INDEF: Utang Luar Negeri Kurang Produktif

Sabtu, 16 Desember 2017 - 18:08 WIB
INDEF: Utang Luar Negeri...
INDEF: Utang Luar Negeri Kurang Produktif
A A A
JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira mengatakan, pertumbuhan utang luar negeri (ULN) bulan Oktober masih didorong oleh ULN sektor publik yang naik 8,4%.

"Ini menandakan bahwa pemerintah semakin agresif menambah utang untuk menutup defisit anggaran yang diperkirakan berada dikisaran 2,7% terhadap PDB tahun ini," kata Bhima di Jakarta, Sabtu (16/12/2017).

Sementara, pertumbuhan utang luar negeri swasta mengalami stagnasi dengan tumbuh 1,3% sama dengan bulan sebelumnya. Hal ini menandakan sektor swasta belum berniat menambah kapasitas produksi atau berekspansi.

Sebanyak 77% ULN swasta terkonsentrasi di empat sektor utama, yakni keuangan, industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih. Menurut dia, ke empat sektor tersebut khususnya industri manufaktur masih tumbuh dibawah ekspektasi.

Hal yang perlu diperhatikan dari ULN adalah peningkatan ULN jangka pendek lebih tinggi dari jangka panjang. Tercatat ULN jangka pendek tumbuh 10,6%, sementara ULN jangka panjang tumbuh 3,9%. "Resiko missmatch akan menganggu likuiditas swasta maupun sektor publik dalam membayar ULN yang jatuh tempo," ujar dia.

Resiko utang juga bisa dilihat dari DSR atau debt to service ratio yang merupakan rasio pembayaran utang terhadap kinerja ekspor. Per kuartal III 2017, angka DSR Tier 1 menyentuh 26,39%.

"Angka ini terus naik sejak awal tahun. Peningkatan DSR membuktikan bahwa utang yang ditarik tidak berkorelasi positif terhadap sektor produktif yakni ekspor. Dibanding lima tahun lalu DSR masih tercatat 17,28%," jelas Bhima.

Hingga akhir tahun 2017, pertumbuhan ULN akan naik cukup signifikan dibanding tahun 2016. Pada bulan Desember, penerbitan surat utang baru sebagai bentuk prefunding kebutuhan anggaran tahun depan akan menaikkan pertumbuhan ULN sektor publik.

Pemerintah merealisasikan penjualan surat utang negara di awal Desember dalam denominasi dolar AS senilai USD4 miliar atau setara Rp54 triliun, dalam rangka prefunding. "Rasio ULN terhadap PDB diperkirakan menembus 35%-36%," tandasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1379 seconds (0.1#10.140)