Produksi LPG Naik, Laba Bersih 2017 Perta Samtan Melonjak 378%
A
A
A
JAKARTA - PT Perta Samtan Gas mencatatkan kinerja produksi dan finansial positif sepanjang 2017. Perusahaan pada periode tersebut membukukan lonjakan pendapatan sebesar 134% dari 2016 sebesar USD73,61 juta menjadi USD106,95 juta, jauh di atas target pendapatan sebesar USD79,7 juta.
Dengan begitu, laba bersih perusahaan pun melonjak menjadi USD26,71 juta atau 201% dari target sebesar USD13,31 juta. Bahkan, bila dibandingkan perolehan laba bersih 2016 sebesar USD7,03 juta, terjadi lonjakan sebesar 378%.
Vice President Director Perta Samtan Gas Aris Mahendrawanto mengatakan, pencapaian kinerja keuangan yang positif ditopang peningkatan produksi LPG dengan volume 195.012 metrik ton (MT) pada tahun lalu, dibandingkan dengan realisasi 2016 yang hanya 174.248 MT. Produksi LPG 2017 tersebut merupakan yang tertinggi sejak masa operasi komersial anak usaha PT Pertamina Gas (Pertagas) di bisnis pemorsesan dan penjualan LPG tersebut di 2013.
"Pada awal beroperasi produksi Perta Samtan Gas hanya 115.752 MT. Produksi kemudian meningkat pada 2014 sebesar 190.150 MT, kemudian 2015 produksi menurun menjadi 179.314 MT," ujar Aris dalam keterangan tertulis, Rabu (7/2/2018).
Selain dari produksi dan penjualan LPG, tambah Aris, kinerja positif juga ditunjang dari pengolahan kondensat. Sepanjang 2017, kondensat yang diproduksi perusahaan sebesar 628.827 BBLS, naik dibanding 2016 sebesar 564.655 BBLS.
Perta Samtan merupakan joint venture company (JVC) untuk membangun NGL plant di Sumatera Selatan antara PT Pertamina Gas dan Samtan Co.Ltd, perusahaan asal Korea Selatan. Saham Perta Samtan dimiliki oleh PT Pertamina Gas sebanyak 66% dan Samtan Co sebesar 34%.
Perta Samtan Gas memiliki dua kilang pemrosesan LPG di Sumatera Selatan, yakni Kilang Ektraksi di Prabumulih, Sumatera Selatan yang dibangun pada 2010 dan Kilang Fraksinasi di Sungai Gerong, Sumatera Selatan yang mulai dibangun pada 2011. "Kedua kilang tersebut pada Mei 2013 mulai dioperasikan secara komersial dan mampu memberikan kontribusi bagi pasokan LPG nasional," kata Aris.
Saat ini Perta Samtan Gas termasuk dalam perusahaan yang memasok kebutuhan LPG nasional. Sebanyak 63% kebutuhan LPG nasional dipenuhi dari impor. Sisanya, 37% dipenuhi dari dalam negeri. Pasokan LPG dari dalam negeri 17% berasal dari fasilitas produksi Pertamina dan sisanya dipenuhi dari fasilitas produksi swasta. "Perusahaan berkontribusi 3% dari total kebutuhan LPG nasional," terang Aris.
Dengan begitu, laba bersih perusahaan pun melonjak menjadi USD26,71 juta atau 201% dari target sebesar USD13,31 juta. Bahkan, bila dibandingkan perolehan laba bersih 2016 sebesar USD7,03 juta, terjadi lonjakan sebesar 378%.
Vice President Director Perta Samtan Gas Aris Mahendrawanto mengatakan, pencapaian kinerja keuangan yang positif ditopang peningkatan produksi LPG dengan volume 195.012 metrik ton (MT) pada tahun lalu, dibandingkan dengan realisasi 2016 yang hanya 174.248 MT. Produksi LPG 2017 tersebut merupakan yang tertinggi sejak masa operasi komersial anak usaha PT Pertamina Gas (Pertagas) di bisnis pemorsesan dan penjualan LPG tersebut di 2013.
"Pada awal beroperasi produksi Perta Samtan Gas hanya 115.752 MT. Produksi kemudian meningkat pada 2014 sebesar 190.150 MT, kemudian 2015 produksi menurun menjadi 179.314 MT," ujar Aris dalam keterangan tertulis, Rabu (7/2/2018).
Selain dari produksi dan penjualan LPG, tambah Aris, kinerja positif juga ditunjang dari pengolahan kondensat. Sepanjang 2017, kondensat yang diproduksi perusahaan sebesar 628.827 BBLS, naik dibanding 2016 sebesar 564.655 BBLS.
Perta Samtan merupakan joint venture company (JVC) untuk membangun NGL plant di Sumatera Selatan antara PT Pertamina Gas dan Samtan Co.Ltd, perusahaan asal Korea Selatan. Saham Perta Samtan dimiliki oleh PT Pertamina Gas sebanyak 66% dan Samtan Co sebesar 34%.
Perta Samtan Gas memiliki dua kilang pemrosesan LPG di Sumatera Selatan, yakni Kilang Ektraksi di Prabumulih, Sumatera Selatan yang dibangun pada 2010 dan Kilang Fraksinasi di Sungai Gerong, Sumatera Selatan yang mulai dibangun pada 2011. "Kedua kilang tersebut pada Mei 2013 mulai dioperasikan secara komersial dan mampu memberikan kontribusi bagi pasokan LPG nasional," kata Aris.
Saat ini Perta Samtan Gas termasuk dalam perusahaan yang memasok kebutuhan LPG nasional. Sebanyak 63% kebutuhan LPG nasional dipenuhi dari impor. Sisanya, 37% dipenuhi dari dalam negeri. Pasokan LPG dari dalam negeri 17% berasal dari fasilitas produksi Pertamina dan sisanya dipenuhi dari fasilitas produksi swasta. "Perusahaan berkontribusi 3% dari total kebutuhan LPG nasional," terang Aris.
(fjo)