Sri Mulyani, IMF dan World Bank Minta G-20 Tunda Tagih Utang ke Negara Miskin

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 14:20 WIB
loading...
Sri Mulyani, IMF dan World Bank Minta G-20 Tunda Tagih Utang ke Negara Miskin
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Turbulensi telah mendorong ekonomi global masuk ke jurang resesi paling buruk dalam abad ini sehingga banyak negara khususnya negara miskin yang kesulitan membayar utang. Guna menolong negara-negara miksin mengatasi kesulitan ekonomi kelompok negara-negara yang tergabung dalam anggota G-20 sedang membahas penundaan pembayaran utang selama satu tahun melalui program Debt Service Suspension Initiative (DSSI).

Menteri Keuangan Sri Mulyani mendorong sekaligus menyambut positif program penundaan utang tersebut. Bahkan dukungan terhadap program DSSI juga secara lugas didukung oleh Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) dan Bank Dunia (World Bank/WB).

"Pada saat yang sama banyak dari negara ini sangat membutuhkan dukungan sehingga DSSI yang sekarang sedang dibahas di G20 akan menjadi salah satu inisiatif. Di mana masyarakat internasional harus melihat beban utang terutama di negara miskin sehingga mereka tidak hanya mampu bertahan dari krisis ini tetapi juga pulih ke jalur pertumbuhan mereka," ujar Menkeu di Jakarta, Jumat (16/10/2020).



Kemudian, hadirnya vaksin Covid-19 menurutnya tidak akan menjadi akhir dari tantangan ke depan. Sebagai contoh, Menkeu menyebut distribusi dan pemberian vaksin ke 267 juta penduduk Indonesia merupakan tantangan setelah vaksin Covid-19 ditemukan.

"Kami saat ini bekerja sama dengan setidaknya empat perusahaan di seluruh dunia agar mendapatkan batch pertama vaksin. Jadi, saya lebih optimis dari sisi vaksin tetapi tentunya ini tidak akan menjadi akhir dari tantangan karena kita juga memvaksinasi. Jadi, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di luar sisi pembiayaan," sebut Menkeu.



Lebih lanjut, Menkeu berharap negara lain mengambil langkah yang sama mengenai kebijakan perubahan iklim. Menurutnya, ekonomi dapat terus tumbuh tanpa emisi karbon dengan stimulus fiskal atau insentif untuk proyek yang lebih hijau dan terbarukan.
"Ini semua yang sedang dilakukan Indonesia. Jadi, kami menggunakan krisis ini agar kami dapat mentransformasi ekonomi. Saya berharap negara-negara lain juga mengambil langkah yang sama," tandasnya.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5197 seconds (0.1#10.140)