Ini Dinasti Konglomerat Hong Kong
A
A
A
HONG KONG - Konglomerat legendaris Hong Kong, Li Ka-Shing pada Jumat, 16 Maret lalu mengumumkan pengunduran dirinya dari bisnis. Li Ka-Shing yang dijuluki “Superman” oleh media lokal karena sentuhan tangannya dalam membangun perusahaan, bakal menyerahkan tongkat estafet kekaisaran bisnisnya kepada putera tertua, Victor Li.
Mendapat tongkat estafet menjadi beban berat bagi Victor. “Generasi kedua selalu memiliki banyak tekanan,” kata Kevin Au, direktur pusat bisnis di Chinese University of Hong Kong. Kevin selalu mengamati bisnis keluarga para konglomerat China. “Dibandingkan dengan ayah mereka, mereka selalu dipandang rendah oleh publik dan mitra bisnis. Karena ayah mereka adalah pahlawan. Generasi kedua harus bisa lepas dari bayang-bayang ini,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Selasa (20/3/2018).
Selain dinasti Li Ka-Shing, lima keluarga bisnis terpenting Hong Kong juga sudah dan sedang melanjutkan tongkat estafet ke generasi selanjutnya. Berikut lima dinasti konglomerat di negara asal Bruce Lee.
Dinasti Keluarga Li
Pendiri: Li Ka-Shing, 89 tahun, lahir pada tahun 1928 di Guangdong, China, dan berimigrasi ke Hong Kong saat Perang Dunia II. Usai menjadi buruh pabrik plastik, Li membangun usaha dengan membuat bunga plastik. Setelah itu, bisnisnya merambah ke ritel, pelabuhan, telekomunikasi, dan energi.
Li Ka-Shing/Bloomberg
Pada tahun 2012, putera tertuanya Victor Li mulai dipercaya untuk memimpin CK Hutchison. Ketika itu, Li mengatakan ia memerlukan enam tahun untuk mewariskan kepemimpinan kepada anaknya.
Victor Li dan Li Ka-Shing/New York Times
Ahli waris: Victor Li, 53 tahun, seorang insinyur jebolan Universitas Stanford, Amerika Serikat. Ia merupakan sosok yang disiapkan untuk mengambil alih bisnis keluarga. Karena itu, pada 1996, saat Victor diculik kelompok gangster Hong Kong pimpinan Cheung Tze-keung, Li Ka-Shing bersedia membayar uang tebusan HKD 1 miliar, tulis media South China Morning Post.
Dinasti Keluarga Lee
Pendiri: Lee Shau Kee, 90 tahun, sama seperti Li Ka-Shing, Lee Shau juga lahir di Guangdong, China, kemudian berimigrasi ke Hong Kong pada tahun 1948, ketika kelompok komunis China pimpinan Mao Tse Tung menggulingkan pemerintahan nasionalis Chiang Kai Shek.
Lee Shau Kee/Bloomberg
Lee Shau Kee merupakan salah satu pendiri perusahaan properti Sun Hung Kai Properties Ltd. Pada tahun 1973, ia membangun kerajaan bisnis sendiri dengan mendirikan Henderson Land Development. Pada 2014, kepada South China Morning Post, Lee mengatakan bakal pensiun secara bertahap, namun sejauh ini ia belum memutuskan kapan bakal mundur dari bisnis dan mengalihkan ke generasi selanjutnya.
Peter Lee, Lee Shau Kee, dan Martin Lee/South China Morning Post
Pewaris: Meski Lee Shau Kee belum menunjuk penggantinya, putera tertuanya Peter Lee disebut-sebut sebagai ahli waris. Peter merupakan chairman dan CEO Henderson China Holdings Ltd. Dia juga berbagi peran dengan adiknya, Martin Lee yang menjadi direktur pelaksana Henderson Investment Ltd dan chairman dan CEO Miramar Hotel & Investment Co.
Dinasti Keluarga Cheng
Pendiri: Cheng Yu-tung lahir tahun 1925 di Guangdong, China. Dia melarikan diri dari China akibat perang saudara ke Makau. Di negara (dulu jajahan Portugis) itu, ia bekerja sebagai pegawai di toko emas kemudian menikahi puteri bosnya. Setelah perang, dia pindah ke Hong Kong dan mendirikan New World Development Co.
Cheng Yu-tung/AFP
Pada 1970, di bawah bendera perusahaannya, New World, ia membangun landmark kota Hong Kong, termasuk ikut dalam konvensi penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China pada 1997. Dia lantas mengakuisisi perusahaan perhiasan Chow Tai Fook Jewellery Group. Pada 2012, ia memutuskan pensiun dari bisnis. Empat tahun kemudian, Cheng meninggal dunia dan dikenal sebagai taipan terkaya ketiga di Hong Kong.
