Utang Luar Negeri RI Melambat di Bulan Juli Bukan Kabar Baik, Kok Bisa?

Selasa, 15 September 2020 - 12:57 WIB
loading...
Utang Luar Negeri RI Melambat di Bulan Juli Bukan Kabar Baik, Kok Bisa?
Perlambatan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Juli 2020 disebut ekonom bukan menjadi kabar baik. Hal itu justru menjadi sinyal adanya perlambatan aktivitas bisnis di sektor swasta. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Perlambatan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Juli 2020 disebut ekonom bukan menjadi kabar baik. Hal itu justru menjadi sinyal adanya perlambatan aktivitas bisnis di dalam negeri.

(Baca Juga: Utang Pemerintah Masih Akan Menumpuk hingga Akhir Tahun, Apa Penyebabnya )

Seperti diketahui Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada akhir Juli 2020 sebesar USD409,7 miliar yang terdiri dari ULN sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar USD201,8 miliar. Ditambah ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD207,9 miliar.

Pertumbuhan ULN Indonesia pada Juli 2020 tercatat 4,1% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 5,1% (yoy). Perkembangan ini didorong oleh menurunnya pertumbuhan ULN swasta di tengah pertumbuhan ULN Pemerintah yang relatif stabil.

Pengamat Ekonomi Nailul Huda menilai, perlambatan ini disebabkan oleh kondisi dalam negeri yang masih melambat maka permintaan utang ULN dari sektor swasta melambat. Jadi memang ada perlambatan ekonomi domestik juga.

(Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Melambat di Bulan Juli 2020 )

"Sebenarnya kalo kita lihat dari rasio utang terhadap PDB, angkanya naik. Utangnya masih tumbuh (walaupun melambat), namun PDB kita turun (kontraksi). Maka rasio utang terhadap PDB kita naik. Kita harus mewaspadai hal tersebut karena bukan kabar baik bagi Indonesia juga," ujar Huda saat dihubungi di Jakarta, Selasa (15/9/2020).

Ke depan, trend kinerja ULN diprediksi akan tetep tumbuh karena Indonesia masih butuh pembiayaan untuk PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional). Namun untuk sektor swasta diperkirakan akan melambat karena memang permintaan domestiknya yang turun.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1973 seconds (0.1#10.140)