Kementan Dorong Optimalisasi Lahan Tidur di Daerah
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kemtan) terus mendoromg optimalisasi lahan persawahan di Indonesia. Banyak potensi dari lahan tidur dan terlantar, termasuk persawahan. Lahan ini bisa dimaksimal untuk meningkatkan produksi pada secara nasional.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Pending Dadih Permana, menjelaskan agar dapat memanfaatkan lahan tidur atau telantar, komunikasi dua arah harus terjalin dengan baik antara petani, pemilik lahan, pemda sampai pemerintah pusat.
"Setiap daerah pengembangan baru butuh perhatian bersama. Kami komunikasikan kesulitan petani, lahan tidur bisa dimaksimalkan. Apakah pilihan nanti padi, jagung, atau lain-lain sehingga dapat dimaksimalkan bersama," kata Pending dalan keterangan persnya, Kamis (12/4/2018).
Seperti di Desa Remban, petani lokal dapat meningkatkan produksi beras asal ingin mencari solusi atas permasalahan petani. Di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara sendiri, produksi padi pada 2015 sebesar 17.490 ton, tahun 2016 ada 34.115 ton, dan pada 2017 mencapai 34.446 ton.
Data tersebut memperlihatkan setiap tahun, produksi beras di kabupaten ini terus meningkat. Walaupun tercatat mengalami kenaikan pada 2017, namun petani lokal bisa meningkatkan produksi lebih dari angka tersebut.
Khusus di Desa Remban, kini terdapat sekitar 375 hektare lahan persawahan. Dari luas lahan persawahan itu, pengelolaan baru mencapai 180 hektare. Berarti terdapat sekitar 195 hektare lahan belum diolah karena berbagai permasalahan.
Dari hasil diskusi dengan perangkat desa dan pemerintah daerah setempat, para petani selama ini telah menemui banyak hambatan kalau mengelola lahan telantar tersebut.
Antara lain masalah pendangkalan sungai, sawah yang kebanjiran, hingga gagal panen.Karena itu, solusi dari masalah ini, pembuat kebijakan membuat sodetan dan kanal-kanal penampung air hujan.
Bila sodetan sawah terbangun maka dari sawah yang belum dikelola seluas 195 hektare akan menjadi produktif. Sehingga produksi gabah bertambah 1.518,32 ton, atau sekitar 789 ton beras.
Begitu juga potensi sawah di Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatra Selatan. Di lokasi tersebut baru terdapat sekitar 317 hektare tersentuh. Padahal 430 hektare lahan masih tidur. Namun lahan ini bisa optimal dengan syarat bila sodetan sudah terbangun.
Bukan mustahil dari 430 hektare sawah tersebut, mampu meningkatkan potensi produksi gabah hingga 2.913,65 ton gabah atau sekitar 1.458 ton beras.
Rencana tersebut bisa terealisasi kalau pemerintah bisa mencarikan solusi terhadap pembenahan lokasi dengan optimalisasi lahan, perbaikan dan normalisasi saluran sungai induk. Sehingga peningkatan sarana dan prasarana pertanian.
Sepanjang periode 2015 sampai 2017, Kabupaten Musi Rawas Utara telah menerima sejumlah bantuan, baik itu alat mesin pertanian (alsintan) maupun bantuan sarana sumber air. Bahkan pada tahun ini akan dibangun sumur bor sebanyak 19 unit dan DAM parit sebanyak empat unit.
Melalui Dirjen PSP, pemerintah pusat juga akan menyalurkan bantuan langsung berupa pompa air, pembangunan kanal, hingga traktor beroda dua maupun empat. Semua akan disalurkan kepada kelompok tani yang seriusmengoptimalkan lahan persawahan menjadi produktif.
Bupati Musi Rawas Utara, M Syarif Hidayat, seirama dengan pandangan itu. Bila lahan tidur dan telantar bisa digarap optimal, maka Kabupaten Musi Rawas Utara bisa menjadi kawasan percontohan dalam hal peningkatan produksi beras.
"Tentu kalau kalau semua berkembang, kawasan ini akan jadi percontohan. Salah satu caranya dengan memanfaatkan lahan telantar," kata Syarif.
Anggota Komisi IV DPR, Fauzih Amro ikut mendampingi penyuluhan, menjelaskan, secara keseluruhan di tujuh kecamatan Kabupaten Musi Rawas Utara ada sedikitnya 7.000 hektare potensi lahan yang bisa dioptimalisasi.
Kalau upaya optimalisasi lahan dilakukan pemerintah pusat dan daerah berhasil maka akan menjadi nilai tambah bagi petani penggarap sawah. “Apabila berhasil menjadi percontohan, di seluruh kecamatan bisa
menerapkan. Kami punya 7.000 hektare potensi sawah. Dengan optimalisasi cetak sawah, mudah-mudahan daerah ini bisa menjadi daerah percontohan," kata Fauzih.
Kementerian Pertanian sendiri berjanji akan memberikan bantuan pembuatan kanal dan sodetan air yang berfungsi untuk mencegah terendamnya lahan persawahan. Termasuk bantuan alat penunjang pengelolaan areal sawah bagi para kelompok tani di daerah tersebut.
