Mengintip Peluang Indonesia di Industri Kreatif
A
A
A
JAKARTA - Founder Jababeka Setyono Djuandi Darmono menyampaikan, Indonesia memiliki peluang di industri kreatif, khususnya soal branding dan packaging. Darmono menjelaskan, pengembangan industri kreatif sesuai dengan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar produk Indonesia dapat lebih bersaing di luar negeri.
"Pak Presiden menginginkan industri kreatif digalakan. Pada dasarnya kompetisi bidang manufaktur kita enggak kompetitif kecuali untuk kebutuhan dalam negeri," ujarnya di Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Menurut Darmono, industri manufaktur Indonesia sulit bersaing dengan negara-negara besar lain seperti Jepang, Jerman, hingga China. "Untuk ekspor melawan raksasa Jepang, Jerman, China daya saing kita kurang. Kalau di zaman orde baru banyak proteksi dengan bea masuk tinggi, tekstil tahun 1970 produksi 100 juta meter kain per tahun dengan bea masuk tinggi jadi 10 miliar meter per tahun," katanya.
Satu-satunya yang bikin Indonesia bisa maju, diyakininya yakni di bidang art and design, seperti misalnya packaging air mineral dalam kemasan yang membuat harganya lebih mahal.
"Bisa bersaing di kelas dunia ada bidang art. Contohnya air mineral dalam kemasan, trademark, packaging, promotion, branding ini semua yang bikin mahal," kata Darmono. Dia menambahkan, Indonesia sangat kuat di bidang seni, tapi enggak pernah dipromosikan. Kalau tetap bertahan di manufaktur maka banyak lawan yang lebih bagus.
"Lebih efisiensi di luar, kita kalah lawan Bangladesh, Vietnam, kalah karena buruhnya murah. Untuk menjawab ini, semua harus promosikan kekuatan Indonesia di bidang seni budaya," pungkasnya.
"Pak Presiden menginginkan industri kreatif digalakan. Pada dasarnya kompetisi bidang manufaktur kita enggak kompetitif kecuali untuk kebutuhan dalam negeri," ujarnya di Jakarta, Kamis (4/1/2018).
Menurut Darmono, industri manufaktur Indonesia sulit bersaing dengan negara-negara besar lain seperti Jepang, Jerman, hingga China. "Untuk ekspor melawan raksasa Jepang, Jerman, China daya saing kita kurang. Kalau di zaman orde baru banyak proteksi dengan bea masuk tinggi, tekstil tahun 1970 produksi 100 juta meter kain per tahun dengan bea masuk tinggi jadi 10 miliar meter per tahun," katanya.
Satu-satunya yang bikin Indonesia bisa maju, diyakininya yakni di bidang art and design, seperti misalnya packaging air mineral dalam kemasan yang membuat harganya lebih mahal.
"Bisa bersaing di kelas dunia ada bidang art. Contohnya air mineral dalam kemasan, trademark, packaging, promotion, branding ini semua yang bikin mahal," kata Darmono. Dia menambahkan, Indonesia sangat kuat di bidang seni, tapi enggak pernah dipromosikan. Kalau tetap bertahan di manufaktur maka banyak lawan yang lebih bagus.
"Lebih efisiensi di luar, kita kalah lawan Bangladesh, Vietnam, kalah karena buruhnya murah. Untuk menjawab ini, semua harus promosikan kekuatan Indonesia di bidang seni budaya," pungkasnya.
(ven)