Pewaris 1: Henry Cheng, putera Cheng Yu-tung, lahir di Hong Kong pada tahun 1946. Pada 1980-an, ia memimpin akuisisi jaringan hotel Ramada. Namanya semakin dikenal setelah menjalin kemitraan dengan raja properti Donald Trump (sekarang Presiden Amerika Serikat).
Henry Cheng/Bloomberg
Namun hubungan bisnis keduanya memburuk. Tahun 2005, Trump sempat menggugat Henry atas proposal penjualan properti senilai USD1,8 miliar di Manhattan, New York. Cheng pada tahun lalu memutuskan cuti dari bisnis setelah menderita penyakit yang belum diketahui musababnya.
Adrian dan Sonia Cheng/Asia Richest
Pewaris 2: Putera Henry yaitu Adrian Cheng, yang sejak tahun lalu menjadi wakil ketua New World. Ia peraih gelar sarjana dari universitas bergengsi di AS, yaitu Harvard pada 2002. Sementara itu, saudarinya Sonia Cheng yang juga lulusan Harvard, saat ini menjadi ketua New World Hotel Management Ltd dan mengelola properti Carlyle di New York dan Hotel de Crillon di Paris, Prancis.
Dinasti Keluarga Kwok
Pendiri: Kwok Tak-seng, awalnya merupakan pedagang grosir dari Guangdong, China, kemudian berimigrasi ke Hong Kong saat perang saudara. Di tempat baru, ia bersama Lee Shau Kee mendirikan perusahaan properti Sun Hung Kai Properties Ltd pada 1963. Kwok yang kelahiran tahun 1911 meninggal pada 1990.
Kiri-kanan: Raymond, Walter dan Thomas Kwok/Bloomberg
Pewaris 1: Putera tertua yaitu Walter Kwok, pada 1996 ia juga diculik oleh gangster pimpinan Cheung Tze-keung, yang menculik Victor Li. Pada 2008, keluarga ini mengalami pertikaian keluarga dengan dua adiknya, Thomas Kwok dan Raymond Kwok. Walter lantas dipecat oleh sang adik, Raymond yang sekarang menjadi pemimpin perusahaan.
Raymond dan Thomas sempat terjerat kasus korupsi pada tahun 2014. Namun, Raymond yang sekarang berusia 64 tahun, dibebaskan dari persidangan. Sedangkan Thomas, yang pernah menjadi ketua perusahaan dijatuhi hukuman lima tahun penjara atas kasus korupsi.
Adam Kwok/South China Morning Post
Pewaris 2: Adam Kwok, seorang alumni Universitas Stanford dan Harvard Business School yang merupakan putera dari Thomas. Saat ini ia menjadi anggota dewan bisnis, begitu pula dengan putera Raymond, Christopher Kwok yang juga lulus dari Harvard College dan Stanford School of Business.
Dinasti Keluarga Pao/Woo
Pendiri: Yue-Kong Pao lahir di kota Ningbo, China bagian timur pada 1918. Ia melarikan diri ke Hong Kong setelah komunis memenangkan perang sipil di China. Di tempat baru, ia mendirikan perusahaan perkapalan dan sukses. Ia lalu membeli dua tempat dagang Inggris dan dikembangkan menjadi perusahaan properti. Ia memutuskan pensiun tahun 1986 dan meninggal pada 1991.
Peter Woo dan Douglas Woo/South China Morning Post
Pewaris 1: Peter Woo, menantu Pao, lahir di Shanghai pada tahun 1946. Dia mengambil alih pengelolaan Wheelock & Co dan Wharf Holdings Ltd setelah sang mertua pensiun. Ia lalu mengembangkan usaha ke bisnis TV kabel, telekomunikasi, dan internet.
Peter sempat mencoba peruntungan ke politik, namun gagal menjadi kepala eksekutif pertama Hong Kong usai pengembalian kekuasaan dari Inggris ke China pada 1997. Ia memutuskan pensiun dari ketua Wheelock pada 2013 dan sekarang menjadi penasihat senior.
Pewaris 2: Ketua Wheelock Douglas Woo, putera dari Peter, belajar arsitektur di Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat dan sempat bekerja sebagai analis di UBS Group AG sebelum bergabung dengan Wheelock pada tahun 2005. Pada tanggal 9 Maret, Wheelock mengumumkan rencana untuk membeli sebuah lahan seluas 7.318 meter persegi di sekitar bandara tua Hong Kong dari konglomerat Cina HNA Group Co yang bermasalah.
