Tidak Ingin Jadi Pasar, Afrika Ingin Bentuk Perjanjian Perdagangan Bebas

Selasa, 17 April 2018 - 19:41 WIB
Tidak Ingin Jadi Pasar,...
Tidak Ingin Jadi Pasar, Afrika Ingin Bentuk Perjanjian Perdagangan Bebas
A A A
LONDON - Benua Afrika kerap menjadi pasar dari persaingan perdagangan antara Amerika Serikat dengan Republik Rakyat China. Tidak ingin terus menerus menjadi pasar konsumen bagi produk negara lain, Uni Afrika berencana membentuk organisasi perdagangan antar mereka.

Menteri Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kenya Adan Mohamed mengatakan, saat ini perjanjian perdagangan bebas untuk seluruh Afrika sedang dalam proses implementasi. Jika diwujudkan, kata Adan, akan membentuk blok perdagangan terbesar setelah Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Sejauh ini, ada 44 negara dari 55 negara anggota Uni Afrika yang telah menandatangani.

Adan mengatakan, jika terbentuk, hal ini sekaligus bisa menepis mereka yang selama ini pesimis terhadap organisasi perdagangan intra Afrika. "Jika terjadi, kami benar-benar mengatakan kepada orang-orang di benua ini yang kerap pesimis, bahwa kami bisa melakukannya. Ini adalah soal skala dan peluang apa yang bisa dilakukan untuk Afrika sebagai sebuah benua," kata Adan Mohamed di Commonwealth Business Forum di London, Inggris, seperti dilansir CNBC, Selasa (17/4/2018).

Adan menambahkan, situasi ini juga memberi tandingan terhadap perang dagang yang baru-baru ini diberlakukan oleh Amerika Serikat dan China. Ia menjelaskan, untuk mengimbangi dua kekuatan ekonomi besar tersebut, persatuan sangat penting bagi Afrika.

"Peluang terbesar bagi Afrika saat ini adalah kurangnya investasi masuk, yang seharusnya mengalir ke Afrika," kata dia. Selama ini, negara-negara Afrika menjalankan perdagangan secara masing-masing. Namun, kata dia, lagi-lagi hanya jadi pasar subtansial bukan dalam hak mereka sendiri.

Perjanjian perdagangan bebas Afrika ini diharapkan dapat meningkatkan bisnis antara negara-negara di benua tersebut, yang saat ini mencapai 20%. Perjanjian ini disebut oleh Uni Afrika akan mencakup pasar sebanyak 1,2 miliar orang, dan produk domestik bruto sebesar USD2,5 triliun.

Adan menambahkan bahwa kesepakatan ini akan meningkatkan perdagangan intra Afrika. "Kami juga akan membongkar warisan pendekatan kolonial, dimana rute perdagangan selalu antara tuan kolonial zaman dulu dengan negara Afrika tertentu". Dan sambungnya, ia tidak ingin Afrika hanya dijadikan pasar konsumen.

Namun keinginan membentuk kesepakatan perdagangan intra Afrika bukan hal mudah. Dua negara terbesar dan paling maju di Afrika, Nigeria dan Afrika Selatan belum mau menandatangani kesepakatan. Pemerintah khawatir soal keamanan pekerjaan dan tidak ingin barang-barang China yang murah justru membanjiri pasar Afrika karena penurunan hambatan tarif perdagangan intra benua.

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan akan berkonsultasi dengan badan domestik terlebih dahulu.

Selain membentuk kesepakatan perdagangan bebas intra Afrika, Adan mengatakan mereka juga mempunyai ide membangun mata uang bersama Afrika. Ide mata uang Afrika ini telah dibahas sebagai bagian dari integrasi perdagangan bebas intra Afrika.

"Memang ini sangat sulit dilaksanakan. Tapi ini adalah tujuan aspiratif yang dimiliki," kata Adan seraya menambahkan, masalah mata uang Afrika bukan hal yang unik melainkan bagian dari jaringan perdagangan internasional.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0858 seconds (0.1#10.140)