Pasar Properti di Indonesia Diprediksi Tumbuh Bagus pada 2018
A
A
A
JAKARTA - Peluang pasar properti 2018 terbuka lebar. Statistik perbankan Indonesia mencatat nilai kredit pembiayaan kembali mengalami kenaikan hingga mencapai Rp26.877 triliun, lebih tinggi dari nilai kredit tahun sebelumnya. Tahun 2018-2019 yang disebut-sebut sebagai tahun politik justru momentum bagus untuk membeli properti. Demikian yang mengemuka dalam diskusi "Kaleidoskop 2017 dan Overview 2018” yang digelar marketing Green Pramuka City, Kamis 14 Desember 2017.
Dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% yang ditargetkan oleh pemerintah pada 2017, Marketing Direktur Green Pramuka City Jeffry Yamin melihat kemampuan pemerintah dalam mendorong laju ekonomi nasional ke arah lebih baik. Ini ditambah dengan diterapkannya berbagai kebijakan yang bertujuan untuk menstimulus sektor industri properti seperti Bank Indonesia 7-Day Repo Rate, tax amesty, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), paket kebijakan ekonomi, dan pembangunan infrastruktur.
“Semua ini membuat saya optimistis dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri properti, termasuk hunian vertikal seperti apartemen,” kata Jeffry.
Data Bank Indonesia mencatat adanya indikasi peningkatan pertumbuhan kredit baru pada kuartal II 2017. Misalnya KPR dan KPA mencatatkan kenaikan tertinggi yakni sebesar 70.7% pada kuartal II 2017 dan untuk segmen apartemen, rasio net performing loan (NPL) tertinggi berasal dari apartemen dengan luas kurang dari 21m2, yaitu 5,52%. Sementara rasio NPL terendah apartemen berasal dari tipe besar di atas 70 m2 yaitu sebesar 1,77%.
Konsultan property Colliers International memproyeksikan pasar apartemen di Jabodetabek supply-nya akan mencapai angka 34.000 pada 2018. Ini mengindikasikan optimisme pengembang terhadap pasar properti Tanah Air yang masih terus tumbuh.
Green Pramuka City sebagai salah satu pengembang yang turut meramaikan pasar hunian vertikal masih akan mengedepankan keunggulannya sebagai satu kawasan strategis di tengah kota Jakarta yang menawarkan konsep one stop living. Konsep ini memberikan kemudahan hidup bagi konsumennya.
Green Pramuka City tahun depan akan mengembangkan klinik yang akan bekerja sama dengan Kalbe Farma. Berbagai promo menarik diberikan seperti program cicilan 120 X tanpa slip gaji dan dokumen yang rumit, biaya angsuran ringan, dan DP mulai 10%. ”Gratis biaya pemeliharaan selama setahun dan kemudahan proses administrasi pun turut menjadi strategi Green Pramuka City dalam meraih pangsa pasar hunian vertikal tahun 2018,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Bidang Pengelolaan Apartemen dan Rumah Susun Real Estate Indonesia (REI) Mualim Wijoyo menyampaikan optimisme yang sama. Menurutnya, periode 2018-2019 yang disebut-sebut sebagai tahun politik justru merupakan momentum terbaik bagi konsumen untuk membeli properti.
Karena bila menilik pada momentum serupa di tahun sebelumnya nilai properti memiliki kecederungan untuk naik secara signifikan setelah perhelatan politik selesai. “Dan sangat menguntungkan konsumern,” kata Mualim.
Lebih lanjut Mualim mengatakan, masyarakat makin cerdas, tidak akan mencampur-adukan politik dan ekonomi. “Yang suka politik silakan berpolitik, yang jualan tetap jualan,” tandas Mualim. [ak]
Dengan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% yang ditargetkan oleh pemerintah pada 2017, Marketing Direktur Green Pramuka City Jeffry Yamin melihat kemampuan pemerintah dalam mendorong laju ekonomi nasional ke arah lebih baik. Ini ditambah dengan diterapkannya berbagai kebijakan yang bertujuan untuk menstimulus sektor industri properti seperti Bank Indonesia 7-Day Repo Rate, tax amesty, Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), paket kebijakan ekonomi, dan pembangunan infrastruktur.
“Semua ini membuat saya optimistis dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan industri properti, termasuk hunian vertikal seperti apartemen,” kata Jeffry.
Data Bank Indonesia mencatat adanya indikasi peningkatan pertumbuhan kredit baru pada kuartal II 2017. Misalnya KPR dan KPA mencatatkan kenaikan tertinggi yakni sebesar 70.7% pada kuartal II 2017 dan untuk segmen apartemen, rasio net performing loan (NPL) tertinggi berasal dari apartemen dengan luas kurang dari 21m2, yaitu 5,52%. Sementara rasio NPL terendah apartemen berasal dari tipe besar di atas 70 m2 yaitu sebesar 1,77%.
Konsultan property Colliers International memproyeksikan pasar apartemen di Jabodetabek supply-nya akan mencapai angka 34.000 pada 2018. Ini mengindikasikan optimisme pengembang terhadap pasar properti Tanah Air yang masih terus tumbuh.
Green Pramuka City sebagai salah satu pengembang yang turut meramaikan pasar hunian vertikal masih akan mengedepankan keunggulannya sebagai satu kawasan strategis di tengah kota Jakarta yang menawarkan konsep one stop living. Konsep ini memberikan kemudahan hidup bagi konsumennya.
Green Pramuka City tahun depan akan mengembangkan klinik yang akan bekerja sama dengan Kalbe Farma. Berbagai promo menarik diberikan seperti program cicilan 120 X tanpa slip gaji dan dokumen yang rumit, biaya angsuran ringan, dan DP mulai 10%. ”Gratis biaya pemeliharaan selama setahun dan kemudahan proses administrasi pun turut menjadi strategi Green Pramuka City dalam meraih pangsa pasar hunian vertikal tahun 2018,” ujarnya.
Wakil Ketua Umum Bidang Pengelolaan Apartemen dan Rumah Susun Real Estate Indonesia (REI) Mualim Wijoyo menyampaikan optimisme yang sama. Menurutnya, periode 2018-2019 yang disebut-sebut sebagai tahun politik justru merupakan momentum terbaik bagi konsumen untuk membeli properti.
Karena bila menilik pada momentum serupa di tahun sebelumnya nilai properti memiliki kecederungan untuk naik secara signifikan setelah perhelatan politik selesai. “Dan sangat menguntungkan konsumern,” kata Mualim.
Lebih lanjut Mualim mengatakan, masyarakat makin cerdas, tidak akan mencampur-adukan politik dan ekonomi. “Yang suka politik silakan berpolitik, yang jualan tetap jualan,” tandas Mualim. [ak]
(poe)