Jadi Tuan Rumah IMF-World Bank, Ekonomi Bali Diyakini Membaik
A
A
A
DENPASAR - Perekonomian Bali pada tahun ini diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 6-6,4% setelah sebelumnya mengalami perlambatan di tahun 2017. Hal ini disampaikan Kepala Biro Perekonomian Setda Provinsi Bali Nengah Laba saat berbicara di Podium Bali Bebas Bicara Apa Saja (PB3AS), Minggu (1/4/2018).
Laba mengatakan pada tahun 2017 perekonomian Bali mengalami perlambatan akibat dampak erupsi Gunung Agung. Menurutnya, perekonomian Bali yang utamanya ditopang sektor pariwisata sangat terpengaruh oleh erupsi Gunung Agung.
"Erupsi Gunung Agung menurunkan kunjungan wisatawan dan berpengaruh terhadap perekonomian Bali secara keseluruhan," tuturnya.
Pada tahun 2017, kata dia, ekonomi Bali hanya mampu tumbuh sebesar 5,59%, jauh lebih rendah daripada tahun 2016 sebesar 6,32%. Pelambatan ini terjadi karena konsumsi rumah tangga menurun akibat daya beli yang rendah. Selain itu tersendatnya bahan bangunan juga berpengaruh terhadap perekonomian. Selain itu di tahun 2017 juga terjadi peningkatan inflasi dari 2,69% menjadi 3,32% akibat adanya kenaikan tarif listrik.
Namun untuk tahun 2018 ini, Nengah Laba optimistis akan terjadi perbaikan. Salah satunya, kata dia, karena akan dilaksanakannya Pertemuan Tahunan IMF-World Bank pada bulan Oktober. Gelaran internasional itu diperkirakan dihadiri sekitar 15.000 delegasi dari 189 negara.
“Ini tentunya sangat positif, karena itu kita harus menjaga keamanan Bali dan ikut berpartisipasi serta terlibat dalam kegiatan ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Laba mengajak semua pihak yang berkepentingan di Bali untuk mengembangkan sektor-sektor lain sebagai penopang ekonomi Pulau Dewata tersebut, sehingga Bali tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata saja. Untuk kepentingan itu, lanjut Laba, sektor-sektor perekonomian baru perlu dikaji, khususnya yang berorientasi ekspor.
Laba mengatakan pada tahun 2017 perekonomian Bali mengalami perlambatan akibat dampak erupsi Gunung Agung. Menurutnya, perekonomian Bali yang utamanya ditopang sektor pariwisata sangat terpengaruh oleh erupsi Gunung Agung.
"Erupsi Gunung Agung menurunkan kunjungan wisatawan dan berpengaruh terhadap perekonomian Bali secara keseluruhan," tuturnya.
Pada tahun 2017, kata dia, ekonomi Bali hanya mampu tumbuh sebesar 5,59%, jauh lebih rendah daripada tahun 2016 sebesar 6,32%. Pelambatan ini terjadi karena konsumsi rumah tangga menurun akibat daya beli yang rendah. Selain itu tersendatnya bahan bangunan juga berpengaruh terhadap perekonomian. Selain itu di tahun 2017 juga terjadi peningkatan inflasi dari 2,69% menjadi 3,32% akibat adanya kenaikan tarif listrik.
Namun untuk tahun 2018 ini, Nengah Laba optimistis akan terjadi perbaikan. Salah satunya, kata dia, karena akan dilaksanakannya Pertemuan Tahunan IMF-World Bank pada bulan Oktober. Gelaran internasional itu diperkirakan dihadiri sekitar 15.000 delegasi dari 189 negara.
“Ini tentunya sangat positif, karena itu kita harus menjaga keamanan Bali dan ikut berpartisipasi serta terlibat dalam kegiatan ini," ujarnya.
Lebih lanjut, Laba mengajak semua pihak yang berkepentingan di Bali untuk mengembangkan sektor-sektor lain sebagai penopang ekonomi Pulau Dewata tersebut, sehingga Bali tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata saja. Untuk kepentingan itu, lanjut Laba, sektor-sektor perekonomian baru perlu dikaji, khususnya yang berorientasi ekspor.
(fjo)