Pasar Properti Masih Prospektif pada 2018

Rabu, 27 Desember 2017 - 08:14 WIB
Pasar Properti Masih Prospektif pada 2018
Pasar Properti Masih Prospektif pada 2018
A A A
JAKARTA - Pasar propeti nasional di 2018 diprediksi akan tetap cerah dan prospektif seperti pada tahun ini. Hal itu tidak terlepas dari beberapa kebijakan-kebijakan positif yang dikeluarkan oleh pemerintah serta rampungnya sejumlah proyek infrastruktur baru di tahun depan.

Menjelang akhir 2017, sederet peristiwa penting di sektor industri properti terjadi di sepanjang tahun ini. Mulai dari kebijakan pemerintah yang berpengaruh besar dalam sektor properti seperti BI 7-Day Repo Rate, penutupan Tax Amnesty, penyesuaian Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan Paket Kebijakan Ekonomi.

Selain itu, kehadiran berbagai proyek infrastruktur baru yang memberi potensi bagi bisnis properti serta kondisi pasar properti yang sangat dinamis. Ike Hamdan, Head of Marketing Rumah.com menuturkan, pasar properti nasional di tahun mendatang diperkirakan akan lebih positif, melanjutkan tren yang telah terbentuk sepanjang tahun 2017.

Di sisi suplai, lanjut dia, perlambatan pasar properti pada pertengahan 2018 sebagai dampak Hari Raya Idul Fitri serta Pilkada Serentak 2018 mungkin terjadi, begitu juga menjelang Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019. Sementara di sisi permintaan, porsi terbesar akan datang dari rumah tipe menengah dengan harga di bawah Rp700 juta.

Konsumen akan mencari perumahan tipe kluster, terutama di wilayah satelit kota besar dengan akses menuju pintu tol dan sarana transportasi massal. Seiring tumbuhnya suku bunga untuk Kredit Pemilikian Apartemen (KPA) maka akan terjadi pertumbuhan yang moderat pada hunian jenis apartemen.

“Secara umum pasar properti Indonesia di tahun 2018 mendatang akan lebih menarik dan prospektif dibandingkan tahun 2017 ini. Satu tahun sebelum tahun politik 2019, pasar properti akan sedikit lebih bergairah dan ini merupakan kesempatan yang tepat untuk membeli properti, baik untuk dihuni atau dipakai sendiri maupun sebagai sarana investasi,” jelas Ike.

Ike mengungkapkan, dari catatan Rumah.com Property Index 2017, indeks properti nasional naik tipis 0,4% pada Q1 2017 (q-o-q) dan berlanjut pada Q2 tumbuh sebesar 0,97% (q-o-q). Pada Q3, pasar properti terlihat stabil. Sementara pada Q4 ini sampai akhir November 2017 indeks properti nasional mengalami kenaikan sebesar 0,91%.

Sementara di sisi volume suplai properti, indeks menunjukkan sedikit fluktuasi dimana pada Q1 mencatat kenaikan sebesar 11,4% (q-o-q), selanjutnya mengalami penurunan sebesar 2,1% pada Q2 2017 (q-o-q). Pada Q3 2017 suplai pulih dan meningkat hingga sebesar 10,7% (q-o-q) sedangkan pada Q4 ini sampai akhir November 2017 turun sebesar 9,23%.

Di sisi permintaan konsumen, terang dia, menurut Rumah.comProperty Affordability Sentiment Index H2-2017, Jabodetabek masih menjadi lokasi incaran bagi responden yang membeli rumah, dengan Jakarta berada pada posisi teratas, disusul Bogor. Di luar Jabodetabek, Bandung menjadi kota favorit selanjutnya, kemudian disusul Surabaya, dan Semarang.

“Sementara apartemen sudah menjadi pilihan utama hunian yang akan dibeli, selain rumah tapak kluster,” tukas Ike. Survei Property Affordability Sentiment Index H2-2017 dilakukan untuk mengetahui perilaku konsumen properti di Indonesia. Survei berkala diselenggarakan dua kali dalam setahun oleh Rumah.com bekerjasama dengan lembaga riset Intuit Research, Singapura, berdasarkan 1.020 responden dari seluruh Indonesia yang dilakukan pada Januari-Juni 2017.

“Sampai menjelang akhir tahun 2017, Rumah.com telah menyajikan lebih dari 400.000 data properti dijual dan disewa dari seluruh Indonesia, dengan lebih dari 17 juta halaman yang dikunjungi setiap bulan dan diakses oleh lebih dari 5,5 juta pencari properti setiap bulannya. Dengan statistik tersebut, Rumah.com memiliki akurasi data yang cukup tinggi untuk mengetahui dinamika yang terjadi di pasar properti di Indonesia,” bebernya.

Meskipun siklus pasar properti telah menunjukkan titik balik sejak Q3/2016, para pelaku pasar termasuk konsumen dan pengembang masih belum terlalu yakin pasar properti akan tumbuh signifikan. Berdasarkan survei yang dilakukan Indonesia Property Watch (IPW), tren pasar terus menunjukkan pergerakan positif meskipun masih tipis dan landai.

Pada Q1/2017 pertumbuhan terindikasi naik 5,7% lebih tinggi dibandingkan Q1/2016 yang anjlok 24%. Pergeseran pasar terjadi dari segmen menengah atas ke segmen menengah bawah. Hal ini juga yang menyebabkan porsi penjualan di segmen menengah bawah mendominasi sebesar 59,17%, diikuti segmen menengah 34,66% dan segmen atas 6,17%.

Menurut Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda, perlu disadari bahwa pergerakan di segmen menengah atas yang relatif sangat lambat sangat terkait dengan beberapa hal. Pertama, harga properti di segmen ini masih terindikasi over valuedikarenakan kenaikan harga yang sangat tinggi pada periode 2010-2012.(Rendra Hanggara)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6193 seconds (0.1#10.140)