Menhub Ingin Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Dibangun Akhir Tahun

Senin, 19 Maret 2018 - 16:45 WIB
Menhub Ingin Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Dibangun Akhir Tahun
Menhub Ingin Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Dibangun Akhir Tahun
A A A
JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menginginkan proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya dapat mulai dibangun akhir tahun ini. Sebab, proyek tersebut cukup strategis untuk menciptakan konektivitas antara Jakarta, Semarang dan Surabaya.

Terlebih, kata dia, sepanjang lintasan Jakarta-Semarang-Surabaya setidaknya ada 800 lintasan sebidang, yang dengan dibangunnya jalur kereta cepat Jakarta-Surabaya, akan meningkatkan keamanannya.

"Selain memberikan konektivitas antara Jakarta-Semarang- Surabaya jadi lebih cepat tapi di situ ada unsur safety-nya di Jakarta-Surabaya ada lebih dari 800 lintasan sebidang dan dengan kita membangun ini kita melakukan ini bisa memberikan safety," katanya di The Ritz Carlton Hotel, Jakarta, Senin (19/3/2018).

Awalnya, ujar mantan bos AP II ini, pembangunan proyek tersebut memang menggunakan skema government to government (G to G). Namun, pihaknya membuka peluang untuk menggunakan skema lain seperti keterlibatan swasta (business to business/B to B).

"Saya bertemu JBIC (Japan Bank International Cooperation) kemarin tapi masih kita dalami bagaimana konsep itu bisa kita dalami. Kalau JBIC menawarkan suatu konsep yang baik terutama melibatkan swasta, swasta Jepang dan Indonesia ini suatu kemajuan yang luar biasa," tuturnya.

Menurutnya, JBIC pernah menggunakan skema tersebut di Amerika Serikat (AS). Dengan skema tersebut, mitra bisa berasal dari badan usaha milik negara (BUMN) atau swasta Indonesia.

"Bisa dengan BUMN, bisa dengan private Indonesia. Jadi itu konsep yang mereka sudah lakukan di Amerika dan mereka akan meng-exercise di sini tapi kita akan bahas lebih detail. Harapannya syarat yang ditetapkan JBIC tidak complicated dan memberikan ruang bagi swasta untuk berinvestasi di kereta api," ungkapnya.

Namun demikian, Budi memberikan catatan bahwa investasi proyek ini tetap harus terjangkau dan teknologi yang digunakan tidak terkesan dipaksakan.

"Kan kita enggak mau satu angka yang tidak terjangkau oleh kita atau teknologinya dipaksa dengan suatu kondisi. Jadi kita dulu di perencanaanan daripasa kita mulai perencanaan tapi belakangnya ada masalah, lebih baik di awal ini diskusi panjang," tandasnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5745 seconds (0.1#10.140)