Pemerintah Genjot Pengembangbiakan Sapi Unggulan
A
A
A
LAMPUNG SELATAN - Upaya pemerintah untuk mewujudkan swasembada daging terus dilakukan. Salah satunya dengan mengenjot pengembangbiakan sapi unggulan yang diimpor sebagai upaya untuk mendorong kualitas peternakan sapi di Indonesia.
“Tadi (sapi unggulan) hasil inseminasi buatan dengan umur tiga tahun dua tahun beratnya sudah satu ton, harganya 50 juta rupiah. Kalo sapi lokal umur dua tahun paling tinggi 5 sampai 7 juta rupiah saja. Ini namanya berternak dengan cerdas,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman di sela-sela panen pedet (anakan sapi) di Desa Neglasari, Ketibung, Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Kamis (29/3/2018).
Kementerian Pertanian, tutur Amran, juga sudah melakukan berbagai hal untuk mengedukasi petani dan melakukan pendampingan. Juga menganggarkan biaya inseminasi buatan gratis. “Sejak saya menjabat sebagai menteri, kami programkan inseminasi buatan gratis untuk seluruh rakyat Indonesia. Anggarannya per tahun kurang lebih dua triliun. Itu perintah Pak Presiden,” terang Amran.
Berbagai langkah tersebut dilakukan meningkatkan populasi sapi dan mensejahterakan petani. Lebih dari seribu ekor sapi hasil Inseminasi Buatan (IB) dalam program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) dihadirkan pada acara panen pedet tersebut.
“Ada dua hal yang bisa meningkatkan populasi sapi Indonesia lebih cepat. Yang pertama adalah wajibkan seluruh importir sapi untuk mendatangkan 20 persennya betina atau indukan. Dulunya tidak ada. Kemudian yang ke dua adalah Inseminasi Buatan (IB) dengan program SIWAB, atas perinntah bapak presiden kita bagikan gratis seluruh Indonesia kurang lebih 4 juta paket,” ujar dia.
Upaya percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau telah dicanangkan Kementan sejak 2017 tersebut telah menunjukkan hasil yang sangat baik. Secara nasional program tersebut sudah menerapkan Inseminasi Buatan (IB) sebanyak 5.027.120 ekor sapi, mengasilkan sapi bunting sebanyak 2.236.934 ekor, dan sebanyak 1.080.334 ekor sapi berhasil dilahirkan.
Kelahiran sebanyak seribu ekor sapi itu setara dengan Rp7,56 triliun dengan asumsi harga 1 ekor pedet lepas sapih Rp7 juta/ekor. Nilai yang sangat fantastis, mengingat investasi program pada tahun 2017 sebesar Rp1.1 triliun. “Ini bukan rencana, kita sudah kita jalankan dan kita bisa lihat hasil pengembangan sejak tiga tahun lalu,” singkat Amran.
Yono, salah seorang peternak sapi di Lampung Selatan, mengaku telah merasakan keuntungan berlipat dari memelihara sapi unggulan jenis simetal asal Swiss. Petani yang memilih program penggemukan sapi ini kini memiliki sekitar 100 ekor sapi. Untuk seekor sapi jenis simetal, dengan modal sekitar Rp25 juta untuk sapi ukuran berat 3,5 kwintal, dalam kurun waktu kurang lebih 4-5 bulan sudah bisa meraup keuntungan sekitar Rp10 juta.
Selain itu, menurutnya merawat sapi jenis unggulan ini lebih mudah. "Makannya rakus jadi dikasih makan (pakan) apa saja mau. Ini jelas lebih menguntungkan," tutur Yono yang juga hadir dalam kegiatan panen pedet tersebut.
“Tadi (sapi unggulan) hasil inseminasi buatan dengan umur tiga tahun dua tahun beratnya sudah satu ton, harganya 50 juta rupiah. Kalo sapi lokal umur dua tahun paling tinggi 5 sampai 7 juta rupiah saja. Ini namanya berternak dengan cerdas,” ujar Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman di sela-sela panen pedet (anakan sapi) di Desa Neglasari, Ketibung, Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Kamis (29/3/2018).
Kementerian Pertanian, tutur Amran, juga sudah melakukan berbagai hal untuk mengedukasi petani dan melakukan pendampingan. Juga menganggarkan biaya inseminasi buatan gratis. “Sejak saya menjabat sebagai menteri, kami programkan inseminasi buatan gratis untuk seluruh rakyat Indonesia. Anggarannya per tahun kurang lebih dua triliun. Itu perintah Pak Presiden,” terang Amran.
Berbagai langkah tersebut dilakukan meningkatkan populasi sapi dan mensejahterakan petani. Lebih dari seribu ekor sapi hasil Inseminasi Buatan (IB) dalam program Upaya Khusus Sapi Indukan Wajib Bunting (UPSUS SIWAB) dihadirkan pada acara panen pedet tersebut.
“Ada dua hal yang bisa meningkatkan populasi sapi Indonesia lebih cepat. Yang pertama adalah wajibkan seluruh importir sapi untuk mendatangkan 20 persennya betina atau indukan. Dulunya tidak ada. Kemudian yang ke dua adalah Inseminasi Buatan (IB) dengan program SIWAB, atas perinntah bapak presiden kita bagikan gratis seluruh Indonesia kurang lebih 4 juta paket,” ujar dia.
Upaya percepatan peningkatan populasi sapi dan kerbau telah dicanangkan Kementan sejak 2017 tersebut telah menunjukkan hasil yang sangat baik. Secara nasional program tersebut sudah menerapkan Inseminasi Buatan (IB) sebanyak 5.027.120 ekor sapi, mengasilkan sapi bunting sebanyak 2.236.934 ekor, dan sebanyak 1.080.334 ekor sapi berhasil dilahirkan.
Kelahiran sebanyak seribu ekor sapi itu setara dengan Rp7,56 triliun dengan asumsi harga 1 ekor pedet lepas sapih Rp7 juta/ekor. Nilai yang sangat fantastis, mengingat investasi program pada tahun 2017 sebesar Rp1.1 triliun. “Ini bukan rencana, kita sudah kita jalankan dan kita bisa lihat hasil pengembangan sejak tiga tahun lalu,” singkat Amran.
Yono, salah seorang peternak sapi di Lampung Selatan, mengaku telah merasakan keuntungan berlipat dari memelihara sapi unggulan jenis simetal asal Swiss. Petani yang memilih program penggemukan sapi ini kini memiliki sekitar 100 ekor sapi. Untuk seekor sapi jenis simetal, dengan modal sekitar Rp25 juta untuk sapi ukuran berat 3,5 kwintal, dalam kurun waktu kurang lebih 4-5 bulan sudah bisa meraup keuntungan sekitar Rp10 juta.
Selain itu, menurutnya merawat sapi jenis unggulan ini lebih mudah. "Makannya rakus jadi dikasih makan (pakan) apa saja mau. Ini jelas lebih menguntungkan," tutur Yono yang juga hadir dalam kegiatan panen pedet tersebut.
(akr)