Krisis Real Estate China Belum Berakhir, IMF Beri Peringatan
loading...
A
A
A
BEIJING - Dana Moneter Internasional atau IMF mengatakan, China perlu berbuat lebih banyak untuk memperbaiki masalah real estat e-nya. Diketahui pasar properti berkontribusi sekitar seperempat dari PDB China sejauh ini.
Namun sektor tersebut telah menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi China, terutama sejak Beijing menindak tegas ketergantungan tinggi pengembang pada utang pada tahun 2020, lalu. Otoritas China mulai melonggarkan pembatasan pembiayaan untuk sektor ini selama beberapa bulan terakhir.
"Langkah-langkah kebijakan pihak berwenang baru-baru ini disambut baik, tetapi dalam pandangan kami diperlukan aksi tambahan untuk mengakhiri krisis real estat," kata Wakil Direktur di Departemen Asia Pasifik IMF, Thomas Helbling dalam sebuah pengarahan.
"Jika Anda melihat beragam kebijakannya, banyak dari mereka hanya mengatasi masalah pembiayaan untuk pengembang yang masih dalam kesehatan keuangan yang relatif baik, sehingga itu membantu," tambahnya dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
"Tetapi masalah pengembang properti yang menghadapi kesulitan keuangan yang parah belum diatasi. Masalah stok besar perumahan yang belum selesai secara lebih luas belum ditangani," bebernya.
Kondisi pandemi Covid-19 dan kesulitan keuangan membuat konstruksi melambat hingga beberapa pembeli rumah menghentikan pembayaran hipotek mereka musim panas lalu sebagai protes.
Kemudian pihak berwenang China merespons dengan menekankan perlunya membantu pengembang menyelesaikan pembangunan apartemen pra-penjualan tersebut. Namun, ruang lantai perumahan yang dijual di China turun hampir 27% tahun lalu, sementara investasi real estat turun 10%, menurut data resmi.
"Saya pikir akan sangat membantu untuk mencari jalan keluar dan ... bagaimana restrukturisasi bisa dilakukan dan siapa yang akan menyerap kerugian jika ada kerugian," kata Helbling.
Namun sektor tersebut telah menjadi hambatan bagi pertumbuhan ekonomi China, terutama sejak Beijing menindak tegas ketergantungan tinggi pengembang pada utang pada tahun 2020, lalu. Otoritas China mulai melonggarkan pembatasan pembiayaan untuk sektor ini selama beberapa bulan terakhir.
"Langkah-langkah kebijakan pihak berwenang baru-baru ini disambut baik, tetapi dalam pandangan kami diperlukan aksi tambahan untuk mengakhiri krisis real estat," kata Wakil Direktur di Departemen Asia Pasifik IMF, Thomas Helbling dalam sebuah pengarahan.
"Jika Anda melihat beragam kebijakannya, banyak dari mereka hanya mengatasi masalah pembiayaan untuk pengembang yang masih dalam kesehatan keuangan yang relatif baik, sehingga itu membantu," tambahnya dalam sebuah wawancara dengan CNBC.
"Tetapi masalah pengembang properti yang menghadapi kesulitan keuangan yang parah belum diatasi. Masalah stok besar perumahan yang belum selesai secara lebih luas belum ditangani," bebernya.
Kondisi pandemi Covid-19 dan kesulitan keuangan membuat konstruksi melambat hingga beberapa pembeli rumah menghentikan pembayaran hipotek mereka musim panas lalu sebagai protes.
Kemudian pihak berwenang China merespons dengan menekankan perlunya membantu pengembang menyelesaikan pembangunan apartemen pra-penjualan tersebut. Namun, ruang lantai perumahan yang dijual di China turun hampir 27% tahun lalu, sementara investasi real estat turun 10%, menurut data resmi.
"Saya pikir akan sangat membantu untuk mencari jalan keluar dan ... bagaimana restrukturisasi bisa dilakukan dan siapa yang akan menyerap kerugian jika ada kerugian," kata Helbling.