Lapangan Migas Tua Ini Telah Hasilkan 2,6 Miliar Barel Minyak
A
A
A
JAKARTA - Di usianya yang menginjak 77 tahun, Lapangan Duri di Riau mampu bertahan sebagai salah satu penopang produksi minyak nasional hingga sekarang. Keberhasilan tersebut berkat penerapan teknologi injeksi uap (steam flood) yang membuat produksi Lapangan Duri lima kali lebih banyak dibandingkan teknologi konvensional.
"Teknologi injeksi uap di lapangan tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia,” ujar Yanto Sianipar, Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs Chevron dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/4/2018).
Yanto mengatakan, keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. Chevron terus bernvestasi dalam pengembangan teknologi pencarian minyak maupun enhanced oil recovery (EOR) guna mengoptimalkan tingkat perolehan minyak.
Lapangan Duri termasuk wilayah kerja Blok Rukan, di Riau yang `dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Lapangan tersebut ditemukan pada 1941 dan baru berproduksi pada 17 tahun berselang, yakni pada 1958.
"Setelah melewati titik puncak produksi dari fase primer sebanyak 65.000 barel per hari pada 1965, produksi Lapangan Duri menurun secara alamiah sering penurunan tekanan di dalam reservoar," katanya.
CPI memulai proyek percontohan (pilot project) injeksi uap di Lapangan Duri pada 1975. Sepuluh tahun kemudian, teknologi ini diterapkan dalam skala besar dan mampu kembali menaikkan produksi higga mencapai 300.000 barel per hari pada 1993. Semua itu dicapai berkat penerapan teknologi. Hingga saat ini, Lapangan Duri telah menghasilkan lebih dari 2,6 miliar barel.
CPI terus mengembangkan lapangan ini untuk menjaga kontribusi Lapangan Duri terhadap produksi nasional. Dua pengembangan terakhir adalah North Duri Area 12 dan 13 yang masing-masing menghasilkan produksi perdana pada 2008 dan 2013.
"Teknologi injeksi uap di lapangan tersebut merupakan yang pertama di Indonesia dan salah satu yang terbesar di dunia,” ujar Yanto Sianipar, Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs Chevron dalam keterangan tertulisnya, Senin (30/4/2018).
Yanto mengatakan, keberhasilan pengelolaan dan penambahan usia lapangan migas juga ditentukan oleh teknologi yang digunakan. Chevron terus bernvestasi dalam pengembangan teknologi pencarian minyak maupun enhanced oil recovery (EOR) guna mengoptimalkan tingkat perolehan minyak.
Lapangan Duri termasuk wilayah kerja Blok Rukan, di Riau yang `dikelola oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Lapangan tersebut ditemukan pada 1941 dan baru berproduksi pada 17 tahun berselang, yakni pada 1958.
"Setelah melewati titik puncak produksi dari fase primer sebanyak 65.000 barel per hari pada 1965, produksi Lapangan Duri menurun secara alamiah sering penurunan tekanan di dalam reservoar," katanya.
CPI memulai proyek percontohan (pilot project) injeksi uap di Lapangan Duri pada 1975. Sepuluh tahun kemudian, teknologi ini diterapkan dalam skala besar dan mampu kembali menaikkan produksi higga mencapai 300.000 barel per hari pada 1993. Semua itu dicapai berkat penerapan teknologi. Hingga saat ini, Lapangan Duri telah menghasilkan lebih dari 2,6 miliar barel.
CPI terus mengembangkan lapangan ini untuk menjaga kontribusi Lapangan Duri terhadap produksi nasional. Dua pengembangan terakhir adalah North Duri Area 12 dan 13 yang masing-masing menghasilkan produksi perdana pada 2008 dan 2013.
(fjo)