Pemerintah Efisienkan LRT dengan Manfaatkan Produksi Lokal

Rabu, 10 Januari 2018 - 06:10 WIB
Pemerintah Efisienkan...
Pemerintah Efisienkan LRT dengan Manfaatkan Produksi Lokal
A A A
JAKARTA - Pemerintah akan berupaya memanfaatkan produksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pembangunan proyek Light Rapit Transit atau kereta ringan (LRT) Jabodebek. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan saat ini progres pembangunan LRT Jabodebek sudah sangat maju. Hal itu terlihat disepakatinya financial close dari sindikasi 12 bank senilai Rp19,25 triliun.

"Saya kira ini sudah bagus dari financial close sebelumnya, di mana ada 12 bank sindikasi yang memberikan pinjaman. Sekarang ini kita lagi mengusahakan dan bersepakat supaya kebutuhan pembangunan LRT bisa dipasok di dalam negeri," ucap dia di Jakarta, Selasa (9/1/2018).

Kebutuhan-kebutuhan tersebut diantaranya pemenuhan rollingstok yang bisa dikerjakan oleh PT INKA. "Kami sudah bicarakan di mana ada BPPT, INKA KAI, Adhi Karya serta perwakilan Menhub dan BUMN supaya bisa memproduksi kebutuhan LRT seperti misalnya rollingstok," ungkapnya.

Dia berharap dengan sinergi berbagai pihak harga atau biaya LRT bisa lebih ditekan. "Di sisi lain kita ingin menunjukkan bahwa kita bisa mengkrate sendiri. Harganya juga diharapkan bisa lebih ditekan," pungkasnya.

Sementara itu, Plt Direktur Utama PT INKA, Moh Nur Sodiq mengatakan pihaknya dipercaya untuk menyediakan sarana LRT. Namun begitu, pembuatannya membutuhkan kemitraan dari luar (asing). "Pak Menko juga menyampaikan ada konsultan yang membantu. Rencananya LRT Jabodebek ini bisa memanfaatkan komponen lokal hingga 42%. Tapi kita berharap lebih dari 42%," jelasnya.

Dia menambahkan, bahwa untuk pendanaan rollingstok sebesar Rp4,05 triliun bisa lebih ditekan. "Kita diminta lebih efisien. Sehingga total kebutuhan pembangunan LRT yang sebesar Rp29,9 triliun bisa lebih ditekan juga," pungkasnya.

Sebelumnya PT KAI akan menjadi penyelenggara proyek LRT Jabodebek. Pendanaannya berasal dari APBN dan pinjaman perbankan dengan total Rp29,9 triliun. Adapun pinjaman berasal dari sindikasi sebanyak 12 bank diantaranya Bank Mandiri, Bank BRI, CIMB Niaga serta lembaga pembiayaan dari PT SMI.

Selain itu, bank lain yang bertindak selaku kreditur diantaranya Bank DKI, BTMU, Hana Bank Shinhan Bank, Bank Sumut serta Bank Mega. Sedangkan pendanaan dari APBN didapatkan PT KAI melalui penyertaan modal negara.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6424 seconds (0.1#10.140)