Pameran Dagang, Produk Indonesia Kian Populer di Senegal
A
A
A
KAOLACK - Duta Besar Republik Indonesia untuk Dakar, Mansyur Pangeran mengatakan, kerja sama perdagangan Indonesia-Senegal dalam beberapa tahun terakhir telah meningkat pesat. Hal ini disampaikan saat Indonesia menjadi tamu kehormatan pada Pameran Dagang Internasional Kaolack/Foire Internationale de Kaolack (FIKA) ke-3 yang akan digelar pada 1-14 Februari 2018 di Provinsi Kaolack (± 200 km dari Dakar).
“Peningkatan ini tidak hanya sekedar data statistik namun juga ditunjukkan dengan dapat dijumpainya dengan mudah berbagai produk Indonesia di pasar-pasar tradisional Senegal seperti minyak kelapa sawit, furnitur, tekstil sabun/deterjen, makanan/minuman, mie instan, dan produk elektronik,” terang Dubes dalam sambutannya di hadapan ratusan tamu undangan, Jumat (9/2/2018).
Dubes juga mengingatkan keseriusan Pemri dalam meningkatkan kerja sama dengan negara-negara Afrika dengan akan diselenggarakannya Indonesia-Afrika Forum di Bali, 10-11 April 2018. “Kita mengamati bahwa animo para pedagang lokal untuk ikut pameran cukup tinggi karena banyak dari mereka yang sudah memiliki bisnis dengan pengusaha Indonesia,” lanjut Dubes.
Pada FIKA tahun lalu stand Indonesia dikerubuti pengunjung dengan hadirnya Mie Sedap di Senegal. Kali ini di hadapan Perdana Menteri Senegal, Dubes Mansyur memamerkan miniatur pesawat CN-235 kebanggaan Indonesia yang telah dibeli oleh Pemerintah Senegal. Tidak ketinggalan Ia juga mempromosikan berbagai produk unggulan nasional dan produk industri strategis lainnya kepada PM Dione.
Perdana Menteri Senegal, Mahammed Boun Abdallah Dionne, yang membuka secara resmi pelaksanaan FIKA, mengapresiasi kesediaan Indonesia untuk bertindak sebagai negara tamu kehormatan. Dikatakannya, Pemerintah Senegal mendukung penuh pelaksanaan FIKA, mengingat Provinsi Kaolack berperan sebagai hub yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar, serta merupakan salah satu wilayah termaju di Senegal.
Sementara Ketua Kadin Nasional Senegal juga menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia yang dipandang sebagai negara emerging untuk dijadikan model pembangunan bagi Senegal. Disampaikan olehnya bahwa peluang produk halal Indonesia di Afrika yang memiliki pasar 300 juta penduduk memiliki potensi perdagangan mencapai USD2,9 miliar.
FIKA 2018 kali ini mengangkat tema “ Halal: dari standar masyarakat menuju standar ekonomi.” Peserta FIKA sebagian besar berasal dari 14 provinsi Senegal dan beberapa negara Afrika lainnya, antara lain Mali, Gambia, Benin, dan Burkina Faso.
Pejabat KUKPTTOKI yang diwakili M. Amar Ma’ruf, Asisten Hublu dan Kerja Sama Teknik, juga hadir pada FIKA dalam rangkamempromosikan produk gula aren yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif (bio-etanol).
Pada pameran, KBRI Dakar mendisplai dan memamerkan berbagai sampel produk, replika dan brosur industri strategis Indonesia, antara lain PT. Dirgantara Indonesia, PT. INKA, PT. PAL Indonesia, PT. Pindad dan perusahaan-perusahaan Indonesia yang mengekspor berbagai produk unggulan antara lain teh dan kopi, ban mobil pakaian militer, furniture, produk dan alat pertanian, sabun/deterjen/lotion anti nyamuk, mie instan, minyak kelapa sawit, minyak/salep gosok anti nyeri, balsam dan kain-kain batik.
