BI Kembangkan Sentra Agribisnis Bawang Merah
A
A
A
BANDUNG - Desa Mekarmanik, Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, bakal menjadi sentra agribisnis bawang merah. Sentra tersebut diharapkan mampu menyuplai kebutuhan bawang merah ketika terjadi inflasi.
Penetapan kawasan agribisnis bawang merah setalah tiga pihak yaitu Bank Indonesia (BI) wilayah Jawa Barat, Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Pemkab Bandung melakukan penandatanganan MoU, hari ini.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Jabar Wiwiek S Widayat mengatakan, rencana pengembangan agribisnis bawang merah akan diberlakukan pada lahan seluas 5 hektare (ha). Kawasan pertanian itu akan mendapatkan bantuan dan pendampingan selama tiga tahun.
"Kami memilih bawang merah karena komoditi ini masuk pada kebutuhan volatile food. Total ada 25 komoditi. Nah, ini yang sedang kami kembangkan oleh BI agar pasokan kepada masyarakat terjamin," jelas Wiwiek usai penandangan MoU di kawasan tersebut, Selasa (30/1/2018).
Menurutnya, pengembangan agribisnis pertanian dalam upaya peningkatan ketahanan pangan dan pengendalian inflasi di Provinsi Jabar. Bawang merah merupakan salah satu komoditi pemicu inflasi Jabar. Hal ini terbukti selama tiga tahun berturut-turut sejak 2015-2017 komoditi bawang merah berkontribusi terhadap inflasi sebesar 1,24%.
"Pengembangan agribisnis pertanian melalui program pengembangan klaster yang dilakukan oleh bank sentral ini merupakan upaya dalam pengendalian inflasi. Arahnya pada komoditas ketahanan pangan, komoditas sumber tekanan inflasi dan berorientasi ekspor," beber dia.
Pengembangan agribisnis pertanian komoditi bawang merah di Kabupaten Bandung diawali dengan melibatkan kelompok tani Tricipta. Namun, ke depan diharapkan dapat berkembang dan melibatkan kelompok tani bawang merah
lainnya yang ada di Kabupaten Bandung.
Upaya ini diharapkan dapat mempertahankan
Kabupaten Bandung sebagai salah satu sentra bawang merah terbaik dan terbesar di Indonesia.
Rektor Unpad Med Tri Hanggono Achmad mengatakan, tantangan bidang pertanian bukan hanya pada persoalan produksi. Tapi juga meliputi persoalan tata kelola perdagangan. Produk pertanian yang telah dihasilkan bisa tersalurkan kepada masyarakat dengan baik.
"Sehingga, konsep agri bisnis ini penting, tapi kita harus ingat, melakukan pengembangan agri bisnis tak bisa lepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya. Ada faktor lingkungan sosial lainnya yang harus jadi perhatian," ujar dia.
Penetapan kawasan agribisnis bawang merah setalah tiga pihak yaitu Bank Indonesia (BI) wilayah Jawa Barat, Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Pemkab Bandung melakukan penandatanganan MoU, hari ini.
Kepala Perwakilan BI Provinsi Jabar Wiwiek S Widayat mengatakan, rencana pengembangan agribisnis bawang merah akan diberlakukan pada lahan seluas 5 hektare (ha). Kawasan pertanian itu akan mendapatkan bantuan dan pendampingan selama tiga tahun.
"Kami memilih bawang merah karena komoditi ini masuk pada kebutuhan volatile food. Total ada 25 komoditi. Nah, ini yang sedang kami kembangkan oleh BI agar pasokan kepada masyarakat terjamin," jelas Wiwiek usai penandangan MoU di kawasan tersebut, Selasa (30/1/2018).
Menurutnya, pengembangan agribisnis pertanian dalam upaya peningkatan ketahanan pangan dan pengendalian inflasi di Provinsi Jabar. Bawang merah merupakan salah satu komoditi pemicu inflasi Jabar. Hal ini terbukti selama tiga tahun berturut-turut sejak 2015-2017 komoditi bawang merah berkontribusi terhadap inflasi sebesar 1,24%.
"Pengembangan agribisnis pertanian melalui program pengembangan klaster yang dilakukan oleh bank sentral ini merupakan upaya dalam pengendalian inflasi. Arahnya pada komoditas ketahanan pangan, komoditas sumber tekanan inflasi dan berorientasi ekspor," beber dia.
Pengembangan agribisnis pertanian komoditi bawang merah di Kabupaten Bandung diawali dengan melibatkan kelompok tani Tricipta. Namun, ke depan diharapkan dapat berkembang dan melibatkan kelompok tani bawang merah
lainnya yang ada di Kabupaten Bandung.
Upaya ini diharapkan dapat mempertahankan
Kabupaten Bandung sebagai salah satu sentra bawang merah terbaik dan terbesar di Indonesia.
Rektor Unpad Med Tri Hanggono Achmad mengatakan, tantangan bidang pertanian bukan hanya pada persoalan produksi. Tapi juga meliputi persoalan tata kelola perdagangan. Produk pertanian yang telah dihasilkan bisa tersalurkan kepada masyarakat dengan baik.
"Sehingga, konsep agri bisnis ini penting, tapi kita harus ingat, melakukan pengembangan agri bisnis tak bisa lepas dari kehidupan masyarakat sekitarnya. Ada faktor lingkungan sosial lainnya yang harus jadi perhatian," ujar dia.
(izz)