Korea Selatan Bangun Kota Tanpa Mobil Pribadi
A
A
A
SEOUL - Mungkinkah kota bisa meminimalisasi kendaraan pribadi? Inilah yang diimpikan perusahaan di Korea Selatan. Mereka kini tengah membangun sebuah kota di mana dalam aktivitas kesehariannya menggunakan mobil pribadi sebagai pilihan terakhir.
International Business District (IBD), nama kota yang tengah dibangun di Songdo, Korea Selatan (Korsel), didesain untuk menghilangkan kebutuhan pada mobil pribadi. Ke mana pun masyarakatnya beraktivitas seperti bekerja, antar-jemput anak dari sekolah, atau belanja ke mal, diupayakan bisa menggunakan transportasi massal atau sepeda. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan kota ramah lingkungan.
“Proyek yang dimulai pada 2002 itu memprioritaskan pusat transit untuk bus, subway, dan sepeda, daripada jalanan untuk kendaraan pribadi,” ungkap Stan Gale, Chairman Gale International, pengembang IBD.
Saat ini pembangunan kota yang menelan anggaran sebesar USD35 miliar (Rp476 triliun) itu masih berlangsung. Jika telah kota yang memiliki luas 100 juta kaki m2 atau seukuran pusat kota Boston itu didesain untuk menghilangkan kebutuhan pada mobil pribadi. Kota yang dibangun di sepanjang Laut Kuning itu akan selesai pada 2020.
Untuk mewujudkan gagasan penggunaan mobil pribadi seminimal mungkin berbagai fasilitas IBD seperti pusat ritel, perkantoran, taman, fasilitas kesehatan dan sekolah, semua dekat dengan perumahan. Sebagian besar gedung selain perumahan dibangun dalam jarak yang mudah ditempuh dengan berjalan kaki dari segala arah.
Gedung apartemen dan bisnis dibangun hanya 12 menit dari halte bus atau stasiun subway. Jalur sepeda sepanjang 15 mil terbentang di penjuru distrik yang terhubung dengan jaringan 90 mil di Songdo City.
Sekitar 40% wilayah itu merupakan ruang hijau yang luasnya dua kali dari New York City. “Ruang hijau itu pun mendukung warga untuk berjalan kaki,” kata Gale.
Taman terbesar IBD berukuran 101 acre yang terinspirasi oleh Central Park di Manhattan, Amerika Serikat (AS). “Apa yang Anda lihat sekarang di Songdo, kota yang kompak dan sangat enak digunakan berjalan, merupakan hasil langsung dari pendekatan penuh pemikiran dalam perencanaan,” ujar Gale.
Untuk diketahui, Songdo IBD merupakan kota cerdas baru yang dibangun sejak awal di lahan seluas 600 hektare.
Kota itu menggunakan lahan sepanjang perairan Incheon, 65 km baratdaya Seoul dan terhubung dengan Bandara Internasional Incheon dengan jembatan sepanjang 12,3 km yang disebut Incheon Bridge. Bersama Yeongjong dan Cheongna, Songdo IBD menjadi bagian dari Incheon Free Economic Zone. Kota itu akan me miliki Northeast Asia Trade Tower dan Incheon Tower. North east Asia Trade Tower dengan 65 lantai menjadi gedung tertinggi di Korsel.
Gale International menguasai saham mayoritas 61%, Posco 30%, dan sisa nya 9% dimiliki Morgan Stanley Real Estate. Rencana kota itu didesain oleh Kohn Pedersen Fox (KPF) di New York. Songdo IBD merupakan bagian dari upaya mantan Presiden Korsel Lee Myungbak untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan dan rendah karbon guna pembangunan masa depan setelah 60% tergantung pada manufaktur berorientasi ekspor.
Korsel telah meluncurkan paket stimulus ekonomi USD38 miliar pada Januari 2009 dengan lebih dari 80% dialokasi kan untuk investasi ramah lingkungan. Undang-Undang Kerangka Kerja untuk Pertumbuhan Hijau Rendah Karbon yang disahkan Parlemen Korsel pada 2010 meningkatkan anggaran menjadi USD83,6 miliar dalam lima tahun. Dengan inisiatif ini, Songdo IBD dikembangkan sebagai kota ramah lingkungan dengan lebih dari 40% merupakan ruang hijau, termasuk taman 40 hektare, rute sepeda 26 km, dan banyak tempat pengisian baterai untuk kendaraan listrik.
