Perbankan Mulai Antisipasi Kenaikan Biaya Dana

Selasa, 05 Juni 2018 - 21:01 WIB
Perbankan Mulai Antisipasi...
Perbankan Mulai Antisipasi Kenaikan Biaya Dana
A A A
JAKARTA - Sejumlah bank mengaku telah mengantisipasi kenaikan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate (7DRR) yang meningkat sebanyak 50 basis poin (bps). Bankir pun mengakui, kenaikan suku bunga akan berimbas terhadap kenaikan biaya dana alias cost of fund.

Direktur Utama BRI Suprajarto mengatakan, kenaikan BI 7 day repo rate berdampak pada kenaikan deposito BRI sekitar 0,25%. Meski demikian, dirinya berharap kenaikan tersebut tidak terlalu berpengaruh ke kredit lantaran perseroan masih menjaga penyaluran kredit dilevel yang aman.

"Deposito sudah kita naikkan per 1 Juni 2018. Tapi kita usahakan (bunga) kredit untuk tidak naik dulu terutama di UMKM dan mikro. KUR kan sudah dipatok 7%," ujar Suprajarto kepada KORAN SINDO, Selasa (5/6/2018).

Hingga akhir Maret 2018, penyaluran kredit ke segmen UMKM tercatat senilai Rp584,7 triliun atau sekitar 77,2% dari keseluruhan portofolio kredit. Sementara itu, penyaluran KUR perseroan sudah mencapai Rp22,3 triliun kepada lebih dari 1,1 juta debitur. Hingga akhir tahun, dia mengaku akan merevisi target pertumbuhan kredit menjadi 14%.

Menurutnya, revisi target tersebut dikarenakan hingga bulan Mei penyaluran kredit BRI telah mencapai 12%. "Tadinya kan kredit kita targetkan 12%, tapi pencapaian kuartal I sudah baik dan pencapaian Mei juga sudah 12%. Jadi, kita berharap sampai akhir tahun bisa meningkat di 14%," papar dia.

Sementara itu, Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Suwignyo Budiman mengaku, pihaknya mengkaji kenaikan suku bunga depositonya tahun ini seiring dengan naiknya repo rate. "Beberapa hari yang lalu, kita sudah rapat dan kita sudah mulai menaikkan deposito 0,25% dan penerapan mulai 1 Juni 2018 lah," ujar Suwignyo.

Dia melanjutkan, kebijakan kenaikan suku bunga deposito tersebut guna mengantisipasi terbukanya ruang kenaikan suku bunga acuan pada RDG mendatang. "Kita mengantisipasi karena kan bunga acuannya naik, semuanya kan trennya naik jadi deposito kita sedikit naik. Namun likuiditas sih BCA masih bagus, tapi kan kita mengantisipasi saja, trennya naik ya naik," papar Suwignyo.

Direktur Konsumer PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Budi Satria menuturkan, pihaknya masih melihat dulu pengaruh kenaikan suku bunga bank sentral. "Kalau 25 bps belum ada pengaruhnya. Kalau naik 50 bps kita masih lihat pengaruhnya dan kita bahas lagi. Kalau tidak banyak pengaruhnya mungkin masih kita tahan," ungkap Budi.

Hal senada dikatakan Sekretaris Perusahaan Bank BNI Kiryanto. Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan ke 4,75% tidak harus pasti diikuti dengan kenaikan bunga bank baik untuk simpanan maupun kredit. Demikian juga untuk BNI, kata dia, ada sejumlah faktor yang menahan kenaikan bunga simpanan, antara lain likuiditas bank yang masih baik, funding growth stabil 11%, loan growth 8,5% dan CASA bank yang masih 60% terhadap total DPK.

"Jadi untuk jangka pendek hingga akhir semester kedua nanti suku bunga bank relatif stabil. Dalam situasi ekonomi yang belum kuat saat ini, cukup berisiko bagi bank menaikkan bunga kredit karena akan menahan permintaan kredit dan juga berpotensi mendongkrak NPL karena pelaku usaha sedang konsolidasi," ujar Kiryanto.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0856 seconds (0.1#10.140)