Perkuat Ekonomi, Santri Milenial Perlu Jadi Wirausaha Digital
A
A
A
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengajak kepada para santri untuk menjadi wirausaha industri terutama di sektor digital. Pasalnya, Indonesia ditargetkan menjadi negara ekonomi terkuat ketujuh di dunia pada tahun 2030, di mana salah satunya diharapkan melalui kontribusi dari sektor industri digital.
“Kami mengajak santri agar belajar berindustri. Harapannya, selepas dari pesantren, mereka siap berkompetisi di era digital,” kata Menperin seperti dikutip dalam laman resmi Kementerian Perindustian (Kemenperin).
Airlangga menjelaskan, terkait peluang di era ekonomi digital saat ini, Kemenperin melihat adanya potensi besar yang bisa dikembangkan di lingkungan pondok pesantren. Untuk itu, diluncurkan program Santripreneur yang betujuan guna menumbuhkan wirausaha industri baru serta pengembangan industri kecil dan menengah (IKM).
“Seluruh sumber daya termasuk para santri ini harus dilatih semaksimal mungkin agar sasaran-sasaran tersebut bisa tercapai,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Agama tahun 2014-2015, jumlah pondok pesantren di Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi diperkirakan sebanyak 28.961 unit dengan total santri lebih dari empat juta orang. Dalam implementasi program Santripreneur, Kemenperin memiliki dua pendekatan, yaitu model Santri Berindustri dan Santri Berkreasi.
Santri Berindustri merupakan upayapengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh pondok pesantren maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.
Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa pondok pesantren untuk menjadi seorang professional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini. Pelatihan animasi diselenggarakan di Bali Industri Creative Center (BCIC) bekerja sama dengan Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI).
Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga meminta santri agar melek teknologi dan mendorong mereka untuk belajar serta bekerja sehingga siap berkompetisi mengikuti perkembangan zaman.
"Teknologi industri berkembang cepat. Pemerintahan Presiden Jokowi juga melakukan perubahan lebih efisien dan efektif, dan itu menggunakan teknologi informasi. Sekarang terkoneksi dalam jaringan, jadi kalian (santri) juga harus berpikir ke sana," tuturnya.
Ia juga menyampaikan pentingnya kemajuan teknologi digital yang perlu dimanfaatkan oleh para santri. "Saya memberikan pesan pada anak muda bagaimana pentingnya kemajuan teknologi. Para santri juga bisa mengisi kemampuan di bidang teknologi tersebut, selain agama yang membuat mental mereka lebih baik," ujarnya.
Luhut berharap Pondok Pesantren Lirboyo bisa menjadi salah satu pesantren percontohan yang mampu mengembangkan bidang teknologi. “Sumber daya manusia di pesantren ini banyak dan mereka bisa belajar bahkan hingga luar negeri,” imbuhnya.
“Kami mengajak santri agar belajar berindustri. Harapannya, selepas dari pesantren, mereka siap berkompetisi di era digital,” kata Menperin seperti dikutip dalam laman resmi Kementerian Perindustian (Kemenperin).
Airlangga menjelaskan, terkait peluang di era ekonomi digital saat ini, Kemenperin melihat adanya potensi besar yang bisa dikembangkan di lingkungan pondok pesantren. Untuk itu, diluncurkan program Santripreneur yang betujuan guna menumbuhkan wirausaha industri baru serta pengembangan industri kecil dan menengah (IKM).
“Seluruh sumber daya termasuk para santri ini harus dilatih semaksimal mungkin agar sasaran-sasaran tersebut bisa tercapai,” ujarnya.
Berdasarkan data Kementerian Agama tahun 2014-2015, jumlah pondok pesantren di Indonesia yang tersebar di seluruh provinsi diperkirakan sebanyak 28.961 unit dengan total santri lebih dari empat juta orang. Dalam implementasi program Santripreneur, Kemenperin memiliki dua pendekatan, yaitu model Santri Berindustri dan Santri Berkreasi.
Santri Berindustri merupakan upayapengembangan unit industri yang telah dimiliki oleh pondok pesantren maupun penumbuhan unit industri baru yang potensial. Langkah ini diharapkan mendorong unit industri tersebut menjadi tempat magang para sumber daya manusia di lingkungan pesantren.
Sedangkan, model Santri Berkreasi merupakan program kegiatan pelatihan dan pendampingan dalam pengembangan potensi kreatif para santri maupun alumni yang terpilih dari beberapa pondok pesantren untuk menjadi seorang professional di bidang seni visual, animasi dan multimedia sesuai standar industri saat ini. Pelatihan animasi diselenggarakan di Bali Industri Creative Center (BCIC) bekerja sama dengan Asosiasi Industri Animasi dan Konten Indonesia (AINAKI).
Sementara itu Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga meminta santri agar melek teknologi dan mendorong mereka untuk belajar serta bekerja sehingga siap berkompetisi mengikuti perkembangan zaman.
"Teknologi industri berkembang cepat. Pemerintahan Presiden Jokowi juga melakukan perubahan lebih efisien dan efektif, dan itu menggunakan teknologi informasi. Sekarang terkoneksi dalam jaringan, jadi kalian (santri) juga harus berpikir ke sana," tuturnya.
Ia juga menyampaikan pentingnya kemajuan teknologi digital yang perlu dimanfaatkan oleh para santri. "Saya memberikan pesan pada anak muda bagaimana pentingnya kemajuan teknologi. Para santri juga bisa mengisi kemampuan di bidang teknologi tersebut, selain agama yang membuat mental mereka lebih baik," ujarnya.
Luhut berharap Pondok Pesantren Lirboyo bisa menjadi salah satu pesantren percontohan yang mampu mengembangkan bidang teknologi. “Sumber daya manusia di pesantren ini banyak dan mereka bisa belajar bahkan hingga luar negeri,” imbuhnya.
(akr)