Songdo IBD menjadi kota kedua di dunia yang sebagian besar gedungnya mendapat sertifikasi LEED setelah Greensburg, Kansas. Saat pemerintah mulai merencanakan Songdo City pada 2000, sebanyak 500 ton pasir ditimbun ke atas lahan rawa untuk membangun fondasi. Sekarang sebanyak 20.000 unit perumahan selesai atau sedang dibangun di IBD, yang akan dihuni sekitar 50.000 orang. Sekitar 100.000 orang tinggal di Songdo City yang lebih luas.
Tidak Ada Truk Sampah
Di IBD tidak akan ada truk-truk sampah. Sistem tabung pneumatic akan menghisap sampah dari unit di gedung perumahan menuju fasilitas pemilahan pusat dalam waktu beberapa detik. Sampah itu ke mudian dapat diubah men jadi energi atau didaur ulang.
IBD memiliki lebih dari 100 gedung yang telah mendapat sertifikasi LEED yakni sistem peringkat ramah lingkungan yang paling banyak digunakan di dunia. IBD juga berencana mendaur ulang 40% air yang telah digunakan.
Songdo City saat ini menghasilkan sepertiga gas rumah kaca yang lebih sedikit dibanding kan kota lain dalam ukuran yang sama. Meski demikian, beberapa penduduk mengeluh kan bahwa IBD dan Songdo City terlalu jauh dari Seoul yang menjadi pusat ekonomi, politik, dan budaya Korsel.
Memerlukan waktu satu jam untuk mencapai Seoul dari Songdo City. Sekitar 70.000 orang bekerja di Songdo atau jauh lebih sedikit dibandingkan 300.000 orang dalam visi pemerintah.
Dengan alasan itu, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah Songdo akan menjadi pusat kota yang ramai. “Dalam banyak cara, ini kota yang warga Korsel ingin tunjuk kan pada dunia, dengan tempat yang bersih dan terlihat futuristik, tanpa terlihat kemiskinan,” ungkap Colin Marshall, penulis esai tentang berbagai kota yang berbasis di Seoul, pada The Los Angeles Times. (Syarifudin)
International Business District (IBD), nama kota yang tengah dibangun di Songdo, Korea Selatan (Korsel), didesain untuk menghilangkan kebutuhan pada mobil pribadi. Ke mana pun masyarakatnya beraktivitas seperti bekerja, antar-jemput anak dari sekolah, atau belanja ke mal, diupayakan bisa menggunakan transportasi massal atau sepeda. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan kota ramah lingkungan.
“Proyek yang dimulai pada 2002 itu memprioritaskan pusat transit untuk bus, subway, dan sepeda, daripada jalanan untuk kendaraan pribadi,” ungkap Stan Gale, Chairman Gale International, pengembang IBD.
Saat ini pembangunan kota yang menelan anggaran sebesar USD35 miliar (Rp476 triliun) itu masih berlangsung. Jika telah kota yang memiliki luas 100 juta kaki m2 atau seukuran pusat kota Boston itu didesain untuk menghilangkan kebutuhan pada mobil pribadi. Kota yang dibangun di sepanjang Laut Kuning itu akan selesai pada 2020.
Untuk mewujudkan gagasan penggunaan mobil pribadi seminimal mungkin berbagai fasilitas IBD seperti pusat ritel, perkantoran, taman, fasilitas kesehatan dan sekolah, semua dekat dengan perumahan. Sebagian besar gedung selain perumahan dibangun dalam jarak yang mudah ditempuh dengan berjalan kaki dari segala arah.
Gedung apartemen dan bisnis dibangun hanya 12 menit dari halte bus atau stasiun subway. Jalur sepeda sepanjang 15 mil terbentang di penjuru distrik yang terhubung dengan jaringan 90 mil di Songdo City.
Sekitar 40% wilayah itu merupakan ruang hijau yang luasnya dua kali dari New York City. “Ruang hijau itu pun mendukung warga untuk berjalan kaki,” kata Gale.
