Begini Perkiraan Konsumsi BBM dan Listrik saat Natal-Tahun Baru
A
A
A
JAKARTA - Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) memperkirakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM), elpiji serta listrik akan meningkat selama periode libur Natal dan Tahun Baru.
Untuk BBM, puncak konsumsi BBM jenis bensin diprediksi terjadi pada tgl 23 Desember 2017 (hari Sabtu) dengan volume sebesar 114.876 kiloliter (kl) atau naik sebesar 26,3% dibandingkan konsumsi normal. Sementara, puncak konsumsi BBM jenis solar diprediksi dengan volume sebesar 44.456 kl, atau naik sebesar 16,4% dibandingkan konsumsi normal.
"Tanggal 26 Desember 2017 juga merupakan libur Natal sehingga ini akan memicu peningkatan yang signifikan," ungkap BPH Migas dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (18/12/2017).
(Baca: Jelang Natal dan Tahun Baru Posko Nasional ESDM Dibentuk)
Namun, adanya pembatasan operasional angkutan barang pada H-3 dan H+3 libur Natal dan penurunan kegiatan transportasi komoditas industri akan berdampak pada penurunan konsumsi solar/biosolar.
Untuk pengamanan pasokan elpiji 3 kg menjelang libur Natal dan Tahun Baru, PT Pertamina (Persero) menambah pasokan dan melakukan operasi pasar di daerah Depok, Bogor, dan sebagian Jakarta. Tambahan pasokan dan operasi pasar telah dilakukan sejak awal Desember 2017 lalu. Selain untuk pengamanan pasokan elpiji 3 kg, operasi pasar juga bertujuan untuk menstabilkan harga elpiji 3 kg yang belakangan sempat melonjak.
BPH Migas yang memimpin Tim Posko Nasional ESDM menyebutkan, Pertamina telah memastikan bahwa ketahanan stok nasional elpiji berada pada kondisi aman yaitu 16 hari, di atas stok minimal 11 hari. Berdasarkan data penyaluran harian elpiji 3 kg bersubsidi, hingga 17 Desember 2017, realisasi penyaluran elpiji bersubsidi telah mencapai 5,750 juta MT, atau 93% dari kuota yang ditetapkan pada APBN-P 2017 sebesar 6,199 juta MT.
Sampai dengan akhir Desember 2017, penyaluran elpiji 3 kg bersubsidi diperkirakan akan melebihi kuota. Kelebihannya diperkirakan sekitar 1,6% di atas kuota dalam APBN-P 2017 tersebut.
Mengenai kondisi pasokan listrik, berdasarkan pengalaman selama ini, beban puncak pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan beban puncak pada kondisi hari kerja (proyeksi berkurang sekitar 10-20%, untuk Jawa Bali berkurang sekitar 30%). Sebab, pada hari tersebut industri yang mengonsumsi tenaga listrik yang sangat besar dan perkantoran berhenti beroperasi.
Namun demikian, kebutuhan listrik di beberapa tempat wisata, seperti di Bali diprediksi melonjak pada libur Natal dan Tahun Baru. Oleh karena itu, PT PLN (Persero) akan memberikan perhatian pada sistem kelistrikan tempat wisata agar tidak terjadi defisit. Secara umum, diperkirakan pasokan listrik selama periode Natal dan Tahun Baru akan berada pada kondisi pasokan cukup.
"Sebagai upaya selama periode Natal dan Tahun Baru PLN tidak akan melakukan pekerjaan/pemeliharaan yang dapat mengganggu pasokan listrik selama H-7 sampai H+7 kecuali pekerjaan perbaikan yang disebabkan gangguan," jelas BPH Migas.
Untuk BBM, puncak konsumsi BBM jenis bensin diprediksi terjadi pada tgl 23 Desember 2017 (hari Sabtu) dengan volume sebesar 114.876 kiloliter (kl) atau naik sebesar 26,3% dibandingkan konsumsi normal. Sementara, puncak konsumsi BBM jenis solar diprediksi dengan volume sebesar 44.456 kl, atau naik sebesar 16,4% dibandingkan konsumsi normal.
"Tanggal 26 Desember 2017 juga merupakan libur Natal sehingga ini akan memicu peningkatan yang signifikan," ungkap BPH Migas dalam keterangan tertulis yang diterima SINDOnews, Senin (18/12/2017).
(Baca: Jelang Natal dan Tahun Baru Posko Nasional ESDM Dibentuk)
Namun, adanya pembatasan operasional angkutan barang pada H-3 dan H+3 libur Natal dan penurunan kegiatan transportasi komoditas industri akan berdampak pada penurunan konsumsi solar/biosolar.
Untuk pengamanan pasokan elpiji 3 kg menjelang libur Natal dan Tahun Baru, PT Pertamina (Persero) menambah pasokan dan melakukan operasi pasar di daerah Depok, Bogor, dan sebagian Jakarta. Tambahan pasokan dan operasi pasar telah dilakukan sejak awal Desember 2017 lalu. Selain untuk pengamanan pasokan elpiji 3 kg, operasi pasar juga bertujuan untuk menstabilkan harga elpiji 3 kg yang belakangan sempat melonjak.
BPH Migas yang memimpin Tim Posko Nasional ESDM menyebutkan, Pertamina telah memastikan bahwa ketahanan stok nasional elpiji berada pada kondisi aman yaitu 16 hari, di atas stok minimal 11 hari. Berdasarkan data penyaluran harian elpiji 3 kg bersubsidi, hingga 17 Desember 2017, realisasi penyaluran elpiji bersubsidi telah mencapai 5,750 juta MT, atau 93% dari kuota yang ditetapkan pada APBN-P 2017 sebesar 6,199 juta MT.
Sampai dengan akhir Desember 2017, penyaluran elpiji 3 kg bersubsidi diperkirakan akan melebihi kuota. Kelebihannya diperkirakan sekitar 1,6% di atas kuota dalam APBN-P 2017 tersebut.
Mengenai kondisi pasokan listrik, berdasarkan pengalaman selama ini, beban puncak pada Hari Raya Natal dan Tahun Baru pada umumnya lebih rendah dibandingkan dengan beban puncak pada kondisi hari kerja (proyeksi berkurang sekitar 10-20%, untuk Jawa Bali berkurang sekitar 30%). Sebab, pada hari tersebut industri yang mengonsumsi tenaga listrik yang sangat besar dan perkantoran berhenti beroperasi.
Namun demikian, kebutuhan listrik di beberapa tempat wisata, seperti di Bali diprediksi melonjak pada libur Natal dan Tahun Baru. Oleh karena itu, PT PLN (Persero) akan memberikan perhatian pada sistem kelistrikan tempat wisata agar tidak terjadi defisit. Secara umum, diperkirakan pasokan listrik selama periode Natal dan Tahun Baru akan berada pada kondisi pasokan cukup.
"Sebagai upaya selama periode Natal dan Tahun Baru PLN tidak akan melakukan pekerjaan/pemeliharaan yang dapat mengganggu pasokan listrik selama H-7 sampai H+7 kecuali pekerjaan perbaikan yang disebabkan gangguan," jelas BPH Migas.
(fjo)