Kapan Lagi Punya Bisnis Global dengan Citarasa Lokal

Selasa, 14 Desember 2021 - 16:53 WIB
loading...
Kapan Lagi Punya Bisnis Global dengan Citarasa Lokal
Menggiurkannya bisnis vape telah menarik minat mantan pegawai di industri printing untuk menjajalnya. Dengan menggandeng brand lokal, Henrico menceritakan pengalamannya. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pada awalnya Henrico Timbara Putra (41) tidak yakin akan membuka toko vape selama PPKM. Namun karena kekuatan brand dengan hanya menggunakan media sosial, influencer dan siaran WA, para penggemarnya terus berdatangan untuk membeli.

Dari 2 toko yang dikelolanya, ayah satu anak tersebut mendapatkan yang lumayan setiap bulannya. Keuntungan perbulan dari masing-masing toko sangat menggiurkan.



Henrico yang dulunya seorang pegawai di industri printing mengaku, pada awalnya memulai usaha tanpa harapan, tetapi saat ini pendapatan dari bisnis RELX ini tersebut dapat menutupi pengeluaran dan tagihannya, bahkan juga memberikan banyak peluang bagus yang sebelumnya tidak didapatkan untuk keluarganya.

Adapun alasan untuk membuka toko RELX, Henrico memulainya dengan memiliki toko online. Dia memutuskan untuk membuka toko offline, karena dia melihat penjualan dari online tinggi dan permintaan juga terus tinggi.

Apalagi saat ini proses membuka toko RELX juga sangat mudah, hanya dengan kurun waktu kurang dari 30 hari, dari mulai pengajuan area, sampai dengan pembukaan toko, semua tutorial disediakan dan lengkap oleh tim RELX. Bahkan ada tutorial tentang cara memasang furnitur.

Henrico hanya perlu memberikan kepada kontraktor. Para Karyawan juga mendapatkan pelatihan secara lengkap sampai mereka mengerti. Saat ini Henrico hanya perlu duduk dan bersantai untuk menikmati hasilnya. Ia menegaskan, membuka toko offline sangat mudah karena tidak perlu melakukan terlalu banyak pekerjaan.

"Tetapi saya bisa mengendalikan semuanya dengan sistem yang disediakan," paparnya.

Henrico berbagi pengalaman bahwa sebelumnya adalah pengguna pod aktif, dan dulu masih sulit mencari POD yang ada di Medan, Sumatera Utara. Kala itu ia juga menjajal semua brand pod yang ada.

Jika pun ada maka terkadang stok-nya tidak stabil. Ia pun berkeliling untuk mencari vape store, mencari pod yang closed-system (sekali pakai buang) sangat sulit.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1109 seconds (0.1#10.140)