Taman terbesar IBD berukuran 101 acre yang terinspirasi oleh Central Park di Manhattan, Amerika Serikat (AS). “Apa yang Anda lihat sekarang di Songdo, kota yang kompak dan sangat enak digunakan berjalan, merupakan hasil langsung dari pendekatan penuh pemikiran dalam perencanaan,” ujar Gale.
Untuk diketahui, Songdo IBD merupakan kota cerdas baru yang dibangun sejak awal di lahan seluas 600 hektare.
Kota itu menggunakan lahan sepanjang perairan Incheon, 65 km baratdaya Seoul dan terhubung dengan Bandara Internasional Incheon dengan jembatan sepanjang 12,3 km yang disebut Incheon Bridge. Bersama Yeongjong dan Cheongna, Songdo IBD menjadi bagian dari Incheon Free Economic Zone. Kota itu akan me miliki Northeast Asia Trade Tower dan Incheon Tower. North east Asia Trade Tower dengan 65 lantai menjadi gedung tertinggi di Korsel.
Gale International menguasai saham mayoritas 61%, Posco 30%, dan sisa nya 9% dimiliki Morgan Stanley Real Estate. Rencana kota itu didesain oleh Kohn Pedersen Fox (KPF) di New York. Songdo IBD merupakan bagian dari upaya mantan Presiden Korsel Lee Myungbak untuk mempromosikan pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan dan rendah karbon guna pembangunan masa depan setelah 60% tergantung pada manufaktur berorientasi ekspor.
Korsel telah meluncurkan paket stimulus ekonomi USD38 miliar pada Januari 2009 dengan lebih dari 80% dialokasi kan untuk investasi ramah lingkungan. Undang-Undang Kerangka Kerja untuk Pertumbuhan Hijau Rendah Karbon yang disahkan Parlemen Korsel pada 2010 meningkatkan anggaran menjadi USD83,6 miliar dalam lima tahun. Dengan inisiatif ini, Songdo IBD dikembangkan sebagai kota ramah lingkungan dengan lebih dari 40% merupakan ruang hijau, termasuk taman 40 hektare, rute sepeda 26 km, dan banyak tempat pengisian baterai untuk kendaraan listrik.
Songdo IBD menjadi kota kedua di dunia yang sebagian besar gedungnya mendapat sertifikasi LEED setelah Greensburg, Kansas. Saat pemerintah mulai merencanakan Songdo City pada 2000, sebanyak 500 ton pasir ditimbun ke atas lahan rawa untuk membangun fondasi. Sekarang sebanyak 20.000 unit perumahan selesai atau sedang dibangun di IBD, yang akan dihuni sekitar 50.000 orang. Sekitar 100.000 orang tinggal di Songdo City yang lebih luas.
Tidak Ada Truk Sampah
Di IBD tidak akan ada truk-truk sampah. Sistem tabung pneumatic akan menghisap sampah dari unit di gedung perumahan menuju fasilitas pemilahan pusat dalam waktu beberapa detik. Sampah itu ke mudian dapat diubah men jadi energi atau didaur ulang.
IBD memiliki lebih dari 100 gedung yang telah mendapat sertifikasi LEED yakni sistem peringkat ramah lingkungan yang paling banyak digunakan di dunia. IBD juga berencana mendaur ulang 40% air yang telah digunakan.
Songdo City saat ini menghasilkan sepertiga gas rumah kaca yang lebih sedikit dibanding kan kota lain dalam ukuran yang sama. Meski demikian, beberapa penduduk mengeluh kan bahwa IBD dan Songdo City terlalu jauh dari Seoul yang menjadi pusat ekonomi, politik, dan budaya Korsel.
Memerlukan waktu satu jam untuk mencapai Seoul dari Songdo City. Sekitar 70.000 orang bekerja di Songdo atau jauh lebih sedikit dibandingkan 300.000 orang dalam visi pemerintah.
Dengan alasan itu, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah Songdo akan menjadi pusat kota yang ramai. “Dalam banyak cara, ini kota yang warga Korsel ingin tunjuk kan pada dunia, dengan tempat yang bersih dan terlihat futuristik, tanpa terlihat kemiskinan,” ungkap Colin Marshall, penulis esai tentang berbagai kota yang berbasis di Seoul, pada The Los Angeles Times. (Syarifudin)
(nfl)