Emiten Indonesia Catatkan Perbaikan Kinerja di ACGS
A
A
A
JAKARTA - Peringkat ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) Indonesia pada 2017 mengalami peningkatan dari tahun 2015 dari rata-rata nilai negara 62,88 menjadi 70,59. Peningkatan ini didorong oleh lima emiten yang mendapat skor tertinggi dari penilaian terhadap 100 emiten berkapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Kelima emiten yang mendapat skor ACGS tertinggi adalah PT Bank Mandiri Tbk dengan skor 109,61 poin, PT CIMB Niaga Tbk 109,38 poin, PT Bank Tabungan Negara Tbk 105,63 poin, PT Aneka Tambang Tbk dengan 104,27 poin, dan PT Jasa Marga Tbk dengan skor 100,29 poin.
Corporate Governance Expert RSM Indonesia Angela Simatupang mengatakan dari lima emiten yang memiliki skor 100 ke atas, empat di antaranya memiliki kapitalisasi pasar di bawah Rp50 triliun. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa tingkat praktik tata kelola yang baik dan pengungkapannya, dipengaruhi sikap manajemen puncak perusahaan daripada ukuran perusahaan.
"Selain itu, ketersediaan peraturan yang lebih ketat juga berperan signifikan dalam penerapan praktik tata kelola yang baik, seperti ditunjukkan oleh pencapaian lebih tinggi skor yang dibukukan emiten perbankan," jelas Angela dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (9/7/2018).
Lebih lanjut dia memaparkan, kemajuan lain yang dialami Indonesia adalah meningkatnya jumlah emiten atau public listed companies (PLC) yang berhasil masuk daftar Top 50 ASEAN, dari dua emiten tahun 2015 menjadi empat emiten pada tahun ini. Pada tahun ini juga terdapat 6 emiten Indonesia yang berhasil masuk ke dalam jajaran Top 70 ASEAN.
"Hasil penilaian ASEAN Corporate Governance Scorecard tahun ini juga menunjukkan terdapat 5 emiten yang berhasil memperoleh skor di atas 100 dibandingkan tahun 2015 yang hanya satu emiten," jelas Angela.
Dia memaparkan, penilaian corporate governance terhadap 100 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar tersebut sudah mewakili 86,3% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia per 31 Maret 2017 dan 18,7% dari jumlah emiten di Indonesia.
Nantinya peringkat ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) Indonesia ini akan digabungkan dengan peringkat ACGS dari masing-masing negara yang akan diumumkan oleh Asian Development Bank (ADB) di kuartal III tahun ini.
Dia juga menuturkan, hasil penilaian tahun ini terhadap 100 emiten Indonesia menunjukkan perbaikan signifikan pada tiga aspek, yaitu pertama, hak pemegang saham. Emiten telah mengungkapkan praktiknya untuk mendorong pemegang saham lebih terlibat di perusahaan, di luar RUPST.
Kedua adalah peran pemangku kepentingan. Emiten secara eksplisit telah mengungkapkan kebijakan dan praktik terkait kesehatan keselamatan dan kesejahteraan bagi karyawannya. Ketiga, tanggung jawab dewan karena diungkapkan pernyataan visi dan misi yang telah diperbaharui.
Indonesia, lanjut Angela, telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki tata kelola perusahaan. Keinginan untuk membangun lingkungan tata kelola perusahaan yang kuat di Indonesia telah diiringi oleh beberapa reformasi seperti penerbitan Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia, yang diluncurkan pada 2014, oleh Otoritas Jasa Keuangan, dengan dukungan dari International Finance Corporation (IFC).
Kelima emiten yang mendapat skor ACGS tertinggi adalah PT Bank Mandiri Tbk dengan skor 109,61 poin, PT CIMB Niaga Tbk 109,38 poin, PT Bank Tabungan Negara Tbk 105,63 poin, PT Aneka Tambang Tbk dengan 104,27 poin, dan PT Jasa Marga Tbk dengan skor 100,29 poin.
Corporate Governance Expert RSM Indonesia Angela Simatupang mengatakan dari lima emiten yang memiliki skor 100 ke atas, empat di antaranya memiliki kapitalisasi pasar di bawah Rp50 triliun. Hasil penilaian ini menunjukkan bahwa tingkat praktik tata kelola yang baik dan pengungkapannya, dipengaruhi sikap manajemen puncak perusahaan daripada ukuran perusahaan.
"Selain itu, ketersediaan peraturan yang lebih ketat juga berperan signifikan dalam penerapan praktik tata kelola yang baik, seperti ditunjukkan oleh pencapaian lebih tinggi skor yang dibukukan emiten perbankan," jelas Angela dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (9/7/2018).
Lebih lanjut dia memaparkan, kemajuan lain yang dialami Indonesia adalah meningkatnya jumlah emiten atau public listed companies (PLC) yang berhasil masuk daftar Top 50 ASEAN, dari dua emiten tahun 2015 menjadi empat emiten pada tahun ini. Pada tahun ini juga terdapat 6 emiten Indonesia yang berhasil masuk ke dalam jajaran Top 70 ASEAN.
"Hasil penilaian ASEAN Corporate Governance Scorecard tahun ini juga menunjukkan terdapat 5 emiten yang berhasil memperoleh skor di atas 100 dibandingkan tahun 2015 yang hanya satu emiten," jelas Angela.
Dia memaparkan, penilaian corporate governance terhadap 100 emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar tersebut sudah mewakili 86,3% dari total kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia per 31 Maret 2017 dan 18,7% dari jumlah emiten di Indonesia.
Nantinya peringkat ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS) Indonesia ini akan digabungkan dengan peringkat ACGS dari masing-masing negara yang akan diumumkan oleh Asian Development Bank (ADB) di kuartal III tahun ini.
Dia juga menuturkan, hasil penilaian tahun ini terhadap 100 emiten Indonesia menunjukkan perbaikan signifikan pada tiga aspek, yaitu pertama, hak pemegang saham. Emiten telah mengungkapkan praktiknya untuk mendorong pemegang saham lebih terlibat di perusahaan, di luar RUPST.
Kedua adalah peran pemangku kepentingan. Emiten secara eksplisit telah mengungkapkan kebijakan dan praktik terkait kesehatan keselamatan dan kesejahteraan bagi karyawannya. Ketiga, tanggung jawab dewan karena diungkapkan pernyataan visi dan misi yang telah diperbaharui.
Indonesia, lanjut Angela, telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki tata kelola perusahaan. Keinginan untuk membangun lingkungan tata kelola perusahaan yang kuat di Indonesia telah diiringi oleh beberapa reformasi seperti penerbitan Roadmap Tata Kelola Perusahaan Indonesia, yang diluncurkan pada 2014, oleh Otoritas Jasa Keuangan, dengan dukungan dari International Finance Corporation (IFC).
(fjo)