Selain itu, KBRI juga menyuguhkan Mie Sedap yang diimpor oleh perusahaan milik Ketua KADIN Senegal, CCBM, bagi para pengunjung distand KBRI.
“Peningkatan ini tidak hanya sekedar data statistik namun juga ditunjukkan dengan dapat dijumpainya dengan mudah berbagai produk Indonesia di pasar-pasar tradisional Senegal seperti minyak kelapa sawit, furnitur, tekstil sabun/deterjen, makanan/minuman, mie instan, dan produk elektronik,” terang Dubes dalam sambutannya di hadapan ratusan tamu undangan, Jumat (9/2/2018).
Dubes juga mengingatkan keseriusan Pemri dalam meningkatkan kerja sama dengan negara-negara Afrika dengan akan diselenggarakannya Indonesia-Afrika Forum di Bali, 10-11 April 2018. “Kita mengamati bahwa animo para pedagang lokal untuk ikut pameran cukup tinggi karena banyak dari mereka yang sudah memiliki bisnis dengan pengusaha Indonesia,” lanjut Dubes.
Pada FIKA tahun lalu stand Indonesia dikerubuti pengunjung dengan hadirnya Mie Sedap di Senegal. Kali ini di hadapan Perdana Menteri Senegal, Dubes Mansyur memamerkan miniatur pesawat CN-235 kebanggaan Indonesia yang telah dibeli oleh Pemerintah Senegal. Tidak ketinggalan Ia juga mempromosikan berbagai produk unggulan nasional dan produk industri strategis lainnya kepada PM Dione.
Perdana Menteri Senegal, Mahammed Boun Abdallah Dionne, yang membuka secara resmi pelaksanaan FIKA, mengapresiasi kesediaan Indonesia untuk bertindak sebagai negara tamu kehormatan. Dikatakannya, Pemerintah Senegal mendukung penuh pelaksanaan FIKA, mengingat Provinsi Kaolack berperan sebagai hub yang memiliki potensi sumber daya alam yang besar, serta merupakan salah satu wilayah termaju di Senegal.
Sementara Ketua Kadin Nasional Senegal juga menyampaikan apresiasinya kepada Indonesia yang dipandang sebagai negara emerging untuk dijadikan model pembangunan bagi Senegal. Disampaikan olehnya bahwa peluang produk halal Indonesia di Afrika yang memiliki pasar 300 juta penduduk memiliki potensi perdagangan mencapai USD2,9 miliar.
FIKA 2018 kali ini mengangkat tema “ Halal: dari standar masyarakat menuju standar ekonomi.” Peserta FIKA sebagian besar berasal dari 14 provinsi Senegal dan beberapa negara Afrika lainnya, antara lain Mali, Gambia, Benin, dan Burkina Faso.
Pejabat KUKPTTOKI yang diwakili M. Amar Ma’ruf, Asisten Hublu dan Kerja Sama Teknik, juga hadir pada FIKA dalam rangkamempromosikan produk gula aren yang dapat dikembangkan sebagai sumber energi alternatif (bio-etanol).
Pada pameran, KBRI Dakar mendisplai dan memamerkan berbagai sampel produk, replika dan brosur industri strategis Indonesia, antara lain PT. Dirgantara Indonesia, PT. INKA, PT. PAL Indonesia, PT. Pindad dan perusahaan-perusahaan Indonesia yang mengekspor berbagai produk unggulan antara lain teh dan kopi, ban mobil pakaian militer, furniture, produk dan alat pertanian, sabun/deterjen/lotion anti nyamuk, mie instan, minyak kelapa sawit, minyak/salep gosok anti nyeri, balsam dan kain-kain batik.
Selain itu, KBRI juga menyuguhkan Mie Sedap yang diimpor oleh perusahaan milik Ketua KADIN Senegal, CCBM, bagi para pengunjung distand KBRI.
(akr)