Setelah berkoordinasi dengan kelompok tani dan pemerintah daerah pemerintah setempat, dalam waktu dekat proses pengerjaannya pun akan segera dilakukan. Dengan demikian pada tahun 2018 ini, bakal meningkat signifikan.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Pending Dadih Permana, menjelaskan agar dapat memanfaatkan lahan tidur atau telantar, komunikasi dua arah harus terjalin dengan baik antara petani, pemilik lahan, pemda sampai pemerintah pusat.
"Setiap daerah pengembangan baru butuh perhatian bersama. Kami komunikasikan kesulitan petani, lahan tidur bisa dimaksimalkan. Apakah pilihan nanti padi, jagung, atau lain-lain sehingga dapat dimaksimalkan bersama," kata Pending dalan keterangan persnya, Kamis (12/4/2018).
Seperti di Desa Remban, petani lokal dapat meningkatkan produksi beras asal ingin mencari solusi atas permasalahan petani. Di wilayah Kabupaten Musi Rawas Utara sendiri, produksi padi pada 2015 sebesar 17.490 ton, tahun 2016 ada 34.115 ton, dan pada 2017 mencapai 34.446 ton.
Data tersebut memperlihatkan setiap tahun, produksi beras di kabupaten ini terus meningkat. Walaupun tercatat mengalami kenaikan pada 2017, namun petani lokal bisa meningkatkan produksi lebih dari angka tersebut.
Khusus di Desa Remban, kini terdapat sekitar 375 hektare lahan persawahan. Dari luas lahan persawahan itu, pengelolaan baru mencapai 180 hektare. Berarti terdapat sekitar 195 hektare lahan belum diolah karena berbagai permasalahan.
Dari hasil diskusi dengan perangkat desa dan pemerintah daerah setempat, para petani selama ini telah menemui banyak hambatan kalau mengelola lahan telantar tersebut.
Antara lain masalah pendangkalan sungai, sawah yang kebanjiran, hingga gagal panen.Karena itu, solusi dari masalah ini, pembuat kebijakan membuat sodetan dan kanal-kanal penampung air hujan.
Bila sodetan sawah terbangun maka dari sawah yang belum dikelola seluas 195 hektare akan menjadi produktif. Sehingga produksi gabah bertambah 1.518,32 ton, atau sekitar 789 ton beras.
Begitu juga potensi sawah di Desa Pauh, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatra Selatan. Di lokasi tersebut baru terdapat sekitar 317 hektare tersentuh. Padahal 430 hektare lahan masih tidur. Namun lahan ini bisa optimal dengan syarat bila sodetan sudah terbangun.
Bukan mustahil dari 430 hektare sawah tersebut, mampu meningkatkan potensi produksi gabah hingga 2.913,65 ton gabah atau sekitar 1.458 ton beras.
Rencana tersebut bisa terealisasi kalau pemerintah bisa mencarikan solusi terhadap pembenahan lokasi dengan optimalisasi lahan, perbaikan dan normalisasi saluran sungai induk. Sehingga peningkatan sarana dan prasarana pertanian.
Sepanjang periode 2015 sampai 2017, Kabupaten Musi Rawas Utara telah menerima sejumlah bantuan, baik itu alat mesin pertanian (alsintan) maupun bantuan sarana sumber air. Bahkan pada tahun ini akan dibangun sumur bor sebanyak 19 unit dan DAM parit sebanyak empat unit.
Melalui Dirjen PSP, pemerintah pusat juga akan menyalurkan bantuan langsung berupa pompa air, pembangunan kanal, hingga traktor beroda dua maupun empat. Semua akan disalurkan kepada kelompok tani yang seriusmengoptimalkan lahan persawahan menjadi produktif.
Bupati Musi Rawas Utara, M Syarif Hidayat, seirama dengan pandangan itu. Bila lahan tidur dan telantar bisa digarap optimal, maka Kabupaten Musi Rawas Utara bisa menjadi kawasan percontohan dalam hal peningkatan produksi beras.
"Tentu kalau kalau semua berkembang, kawasan ini akan jadi percontohan. Salah satu caranya dengan memanfaatkan lahan telantar," kata Syarif.
Anggota Komisi IV DPR, Fauzih Amro ikut mendampingi penyuluhan, menjelaskan, secara keseluruhan di tujuh kecamatan Kabupaten Musi Rawas Utara ada sedikitnya 7.000 hektare potensi lahan yang bisa dioptimalisasi.
Kalau upaya optimalisasi lahan dilakukan pemerintah pusat dan daerah berhasil maka akan menjadi nilai tambah bagi petani penggarap sawah. “Apabila berhasil menjadi percontohan, di seluruh kecamatan bisa
menerapkan. Kami punya 7.000 hektare potensi sawah. Dengan optimalisasi cetak sawah, mudah-mudahan daerah ini bisa menjadi daerah percontohan," kata Fauzih.
Kementerian Pertanian sendiri berjanji akan memberikan bantuan pembuatan kanal dan sodetan air yang berfungsi untuk mencegah terendamnya lahan persawahan. Termasuk bantuan alat penunjang pengelolaan areal sawah bagi para kelompok tani di daerah tersebut.
Setelah berkoordinasi dengan kelompok tani dan pemerintah daerah pemerintah setempat, dalam waktu dekat proses pengerjaannya pun akan segera dilakukan. Dengan demikian pada tahun 2018 ini, bakal meningkat signifikan.
(ven)