IMF: China Harus Longgarkan Pembatasan Perdagangan dan Investasi

Senin, 15 Januari 2018 - 10:58 WIB
IMF: China Harus Longgarkan...
IMF: China Harus Longgarkan Pembatasan Perdagangan dan Investasi
A A A
HONG KONG - Deputi Direktur International Monetary Fund (IMF) David Lipton mengatakan, China harus bersedia melonggarkan pembatasan perdagangan dan investasi jika ingin memainkan peran utama dalam globalisasi.

Berbicara di Asian Financial Forum di Hong Kong pada hari ini, Lipton mengakui bahwa kepemimpinan China telah menjadi "voice of reason" dalam hal melestarikan sistem perdagangan internasional berbasis peraturan saat ini. Namun, negara ini juga memiliki lebih banyak hal yang harus dilakukan.

"Kami percaya bahwa kepemimpinan yang efektif dan kredibel dalam mendukung globalisasi juga membutuhkan kemauan untuk mengenali dan mengatasi kekurangannya sendiri," kata Lipton seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (15/1/2018).

Menurutnya, hal tersebut berarti melindungi hak kekayaan intelektual dan mengurangi distorsi kebijakan industri, kelebihan kapasitas, dan kebijakan yang menguntungkan perusahaan negara.

Lipton mengatakan, China juga harus mempercepat upayanya untuk membawa sektor keuangan ke pijakan yang lebih stabil. "China memiliki kesempatan untuk mempercepat reformasi ekonomi yang dapat menjamin pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif," imbuhnya.

China telah membuat kemajuan pesat di bidang ini, karena penilaian terakhir IMF terhadap sektor keuangan. Tetapi penting untuk mempertahankan usaha ini untuk memastikan bahwa ketidakstabilan keuangan tidak merusak kemajuan ekonomi dan sosial negara tersebut yang luar biasa.

Lipton terdengar optimistis tentang keadaan ekonomi global saat ini, dalam konteks publikasi mingguan perkiraan ekonomi IMF yang baru. "Tanda-tanda menunjukkan pertumbuhan yang lebih cepat di semua wilayah," katanya.

"Kita juga harus menyadari bahwa ekonomi global berada pada tahap akhir pemulihan yang panjang dan bertahap dari krisis keuangan global. Dengan kelonggaran ekonomi di negara-negara maju yang semakin berkurang, tidak jelas berapa lama kabar baik akan terus berlanjut," tutur dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6875 seconds (0.1#10.140)