Mengenang Integritas Legenda Hidup Rachmat Saleh
A
A
A
JAKARTA - Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) akan meluncurkan sejumlah buku karya para jurnalis pada acara Puncak Hari Pers Nasional (HPN) pada 9 Februari mendatang di Padang, Sumatra Barat. Salah satu buku yang akan diluncurkan dan diserahkan kepada Presiden Joko Widodo merupakan revisi biografi mantan Gubernur Bank lndonesia (BI) dua periode dan Menteri Perdagangan Rachmat Saleh.
Buku yang berjudul 'Legacy Sang Legenda Kejujuran' merupakan karya wartawan senior Syafrizal Dahlan dan kawan-kawan. "Ini merupakan buku pertama dan satu-satunya yang mengisahkan perjalanan hidup dan rekam jejak komprehensif Rachmat Saleh yang pada 1 Mei 2018 nanti, berusia 88 tahun," kata Syafrizal di Jakarta, Senin (5/2/2018).
Bagi dunia perbankan nasional, baik bank sentral, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun bank-bank umum, dan bahkan di lingkup ASEAN, nama Rachmat Saleh adalah legenda hidup (the living legend). Demikian juga di dunia perdagangan, warisan karya besarnya bemanfaat besar bagi kemaslahatan orang.
Menurut Syafrizal, di tangan Rachmat Saleh, Bank Indonesia berhasil menyejajarkan diri dengan bank sentral negara maju lainnya. Bahkan, berkat dirinya juga, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) bertahan dan berkembang selama 60 tahun sebagai kawah candradimuka para bankir nasional dengan alumni lebih 100.000 bankir.
Akan tetapi, yang sangat legendaris adalah integritas dan kejujurannya. Dia mengungkapkan, integritas dan kejujuran Rachmat Saleh berada jauh di atas rata-rata orang Indonesia.
"Integritas pribadinya nyaris tanpa noda. Bahkan, persahabatan pun akan dia korbankan apabila perkawanan itu bisa mengganggu sumpah jabatan, utamanya, bersumpah tidak memberi dan menerima apa pun dari siapa pun," ujar Syafrizal. Dia melanjutkan, selama 10 tahun sebagai Gubernur Bank Indonesia (1973-1983), nyaris tidak sekalipun dia mengadakan jumpa pers, dan apalagi wawancara khusus.
Sementara selama lima tahun menjabat Menteri Perdagangan (1983-1988), juga tidak diwarnai banyak pemberitaan yang bersumber langsung dari dirinya. "Dia berbeda dengan kebanyakan pejabat masa itu, yang umumnya banyak bicara serta sering mengadakan kegiatan dengan liputan pers yang luas," urainya.
Rachmat Saleh juga terbukti telah mampu membereskan banyak sekali persoalan rumit selama dia mengabdi. Lebih lanjut Syafrizal menuturkan, PWI meluncurkan buku Legacy Sang Legenda Kejujuran Rachmat Saleh bukan saja karena biografi tersebut merupakan karya wartawan senior untuk memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN), tetapi juga karena tokoh yang pantas diteladani kejujurannya sudah semakin langka.
"Dengan diluncurkan pada Hari Pers Nasional, buku ini diharapkan dapat memberikan dampak publikasi yang massif," pungkasnya.
Buku yang berjudul 'Legacy Sang Legenda Kejujuran' merupakan karya wartawan senior Syafrizal Dahlan dan kawan-kawan. "Ini merupakan buku pertama dan satu-satunya yang mengisahkan perjalanan hidup dan rekam jejak komprehensif Rachmat Saleh yang pada 1 Mei 2018 nanti, berusia 88 tahun," kata Syafrizal di Jakarta, Senin (5/2/2018).
Bagi dunia perbankan nasional, baik bank sentral, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun bank-bank umum, dan bahkan di lingkup ASEAN, nama Rachmat Saleh adalah legenda hidup (the living legend). Demikian juga di dunia perdagangan, warisan karya besarnya bemanfaat besar bagi kemaslahatan orang.
Menurut Syafrizal, di tangan Rachmat Saleh, Bank Indonesia berhasil menyejajarkan diri dengan bank sentral negara maju lainnya. Bahkan, berkat dirinya juga, Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) bertahan dan berkembang selama 60 tahun sebagai kawah candradimuka para bankir nasional dengan alumni lebih 100.000 bankir.
Akan tetapi, yang sangat legendaris adalah integritas dan kejujurannya. Dia mengungkapkan, integritas dan kejujuran Rachmat Saleh berada jauh di atas rata-rata orang Indonesia.
"Integritas pribadinya nyaris tanpa noda. Bahkan, persahabatan pun akan dia korbankan apabila perkawanan itu bisa mengganggu sumpah jabatan, utamanya, bersumpah tidak memberi dan menerima apa pun dari siapa pun," ujar Syafrizal. Dia melanjutkan, selama 10 tahun sebagai Gubernur Bank Indonesia (1973-1983), nyaris tidak sekalipun dia mengadakan jumpa pers, dan apalagi wawancara khusus.
Sementara selama lima tahun menjabat Menteri Perdagangan (1983-1988), juga tidak diwarnai banyak pemberitaan yang bersumber langsung dari dirinya. "Dia berbeda dengan kebanyakan pejabat masa itu, yang umumnya banyak bicara serta sering mengadakan kegiatan dengan liputan pers yang luas," urainya.
Rachmat Saleh juga terbukti telah mampu membereskan banyak sekali persoalan rumit selama dia mengabdi. Lebih lanjut Syafrizal menuturkan, PWI meluncurkan buku Legacy Sang Legenda Kejujuran Rachmat Saleh bukan saja karena biografi tersebut merupakan karya wartawan senior untuk memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN), tetapi juga karena tokoh yang pantas diteladani kejujurannya sudah semakin langka.
"Dengan diluncurkan pada Hari Pers Nasional, buku ini diharapkan dapat memberikan dampak publikasi yang massif," pungkasnya.
(ven)