Jalur Ekspor Impor Davao-Bitung Mendesak Dimaksimalkan

Jum'at, 26 Januari 2018 - 22:08 WIB
Jalur Ekspor Impor Davao-Bitung Mendesak Dimaksimalkan
Jalur Ekspor Impor Davao-Bitung Mendesak Dimaksimalkan
A A A
MANADO - Kalangan Pengusaha di Sulawesi Utara (Sulut) mendapatkan tantangan agar memaksimalkan usaha pemerintah yang telah membuka jalur ekspor-impor ke Filipina lewat Pelabuhan Bitung. Pernyataan ini disampaikan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulut Hangky Arther Gerungan dalam Focus Group Diskusi dengan tema 'Peran Dunia Usaha Dalam Menunjang Program Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan'.

“Pemerintah sudah membuka jalur Davao-Bitung dengan kapal Roll On Roll Of (RoRo) MV Super Shuttle Roro 12 rute Davao (Filipina)-Bitung (Indonesia) di Pelabuhan Samudera Bitung. Ini harus dimaksimalkan,” ungkap Hangky di Kantor Gubernur Sulut, Jumat (26/1/2018),

Menurut dia, Kadin selama ini telah berusaha bekerja sama dengan pemerintah pusat. Artinya saat ini daerah Sulut sudah semakin terbuka dalam ekonomi bahkan bea masuk yang tadinya tinggi kini menjadi murah.

Sementara Kakanwil Bea Cukai Sulbagtra, Cerah Bangun menjelaskan soal ekspor di Bitung dalam logistik nasional Pelabuhan Bitung memiliki dua hub dan akan dikembangkan menjadi hub untuk Indonesia Timur. Untuk kegiatan ekspor dan impor selama ini terbatas hanya dari Filipina dengan jumlah yang sangat sedikit.

Adanya kapal RoRo bakal sangat membantu dari yang sebelumnya kegiatan selama ini terbatas dari Filipina khususnya biasanya dari Tanjung Priuk, Surabaya dan Makassar sekarang langsung ke Sulut. “Yang perlu diketahui dalam impor adalah adanya kawasan berikat dan bebas bea serta pajak untuk ekspor,” paparnya

Seperti diketahui, kedatangan perdana Kapal Roll On Roll Of (RoRo) MV Super Shuttle Roro 12 rute Davao (Filipina) – Bitung (Indonesia) di Pelabuhan Samudera Bitung, sudah berlangsung pada Selasa 2 Mei 2017 lalu yang disambut gembira Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey. Hanya saja jalur tersebut tidak berjalan maksimal, lantaran komoditas ekspor dari Sulut ke negara tersebut masih rendah.

Sebelumnya terwujudnya jalur pelayaran resmi rute pelayaran kapal yang dioperasikan Asian Marine Transport Corporation (AMTC) yang memiliki kapasitas sebesar 500 TEuS tersebut diyakini menjadi momentum untuk membuka peluang peningkatan perdagangan barang dan jasa antar kedua wilayah. Bahkan melampaui total nilai ekspor nonmigas Sulut ke Filipina hingga Oktober 2016 yang berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar 20,78 juta USD.

"Kami optimis bahwa nilai ekspor Sulawesi Utara ke Filipina akan kembali meningkat kedepannya," kata Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dengan nada optimis ketika itu.

Dia mengajak dan mendukung pengusaha dan masyarakat untuk memanfaatkan kapal RoRo untuk membuka peluang dan memperluas jangkauan usaha melalui jalinan kerjasama perdagangan di kedua wilayah. "Pemerintah akan senantiasa mendukung dan memfasilitasi kegiatan usaha masyarakat dengan tetap mengacu pada aturan-aturan yang ada," imbuhnya.

Diketahui, pelayaran Perdana Kapal Ro-Ro Rute Davao/General Santos Filipina–Bitung Indonesia ini merupakan perwujudan dari Penandatanganan Deklarasi Bersama tentang Konektivitas Laut Indonesia - Filipina yang dilakukan pada 28 April 2017 dan secara resmi telah diluncurkan pada tanggal 30 April 2017 lalu di Manila Filipina dengan disaksikan oleh Presiden Joko Widodo dan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.

Kondisi pelayaran Bitung-Davao tersebut dinilai sangat kompetitif, baik dilihat dari segi jarak maupun waktu tempuh yang lebih singkat sehingga dapat mengurangi biaya transportasi dan logistik. Rute Bitung-Davao hanya membutuhkan waktu tempuh 1 sampai dengan dua hari. Hal ini tentunya jauh lebih singkat dibandingkan dengan rute Bitung-Surabaya atau Jakarta-Davao, yang membutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7637 seconds (0.1#10.140)