RI-UEA Jajaki Kerja Sama di Berbagai Sektor Industri
A
A
A
JAKARTA - Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) berpotensi untuk meningkatkan kerja sama di berbagai sektor industri. Peluang kolaborasi yang akan dijajaki kedua belah pihak antara lain investasi di industri pembangkit listrik, industri alat kesehatan (alkes), industri energi alternatif dan migas, serta industri pengolahan air.
"Indonesia memandang Uni Emirat Arab sebagai mitra strategis, khususnya Dubai sebagai salah satu hub perdagangan dunia untuk peningkatan ekspor produk industri kita ke berbagai negara,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto seusai menerima delegasi investor swasta UEA yang dipimpin oleh CEO Tashyeed Group, Zayed Bin Owaidah Al Qubaisy di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Menperin menjelaskan, potensi investasi industri pembangkit di Indonesia seiring upaya pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang ditargetkan mencapai 35.000 MW, terdiri dari 291 unit pembangkit listrik, 735 jalur jaringan transmisi, dan 1.273 unit gardu induk dengan total investasi Rp1.189 triliun.
"Kami juga tengah memfasilitasi penelitian dan pengembangan produk solar cell untuk implementasi di industri dan masyarakat," tambahnya.
Melihat potensi di industri alat kesehatan, pemerintah tengah mendorong penggunaan teknologi terkini secara terintegrasi termasuk komponen, bahan baku dan bahan penolong. Selanjutnya, pemerintah sedang berupaya mengembangkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) khususnya pada teknik desain produk alat kesehatan.
"Bahkan, kami menggenjot penguatan kapasitas industri kecil dan menengah (IKM) yang menghasilkan komponen alat kesehatan melalui bantuan teknis dan peralatan uji," ungkap Airlangga.
Menperin pun menyampaikan, pelaku industri Uni Emirat Arab yang ingin berinvestasi di Indonesia memiliki kesempatan baik saat ini, sebab pemerintah Indonesia telah memberikan kemudahan bagi para penanam modal. Hal ini terlihat darikebijakan deregulasi dan sejumlah paket kebijakan ekonomi yang telah diterbitkan, di antaranya terkait kemudahan layanan investasi tiga jam, insentif fasilitas di kawasan logistik berikat, dan insentif di kawasan industri sesuai zona.
"Salah satu program Pemerintah Indonesia yang sekarang dinilai menjadi daya tarik bagi para investor, yaitu pengembangan kompetensi SDM industri melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi," paparnya.
Bahkan, menurut Airlangga, pihaknya telah mengusulkan kepada Kementerian Keuangan mengenai skema pemberian insentif fiskal kepada investor yang akan mengembangkan pendidikan vokasi dan pusat inovasi di Tanah Air.
"Dari kerja sama ini, kami berharap adanya transfer teknologi. Selain itu, adanya kolaborasi dengan pelaku industri kita dan pemberdayaan SDM lokal," tutur Menperin.
Beberapa perusahaan di Uni Emirat Arab, yang menyatakan minat untuk berinvestasi di Indonesia antara lain Emaar, Dubai World, Drydock, Limitles, Etisalat, Mudabala, IPIC, dan Al Dhahra. Uni Emirat Arab telah berinvestasi ke Indonesia sebanyak USD55 juta dengan 80 proyek pada tahun 2016. Capaian itu meningkat dari investasi USD19,25 juta tahun 2015.
"Indonesia memandang Uni Emirat Arab sebagai mitra strategis, khususnya Dubai sebagai salah satu hub perdagangan dunia untuk peningkatan ekspor produk industri kita ke berbagai negara,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto seusai menerima delegasi investor swasta UEA yang dipimpin oleh CEO Tashyeed Group, Zayed Bin Owaidah Al Qubaisy di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (6/2/2018).
Menperin menjelaskan, potensi investasi industri pembangkit di Indonesia seiring upaya pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan yang ditargetkan mencapai 35.000 MW, terdiri dari 291 unit pembangkit listrik, 735 jalur jaringan transmisi, dan 1.273 unit gardu induk dengan total investasi Rp1.189 triliun.
"Kami juga tengah memfasilitasi penelitian dan pengembangan produk solar cell untuk implementasi di industri dan masyarakat," tambahnya.
Melihat potensi di industri alat kesehatan, pemerintah tengah mendorong penggunaan teknologi terkini secara terintegrasi termasuk komponen, bahan baku dan bahan penolong. Selanjutnya, pemerintah sedang berupaya mengembangkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) khususnya pada teknik desain produk alat kesehatan.
"Bahkan, kami menggenjot penguatan kapasitas industri kecil dan menengah (IKM) yang menghasilkan komponen alat kesehatan melalui bantuan teknis dan peralatan uji," ungkap Airlangga.
Menperin pun menyampaikan, pelaku industri Uni Emirat Arab yang ingin berinvestasi di Indonesia memiliki kesempatan baik saat ini, sebab pemerintah Indonesia telah memberikan kemudahan bagi para penanam modal. Hal ini terlihat darikebijakan deregulasi dan sejumlah paket kebijakan ekonomi yang telah diterbitkan, di antaranya terkait kemudahan layanan investasi tiga jam, insentif fasilitas di kawasan logistik berikat, dan insentif di kawasan industri sesuai zona.
"Salah satu program Pemerintah Indonesia yang sekarang dinilai menjadi daya tarik bagi para investor, yaitu pengembangan kompetensi SDM industri melalui program pendidikan dan pelatihan vokasi," paparnya.
Bahkan, menurut Airlangga, pihaknya telah mengusulkan kepada Kementerian Keuangan mengenai skema pemberian insentif fiskal kepada investor yang akan mengembangkan pendidikan vokasi dan pusat inovasi di Tanah Air.
"Dari kerja sama ini, kami berharap adanya transfer teknologi. Selain itu, adanya kolaborasi dengan pelaku industri kita dan pemberdayaan SDM lokal," tutur Menperin.
Beberapa perusahaan di Uni Emirat Arab, yang menyatakan minat untuk berinvestasi di Indonesia antara lain Emaar, Dubai World, Drydock, Limitles, Etisalat, Mudabala, IPIC, dan Al Dhahra. Uni Emirat Arab telah berinvestasi ke Indonesia sebanyak USD55 juta dengan 80 proyek pada tahun 2016. Capaian itu meningkat dari investasi USD19,25 juta tahun 2015.
(fjo)