BI: Tekanan Kenaikan Harga Bulan April Lebih Rendah

Minggu, 11 Maret 2018 - 19:02 WIB
BI: Tekanan Kenaikan Harga Bulan April Lebih Rendah
BI: Tekanan Kenaikan Harga Bulan April Lebih Rendah
A A A
JAKARTA - Tekanan kenaikan harga pada bulan April 2018 diperkirakan lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Indikasi tersebut terlihat dari indeks ekspektasi harga umum (IEH) yang akan datang sebesar 155,1 lebih rendah dari 158,2 pada bulan sebelumnya.

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Agusman mengatakan, tekanan kenaikan harga yang melemah juga diperkirakan terjadi pada Juli 2018, terindikasi dari nilai IEH sebesar 161,5 lebih rendah dari 167,9 pada bulan sebelumnya. "Sementara itu konsumen memperkirakan penjualan eceran pada April 2018 meningkat," ujar Agusman di Jakarta, baru-baru ini.

Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Penjualan (IEP) yang akan datang sebesar 142,2 lebih tinggi dibandingkan 118,7 pada bulan sebelumnya. Sementara itu, penjualan pada Juli 2018 diperkirakan menurun terindikasi dari IEP yang turun dari 149 pada Januari 2018 menjadi 140,3.

Survei BI juga mengindikasikan, koreksi pertumbuhan penjualan eceran di bulan Januari 2018. Pada bulan tersebut, indeks penjualan eceran riil (IPR) tercatat sebesar 203,5 atau terkontraksi sebesar -7,3% (mtm) dan -1,8% (yoy). Secara bulanan (mtm), penurunan kinerja penjualan eceran sejalan dengan telah berakhirnya faktor musiman perayaan Natal dan liburan akhir tahun.

"Hal tersebut berdampak pada kontraksi penjualan ritel pada sebagian besar kelompok komoditas terutama kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang terkontraksi sebesar -9,1% (mtm) turun dari 7,5% (mtm) pada bulan sebelumnya," jelasnya.

Sementara secara tahunan (yoy), penurunan penjualan eceran terutama bersumber dari kontraksi penjualan komoditas peralatan informasi dan komunikasi yang tumbuh sebesar -12,7% (yoy) turun 1,3 poin dari -11,4% (yoy) pada bulan sebelumnya.

Agusman melanjutkan, penjualan eceran diperkirakan akan kembali meningkat pada Februari 2018 dengan pertumbuhan IPR sebesar 1% (yoy). Hasil Survei Penjualan Eceran mengindikasikan, IPR Februari 2018 sebesar 199,2 atau terkontraksi sebesar -2,1% (mtm) lebih baik dibandingkan -7,3% (mtm) pada bulan sebelumnya.

Secara tahunan, penjualan ritel pada Februari 2018 diperkirakan tumbuh 1% (yoy) meningkat dari -1,8% (yoy) pada Januari 2018. Dia memaparkan, pertumbuhan penjualan ritel pada Februari 2018 terutama terjadi kelompok komoditas sandang dan kelompok suku cadang dan aksesori yang masing masing tumbuh 9,7% (yoy) dan 10,9% (yoy).

Adapun secara regional, kontraksi penjualan eceran pada Januari 2018 secara bulanan terutama terjadi di Manado dan Semarang masing masing -25,9% (mtm) dan -13,9% (mtm) lebih rendah dibandingkan 12,2% dan 16,8% pada Desember 2017. Agusman melanjutkan, sedangkan secara tahunan (yoy), kontraksi penjualan terutama bersumber dari kontraksi penjualan eceran di Bandung sebesar -10,1% (yoy), lebih dalam dibandingkan -2,9% (yoy) pada Desember 2017.

Sementara pada Februari 2018, sejumlah kota masih mencatat kontraksi penjualan meskipun membaik dibandingkan Januari 2018 baik secara bulanan (mtm) maupun tahunan (yoy). Perbaikan penjualan terutama terjadi di Semarang dan Makassar yang masing masing tercatat tumbuh -4,8% (mtm) dan 1,6% (mtm) atau membaik dibandingkan -13,9% dan 0,1% pada Januari 2018. Adapun secara tahunan, peningkatan penjualan terutama terjadi di Jakarta dan Semarang menjadi 37,9% (yoy) dan 6% (yoy).

"Sejumlah konsumen menyampaikan, Hari Raya Imlek yang terjadi pada pertengahan bulan Februari 2018 cukup membantu menjaga kinerja penjualan," jelasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4958 seconds (0.1#10.140)