Jajaki Pasar Asia Selatan, Mendag Gelar Misi Dagang
A
A
A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) RI Enggartiasto Lukita memboyong 61 orang Delegasi Bisnis Indonesia untuk menjajaki besarnya pasar Asia Selatan lewat rangkaian kegiatan misi dagang. Kegiatan tersebut akan dimulai dari India pada 22 Januari 2018 dan dilanjutkan ke Pakistan pada 26 Januari 2018.
Misi dagang kali ini merupakan bagian dari misi ekonomi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Asia Selatan. Delegasi misi dagang ke India terdiri atas 37 orang dari 30 perusahaan, termasuk KADIN.
Produk yang akan ditawarkan ke pasar India adalah makanan dan minuman, kopi, rempah-rempah, produk pertanian, kelapa sawit dan turunannya, gula kelapa, rotan, emas, kerupuk, dan ban. Sementara itu, Delegasi misi dagang ke Pakistan terdiri atas 24 orang dari 23 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di sektor produk pertanian, elektronik, teh, tekstil, kelapa sawit dan turunannya, serta jasa.
“Rangkaian misi dagang dimulai dari India lalu ke Pakistan, mengikuti jadwal Presiden. Misi ekonomi termasuk dalam lawatan ini. Untuk memaksimalkannya, Kementerian Perdagangan akan mengadakan forum bisnis, one-on-one business matching, dan pertemuan bilateral dengan Pemerintah di sana,” ungkap Mendag Enggar seperti dikuti dalam laman resmi Kemendag, Senin (22/1).
Saat berada di India, isu penting yang akan diangkat Mendag adalah momentum ASEAN-India Business and Investment Meet & Expo sebagai upaya pendekatan untuk segera menyelesaikan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Upaya penyelesaian segera RCEP adalah hasil Pertemuan Intersesi Menteri Ekonomi ASEAN di Singapura, beberapa waktu lalu.
“Dengan potensi RCEP yang begitu besar, negara-negara ASEAN berkomitmen untuk segera menyelesaikan perundingan RCEP pada tahun 2018 ini,” jelasnya.
RCEP merupakan pakta perdagangan bebas yang terdiri atas 16 negara, mencakup hampir setengah populasi dunia. Ke-16 negara anggota RCEP adalah sepuluh negara ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) dengan enam negara mitra (Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru).
Penyelesaian perundingan RCEP diharapkan dapat memberikan peluang kerja bagi generasi muda, mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan perkembangan inklusif, serta mempromosikan inovasi untuk memperbaiki standar hidup masyarakat.
Asia Selatan, terutama India, merupakan pasar yang besar dan potensial. Pada 2016, total perdagangan Indonesia-India sebesar USD 12,98 miliar. Sementara itu pada periode Januari-November 2017 menunjukkan kenaikan menjadi sebesar USD 16,55 miliar. Produk Indonesia yang disuplai ke India masih banyak yang berupa komoditas, seperti batu bara, CPO, tembaga, karet, timah, dan lain-lain.
Sedangkan dalam kunjungannya ke Pakistan, Mendag akan menindaklanjuti kerja sama Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) yang kini dalam masa review. “Pemanfaatan IP-PTA cukup memiliki dampak bagi Indonesia sejak implementasi pada 2013 lalu. Untuk dampak yang lebih luas, direncanakan akan dilakukan penandatangan kerja sama di bidang promosi perdagangan di antara kedua negara," ungkapnya.
Hubungan dagang dengan Pakistan merupakan satu perspektif baru bagi Indonesia karena geo-strategis Pakistan dengan negara-negara tetangga seperti Asia Tengah. Implementasi IP-PTA kemudian dilakukan lewat kerja sama teknis untuk mendorong berbagai pihak, termasuk pihak swasta, untuk memanfaatkan IP-PTA.
Total perdagangan Indonesia-Pakistan pada 2016 senilai USD2,17 miliar, dengan surplus bagi Indonesia sebesar USD1,86 miliar. Sementara itu, nilai ekspor Januari-November 2017 mencapai USD2,38 miliar atau naik sebesar 24,24% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Pakistan merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia, khususnya untuk produk kelapa sawit.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda antusias menyambut pelaksanaan misi dagang kali ini. Arlinda juga optimistis kunjungan ke India dan Pakistan tersebut dapat memperluas akses produk Indonesia ke pasar Asia Selatan.