Mendapat tongkat estafet menjadi beban berat bagi Victor. “Generasi kedua selalu memiliki banyak tekanan,” kata Kevin Au, direktur pusat bisnis di Chinese University of Hong Kong. Kevin selalu mengamati bisnis keluarga para konglomerat China. “Dibandingkan dengan ayah mereka, mereka selalu dipandang rendah oleh publik dan mitra bisnis. Karena ayah mereka adalah pahlawan. Generasi kedua harus bisa lepas dari bayang-bayang ini,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg, Selasa (20/3/2018).
Selain dinasti Li Ka-Shing, lima keluarga bisnis terpenting Hong Kong juga sudah dan sedang melanjutkan tongkat estafet ke generasi selanjutnya. Berikut lima dinasti konglomerat di negara asal Bruce Lee.
Dinasti Keluarga Li
Pendiri: Li Ka-Shing, 89 tahun, lahir pada tahun 1928 di Guangdong, China, dan berimigrasi ke Hong Kong saat Perang Dunia II. Usai menjadi buruh pabrik plastik, Li membangun usaha dengan membuat bunga plastik. Setelah itu, bisnisnya merambah ke ritel, pelabuhan, telekomunikasi, dan energi.
Li Ka-Shing/Bloomberg
Pada tahun 2012, putera tertuanya Victor Li mulai dipercaya untuk memimpin CK Hutchison. Ketika itu, Li mengatakan ia memerlukan enam tahun untuk mewariskan kepemimpinan kepada anaknya.
Victor Li dan Li Ka-Shing/New York Times
Ahli waris: Victor Li, 53 tahun, seorang insinyur jebolan Universitas Stanford, Amerika Serikat. Ia merupakan sosok yang disiapkan untuk mengambil alih bisnis keluarga. Karena itu, pada 1996, saat Victor diculik kelompok gangster Hong Kong pimpinan Cheung Tze-keung, Li Ka-Shing bersedia membayar uang tebusan HKD 1 miliar, tulis media South China Morning Post.
Dinasti Keluarga Lee
Pendiri: Lee Shau Kee, 90 tahun, sama seperti Li Ka-Shing, Lee Shau juga lahir di Guangdong, China, kemudian berimigrasi ke Hong Kong pada tahun 1948, ketika kelompok komunis China pimpinan Mao Tse Tung menggulingkan pemerintahan nasionalis Chiang Kai Shek.
Lee Shau Kee/Bloomberg
Lee Shau Kee merupakan salah satu pendiri perusahaan properti Sun Hung Kai Properties Ltd. Pada tahun 1973, ia membangun kerajaan bisnis sendiri dengan mendirikan Henderson Land Development. Pada 2014, kepada South China Morning Post, Lee mengatakan bakal pensiun secara bertahap, namun sejauh ini ia belum memutuskan kapan bakal mundur dari bisnis dan mengalihkan ke generasi selanjutnya.
Peter Lee, Lee Shau Kee, dan Martin Lee/South China Morning Post
Pewaris: Meski Lee Shau Kee belum menunjuk penggantinya, putera tertuanya Peter Lee disebut-sebut sebagai ahli waris. Peter merupakan chairman dan CEO Henderson China Holdings Ltd. Dia juga berbagi peran dengan adiknya, Martin Lee yang menjadi direktur pelaksana Henderson Investment Ltd dan chairman dan CEO Miramar Hotel & Investment Co.
Dinasti Keluarga Cheng
Pendiri: Cheng Yu-tung lahir tahun 1925 di Guangdong, China. Dia melarikan diri dari China akibat perang saudara ke Makau. Di negara (dulu jajahan Portugis) itu, ia bekerja sebagai pegawai di toko emas kemudian menikahi puteri bosnya. Setelah perang, dia pindah ke Hong Kong dan mendirikan New World Development Co.
Cheng Yu-tung/AFP
Pada 1970, di bawah bendera perusahaannya, New World, ia membangun landmark kota Hong Kong, termasuk ikut dalam konvensi penyerahan Hong Kong dari Inggris ke China pada 1997. Dia lantas mengakuisisi perusahaan perhiasan Chow Tai Fook Jewellery Group. Pada 2012, ia memutuskan pensiun dari bisnis. Empat tahun kemudian, Cheng meninggal dunia dan dikenal sebagai taipan terkaya ketiga di Hong Kong.
