Rupiah Terkapar di Akhir Sesi, USD Lanjutkan Pemulihan

Selasa, 20 Februari 2018 - 16:59 WIB
Rupiah Terkapar di Akhir...
Rupiah Terkapar di Akhir Sesi, USD Lanjutkan Pemulihan
A A A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada akhir perdagangan, Selasa (20/2/2018) ditutup semakin terkapar. Anjloknya mata uang Garuda mengiringi dolar yang melanjutkan pemulihan untuk bangkit dari posisi terendah.

Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah sore ini ambruk ke posisi Rp13.613/USD atau semakin tak berdaya dari sebelumnya. Rupiah terlihat sulit keluar dari zona merah dibandingkan dari posisi sebelumnya Rp13.554/USD.

Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah di sesi perdagangan berada pada level Rp13.613/USD atau jatuh sangat dalam saat berhadapan dengan mata uang Negeri Paman Sam dibanding penutupan sebelumnya Rp13.556/USD. Rupiah sepanjang hari ini bergerak pada level Rp13.556-Rp13.613/USD.

Menurut data Bloomberg di akhir perdagangan, rupiah bertengger ke level Rp13.615/USD atau tidak lebih baik dari penutupan awal pekan kemarin Rp13.560/USD. Pergerakan harian rupiah berada di kisaran Rp13.559-Rp13.624/USD.

Posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, hari ini tertahan pada level Rp13.573/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah masih lesu dibandingkan posisi penutupan kemarin Rp13.541/USD.

Seperti dilansir Reuters, dolar melanjutkan pemulihan dari posisi terendah tiga tahun hingga perdagangan sore hari ini, ketika mencetak rebound hingga 1,5% sejak akhir pekan kemarin karena koreksi setelah aksi jual brutal dalam beberapa pekan terakhir. Greenback telah meluncur ke level terendah sejak akhir 2014 saat melawan beberapa mata uang utama.

Namun pada perdagangan hari ini, dolar naik lebih dari setengah persen menjadi 89.569 seiring kenaikan imbal hasil AS menanjak kembali ke 2,92%. "Dolar akhirnya mendapatkan beberapa dukungan dari imbal hasil obligasi AS yang lebih tinggi," kata ahli strategi ACLS Global Marshall Gittler.

Setiap dorongan positif dari kenaikan suku bunga AS telah diimbangi oleh rentetan faktor bearish dalam beberapa bulan terakhir. Menghadapi kekhawatiran tentang defisit anggaran AS yang diproyeksikan akan meningkat menjadi lebih dari USD1 triliun pada 2019 di tengah pengeluaran pemerintah dan pemotongan pajak perusahaan secara besar-besaran, juga telah merusak greenback.

Para ekonom mengatakan pemangkasan pajak yang diusung Presiden AS Donald Trump dan rencana belanja besar-besaran bisa menjadi bumerang karena terlalu panasnya ekonomi yang sudah kuat, menyebabkan kenaikan inflasi. Saat menghadapi Yen Jepang, USD naik setengah persen menjadi 107,09 setelah bangkit dari level terendah 15 bulan di level 105,545 pada hari Jumat.

Dia menambahkan, bagaimanapun dolar bisa mendapatkan tekanan jika lelang obligasi pemerintah AS minggu ini menunjukkan permintaan investor yang lamban untuk utang AS. Di sisi lain euro turun 0,4% menjadi 1,2360 menjauh dari level tertinggi tiga tahun di hari Jumat pada posisi 1,2556 terhadap USD.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0794 seconds (0.1#10.140)