“Melalui misi dagang ini, diharapkan dapat mendorong ekspor Indonesia ke pasar nontradisional serta membuka pasar ekspor baru dengan kawasan Asia Selatan yang sangat potensial,” pungkasnya.
Misi dagang kali ini merupakan bagian dari misi ekonomi Presiden Joko Widodo dalam kunjungan kerjanya ke Asia Selatan. Delegasi misi dagang ke India terdiri atas 37 orang dari 30 perusahaan, termasuk KADIN.
Produk yang akan ditawarkan ke pasar India adalah makanan dan minuman, kopi, rempah-rempah, produk pertanian, kelapa sawit dan turunannya, gula kelapa, rotan, emas, kerupuk, dan ban. Sementara itu, Delegasi misi dagang ke Pakistan terdiri atas 24 orang dari 23 perusahaan. Perusahaan-perusahaan tersebut bergerak di sektor produk pertanian, elektronik, teh, tekstil, kelapa sawit dan turunannya, serta jasa.
“Rangkaian misi dagang dimulai dari India lalu ke Pakistan, mengikuti jadwal Presiden. Misi ekonomi termasuk dalam lawatan ini. Untuk memaksimalkannya, Kementerian Perdagangan akan mengadakan forum bisnis, one-on-one business matching, dan pertemuan bilateral dengan Pemerintah di sana,” ungkap Mendag Enggar seperti dikuti dalam laman resmi Kemendag, Senin (22/1).
Saat berada di India, isu penting yang akan diangkat Mendag adalah momentum ASEAN-India Business and Investment Meet & Expo sebagai upaya pendekatan untuk segera menyelesaikan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP). Upaya penyelesaian segera RCEP adalah hasil Pertemuan Intersesi Menteri Ekonomi ASEAN di Singapura, beberapa waktu lalu.
“Dengan potensi RCEP yang begitu besar, negara-negara ASEAN berkomitmen untuk segera menyelesaikan perundingan RCEP pada tahun 2018 ini,” jelasnya.
RCEP merupakan pakta perdagangan bebas yang terdiri atas 16 negara, mencakup hampir setengah populasi dunia. Ke-16 negara anggota RCEP adalah sepuluh negara ASEAN (Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam) dengan enam negara mitra (Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru).
Penyelesaian perundingan RCEP diharapkan dapat memberikan peluang kerja bagi generasi muda, mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan dan perkembangan inklusif, serta mempromosikan inovasi untuk memperbaiki standar hidup masyarakat.
Asia Selatan, terutama India, merupakan pasar yang besar dan potensial. Pada 2016, total perdagangan Indonesia-India sebesar USD 12,98 miliar. Sementara itu pada periode Januari-November 2017 menunjukkan kenaikan menjadi sebesar USD 16,55 miliar. Produk Indonesia yang disuplai ke India masih banyak yang berupa komoditas, seperti batu bara, CPO, tembaga, karet, timah, dan lain-lain.
Sedangkan dalam kunjungannya ke Pakistan, Mendag akan menindaklanjuti kerja sama Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IP-PTA) yang kini dalam masa review. “Pemanfaatan IP-PTA cukup memiliki dampak bagi Indonesia sejak implementasi pada 2013 lalu. Untuk dampak yang lebih luas, direncanakan akan dilakukan penandatangan kerja sama di bidang promosi perdagangan di antara kedua negara," ungkapnya.
Hubungan dagang dengan Pakistan merupakan satu perspektif baru bagi Indonesia karena geo-strategis Pakistan dengan negara-negara tetangga seperti Asia Tengah. Implementasi IP-PTA kemudian dilakukan lewat kerja sama teknis untuk mendorong berbagai pihak, termasuk pihak swasta, untuk memanfaatkan IP-PTA.
Total perdagangan Indonesia-Pakistan pada 2016 senilai USD2,17 miliar, dengan surplus bagi Indonesia sebesar USD1,86 miliar. Sementara itu, nilai ekspor Januari-November 2017 mencapai USD2,38 miliar atau naik sebesar 24,24% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2016. Pakistan merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia, khususnya untuk produk kelapa sawit.
Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Arlinda antusias menyambut pelaksanaan misi dagang kali ini. Arlinda juga optimistis kunjungan ke India dan Pakistan tersebut dapat memperluas akses produk Indonesia ke pasar Asia Selatan.
“Melalui misi dagang ini, diharapkan dapat mendorong ekspor Indonesia ke pasar nontradisional serta membuka pasar ekspor baru dengan kawasan Asia Selatan yang sangat potensial,” pungkasnya.
(akr)