Pewaris 1: Henry Cheng, putera Cheng Yu-tung, lahir di Hong Kong pada tahun 1946. Pada 1980-an, ia memimpin akuisisi jaringan hotel Ramada. Namanya semakin dikenal setelah menjalin kemitraan dengan raja properti Donald Trump (sekarang Presiden Amerika Serikat).
Henry Cheng/Bloomberg
Namun hubungan bisnis keduanya memburuk. Tahun 2005, Trump sempat menggugat Henry atas proposal penjualan properti senilai USD1,8 miliar di Manhattan, New York. Cheng pada tahun lalu memutuskan cuti dari bisnis setelah menderita penyakit yang belum diketahui musababnya.
Adrian dan Sonia Cheng/Asia Richest
Pewaris 2: Putera Henry yaitu Adrian Cheng, yang sejak tahun lalu menjadi wakil ketua New World. Ia peraih gelar sarjana dari universitas bergengsi di AS, yaitu Harvard pada 2002. Sementara itu, saudarinya Sonia Cheng yang juga lulusan Harvard, saat ini menjadi ketua New World Hotel Management Ltd dan mengelola properti Carlyle di New York dan Hotel de Crillon di Paris, Prancis.
Dinasti Keluarga Kwok
Pendiri: Kwok Tak-seng, awalnya merupakan pedagang grosir dari Guangdong, China, kemudian berimigrasi ke Hong Kong saat perang saudara. Di tempat baru, ia bersama Lee Shau Kee mendirikan perusahaan properti Sun Hung Kai Properties Ltd pada 1963. Kwok yang kelahiran tahun 1911 meninggal pada 1990.
Kiri-kanan: Raymond, Walter dan Thomas Kwok/Bloomberg
Pewaris 1: Putera tertua yaitu Walter Kwok, pada 1996 ia juga diculik oleh gangster pimpinan Cheung Tze-keung, yang menculik Victor Li. Pada 2008, keluarga ini mengalami pertikaian keluarga dengan dua adiknya, Thomas Kwok dan Raymond Kwok. Walter lantas dipecat oleh sang adik, Raymond yang sekarang menjadi pemimpin perusahaan.
Raymond dan Thomas sempat terjerat kasus korupsi pada tahun 2014. Namun, Raymond yang sekarang berusia 64 tahun, dibebaskan dari persidangan. Sedangkan Thomas, yang pernah menjadi ketua perusahaan dijatuhi hukuman lima tahun penjara atas kasus korupsi.
Adam Kwok/South China Morning Post
Pewaris 2: Adam Kwok, seorang alumni Universitas Stanford dan Harvard Business School yang merupakan putera dari Thomas. Saat ini ia menjadi anggota dewan bisnis, begitu pula dengan putera Raymond, Christopher Kwok yang juga lulus dari Harvard College dan Stanford School of Business.
Dinasti Keluarga Pao/Woo
Pendiri: Yue-Kong Pao lahir di kota Ningbo, China bagian timur pada 1918. Ia melarikan diri ke Hong Kong setelah komunis memenangkan perang sipil di China. Di tempat baru, ia mendirikan perusahaan perkapalan dan sukses. Ia lalu membeli dua tempat dagang Inggris dan dikembangkan menjadi perusahaan properti. Ia memutuskan pensiun tahun 1986 dan meninggal pada 1991.
Peter Woo dan Douglas Woo/South China Morning Post
Pewaris 1: Peter Woo, menantu Pao, lahir di Shanghai pada tahun 1946. Dia mengambil alih pengelolaan Wheelock & Co dan Wharf Holdings Ltd setelah sang mertua pensiun. Ia lalu mengembangkan usaha ke bisnis TV kabel, telekomunikasi, dan internet.
Peter sempat mencoba peruntungan ke politik, namun gagal menjadi kepala eksekutif pertama Hong Kong usai pengembalian kekuasaan dari Inggris ke China pada 1997. Ia memutuskan pensiun dari ketua Wheelock pada 2013 dan sekarang menjadi penasihat senior.
Pewaris 2: Ketua Wheelock Douglas Woo, putera dari Peter, belajar arsitektur di Princeton University, New Jersey, Amerika Serikat dan sempat bekerja sebagai analis di UBS Group AG sebelum bergabung dengan Wheelock pada tahun 2005. Pada tanggal 9 Maret, Wheelock mengumumkan rencana untuk membeli sebuah lahan seluas 7.318 meter persegi di sekitar bandara tua Hong Kong dari konglomerat Cina HNA Group Co yang bermasalah.
(ven)