan seharusnya sudah berbuah dan memasuki masa panen kini kondisinya rusak," katanya di Lampung, Sabtu (9/12/2017).
Tanaman cabai terlihat kerdil dan daunnya keriting akibat terserang virus kutu daun. Jika tanaman cabai bisa tumbuh normal pada usia tiga bulan, biasanya sudah panen tiga sampai lima kali dalam sepekan.
Dengan kondisi saat ini dipastikan para petani cabai merugi puluahan juta rupaih. Sebab, modal tanam tidak kembali karena tanaman cabai gagal panen. Di mana untuk seperemapt ha tanaman cabai dibutuhkan modal hingga Rp30 juta.
Kini harga cabai ditingkat petani mencapai Rp35.000 per kg karena hasil panen tidak maksimal. Sementara, harga ditingkat pasaran kini terus molonjak hingga tembus Rp50.000 per kg.
Cuaca buruk disertai gelombang laut tinggi juga berdampak pasokan sayuran dari pulau Jawa ke Sumatera tersendat. Akibatnya, hampir semua harga kebutuhan pokok dan sayuran menjelang perayaan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 mengalami kenaikan harga.
Sementara, harga cabai di pasaran saat ini terus melonjak hingga tembus Rp50.000 per kilogram (kg). Para petani sayuran dan cabai di kawasan Bandar Sribhawono, Lampung Timur mengeluhkan kondisi cuaca ekstrem tak kunjung reda, sebab cuaca ekstrem disertai hujan angin berdampak pada tanaman sayuran dan cabai.
Tanaman cabai usia tiga bulan seharusnya sudah memasuki masa panen, namun kini dipastikan rusak. Pertumbuhan tanaman cabai tidak normal, pohon serta daunnya terserang virus kutu daun.
Sebagian besar tanaman cabai akhirnya tidak berbuah dan dipastikan pada musim ini, para petani cabai gagal panen.
Suryono dan Darmadi, petani cabai di Desa Bandar Agung, Kecamatan Bandar Sribhawono mengatakan, dampak cuaca buruk ini merusak tanaman sayuran seperti tomat, terong, dan cabai.
"Tanaman cabai usia tiga bulan seharusnya sudah berbuah dan memasuki masa panen kini kondisinya rusak," katanya di Lampung, Sabtu (9/12/2017).
Tanaman cabai terlihat kerdil dan daunnya keriting akibat terserang virus kutu daun. Jika tanaman cabai bisa tumbuh normal pada usia tiga bulan, biasanya sudah panen tiga sampai lima kali dalam sepekan.
Dengan kondisi saat ini dipastikan para petani cabai merugi puluahan juta rupaih. Sebab, modal tanam tidak kembali karena tanaman cabai gagal panen. Di mana untuk seperemapt ha tanaman cabai dibutuhkan modal hingga Rp30 juta.
Kini harga cabai ditingkat petani mencapai Rp35.000 per kg karena hasil panen tidak maksimal. Sementara, harga ditingkat pasaran kini terus molonjak hingga tembus Rp50.000 per kg.
Cuaca buruk disertai gelombang laut tinggi juga berdampak pasokan sayuran dari pulau Jawa ke Sumatera tersendat. Akibatnya, hampir semua harga kebutuhan pokok dan sayuran menjelang perayaan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018 mengalami kenaikan harga.
(izz)