Manis Pahit Automasi Industri
A
A
A
SEORANG pemimpin memang wajib untuk selalu menunjukkan sikap optimisme. Nah, itulah yang diperlihatkan oleh Presiden Joko Widodo terkait peluncuran peta jalan (roadmap) industri 4.0 belum lama ini. Peta jalan tersebut diberi label Making Indonesia 4.0. Presiden berpandangan bahwa industri 4.0 yang akan digalakkan di Tanah Air akan membawa banyak dampak positif.
"Kalau yang ini, saya enggak percaya. Kalau yang pesimistis-pesimistis itu, saya enggak percaya," kata Jokowi. Pernyataan Jokowi itu dilontarkan untuk menanggapi hasil laporan Mckinsey Global Institute yang rilis November tahun lalu. Dalam laporan itu, McKinsey memperkirakan pada 2030 akan ada 800 juta orang di dunia yang kehilangan pekerjaannya karena diambil alih oleh robot dan teknologi automasi. Jumlah itu setara seperlima dari angkatan kerja global saat ini.
Jokowi justru meyakini lapangan kerja akan berkembang lebih banyak dengan adanya revolusi industri 4.0. "Saya lebih percaya revolusi industri akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru ketimbang lapangan kerja yang akan hilang," katanya.
Penjelasan akan terciptanya lapangan pekerjaan dari dampak industri 4.0 datang dari Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian. Menurutnya, peta jalan industri 4.0 sangat menjanjikan untuk membuka lapangan pekerjaan sebanyak 7–19 juta orang hingga 2030. Angka itu adalah imbas dari penambahan, baik di sektor manufaktur maupun nonmanufaktur. "Sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar," katanya di hari yang sama.
Pemerintah sendiri mengharapkan peningkatan ekspor bisa menyentuh angka 10% dari PDB lewat penerapan industri 4.0. Indonesia memang harus terus mengejar pertumbuhan ekspor mengingat negara-negara tetangga juga mulai mendorong ekspor untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya. Apalagi, saat ini dan ke depannya, akan ada peningkatan permintaan di tingkat global.
Lalu bagaimana hitung-hitungan pemerintah terkait revolusi inudstri 4.0? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 07/VII/2018 yang terbit Senin (16/4/2018) hari ini.
"Kalau yang ini, saya enggak percaya. Kalau yang pesimistis-pesimistis itu, saya enggak percaya," kata Jokowi. Pernyataan Jokowi itu dilontarkan untuk menanggapi hasil laporan Mckinsey Global Institute yang rilis November tahun lalu. Dalam laporan itu, McKinsey memperkirakan pada 2030 akan ada 800 juta orang di dunia yang kehilangan pekerjaannya karena diambil alih oleh robot dan teknologi automasi. Jumlah itu setara seperlima dari angkatan kerja global saat ini.
Jokowi justru meyakini lapangan kerja akan berkembang lebih banyak dengan adanya revolusi industri 4.0. "Saya lebih percaya revolusi industri akan melahirkan jauh lebih banyak lapangan kerja baru ketimbang lapangan kerja yang akan hilang," katanya.
Penjelasan akan terciptanya lapangan pekerjaan dari dampak industri 4.0 datang dari Airlangga Hartarto, Menteri Perindustrian. Menurutnya, peta jalan industri 4.0 sangat menjanjikan untuk membuka lapangan pekerjaan sebanyak 7–19 juta orang hingga 2030. Angka itu adalah imbas dari penambahan, baik di sektor manufaktur maupun nonmanufaktur. "Sebagai akibat dari permintaan ekspor yang lebih besar," katanya di hari yang sama.
Pemerintah sendiri mengharapkan peningkatan ekspor bisa menyentuh angka 10% dari PDB lewat penerapan industri 4.0. Indonesia memang harus terus mengejar pertumbuhan ekspor mengingat negara-negara tetangga juga mulai mendorong ekspor untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya. Apalagi, saat ini dan ke depannya, akan ada peningkatan permintaan di tingkat global.
Lalu bagaimana hitung-hitungan pemerintah terkait revolusi inudstri 4.0? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 07/VII/2018 yang terbit Senin (16/4/2018) hari ini.
(amm)