Peranan Importir Sangat Dominan dalam Pemenuhan Kebutuhan di Jateng
A
A
A
SEMARANG - Ketua Badan Pengurus Daerah Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (BPD GINSI) Jateng Budiatmoko menyebutkan, angka impor kumulatif pada bulan Januari-Maret 2018 adalah USD3.249,62 juta. Mengalami kenaikan 19,28% dibandingkan Maret 2017 (year to year) atau sekitar USD171,20 juta, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka ekspor sekitar USD1.620,50 juta.
"Itu artinya peranan importir masih sangat dominan dalam pemenuhan kebutuhan di wilayah Jawa Tengah. Kami berharap pemenuhan kebutuhan ini dalam rangka meningkatkan proses kebutuhan barang dan jasa di dalam negeri khususnya di Jateng, sehingga ke depan angka ekspor kita bisa lebih tinggi dari pada impor," kata Budiatmoko dalam acara Sosialisasi Regulasi Pengawasan Tata Niaga Impor di Post Border yang digelar Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) di Hotel Harris, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (2/5/2018).
Maka, berkaitan dengan terbitnya Permendag No. 28 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Pemeriksaan Tata Niaga Impor di luar Kawasan Pabean (post border), GINSI selaku asosiasi gabungan importir seluruh Indonesia menginisiasi kegiatan sosialisasi regulasi pengawasan tata niaga impor di post border.
"Dengan sosialisasi tersebut, kami berharap para importir bisa lebih paham dan mengerti dalam menjalankan kebijakan pemerintah ini. Sehingga arus barang menjadi lebih baik dan tidak ada kendala yang berarti," ujarnya.
Budiatmoko menambahkan, pihaknya ingin berperan aktif dalam mensosialisasikan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan proses importasi. Dengan tujuan memberikan pemahaman bagi importir yang ada di Jawa Tengah guna membantu pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan produk ataupun jasa yang tidak ada di Indonesia, memperoleh teknologi yang modern, bahan baku yang lebih murah serta menjaga stabilitas harga.
“Oleh karena itu, kami berharap adanya peningkatan sinergi dari pemda khususnya Disperindag Jawa Tengah, DPMPTSP Jawa Tengah serta stakeholder lainnya supaya mendukung kegiatan GINSI dan mendorong setiap importir yang ada di Jateng untuk masuk menjadi bagian dari anggota GINSI, supaya lebih terkoordinir dengan baik," jelasnya.
"Itu artinya peranan importir masih sangat dominan dalam pemenuhan kebutuhan di wilayah Jawa Tengah. Kami berharap pemenuhan kebutuhan ini dalam rangka meningkatkan proses kebutuhan barang dan jasa di dalam negeri khususnya di Jateng, sehingga ke depan angka ekspor kita bisa lebih tinggi dari pada impor," kata Budiatmoko dalam acara Sosialisasi Regulasi Pengawasan Tata Niaga Impor di Post Border yang digelar Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) di Hotel Harris, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (2/5/2018).
Maka, berkaitan dengan terbitnya Permendag No. 28 Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Pemeriksaan Tata Niaga Impor di luar Kawasan Pabean (post border), GINSI selaku asosiasi gabungan importir seluruh Indonesia menginisiasi kegiatan sosialisasi regulasi pengawasan tata niaga impor di post border.
"Dengan sosialisasi tersebut, kami berharap para importir bisa lebih paham dan mengerti dalam menjalankan kebijakan pemerintah ini. Sehingga arus barang menjadi lebih baik dan tidak ada kendala yang berarti," ujarnya.
Budiatmoko menambahkan, pihaknya ingin berperan aktif dalam mensosialisasikan kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan proses importasi. Dengan tujuan memberikan pemahaman bagi importir yang ada di Jawa Tengah guna membantu pemerintah daerah dalam pemenuhan kebutuhan produk ataupun jasa yang tidak ada di Indonesia, memperoleh teknologi yang modern, bahan baku yang lebih murah serta menjaga stabilitas harga.
“Oleh karena itu, kami berharap adanya peningkatan sinergi dari pemda khususnya Disperindag Jawa Tengah, DPMPTSP Jawa Tengah serta stakeholder lainnya supaya mendukung kegiatan GINSI dan mendorong setiap importir yang ada di Jateng untuk masuk menjadi bagian dari anggota GINSI, supaya lebih terkoordinir dengan baik," jelasnya.
(ven)