Genjot Daya Saing Industri, RI Percepat Bangun Infrastruktur Digital
A
A
A
JAKARTA - Indonesia akan melakukan percepatan pembangunan infrastruktur digital dalam rangka mendukung penerapan revolusi industri generasi keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. Langkah ini perlu kolaborasi antara pemerintah dan swasta guna merealisasikannya, terutama mengenai investasi dan teknologi yang akan dikembangkan.
“Bagi industri yang paling penting itu infrastruktur, termasuk infrastruktur digital, karena untuk memacu daya saing agar lebih kompetitif di tingkat global,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (25/7/2018).
Menurut Menperin, di era digital, aktivitas sektor manufatur tidak lagi sekadar melibatkan mesin dalam proses produksinya. Saat ini, beberapa pabrikan sudah melompat lebih jauh, yakni memadukan dengan internet of things (IoT) atau kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang menjadi ciri dari industri 4.0.
“Oleh karena itu, untuk mendukungnya, diperlukan jaringan internet dengan kecepatan tinggi, teknologi cloud, data center, security management dan infrastruktur broadband,” sebut Airlangga.
Menurutnya, Indonesia punya potensi dan peluang yang baik untuk bertransformasi ke arah ekonomi digital tersebut. “Negara kita ini kaya, punya cloud atau data di atas tanah, yang dikelola oleh Telkomsel. Kita harus bangga, Telkomsel adalah aset nasional, makanya perlu kita jaga untuk menata masa depan lebih baik lagi,” papar Menperin.
Di samping itu, Indonesia adalah bangsa terbesar di ASEAN. Apalagi, saat ini telah masuk dalam 1 trillion dollars club economy. “Selain melalui teknologi, yang bisa membuat kita maju lebih cepat adalah bonus demografi sampai tahun 2030,” imbuhnya.
Menteri Airlangga optimistis, dengan keunggulan tersebut dan menerapkan industri 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030. Selanjutnya juga, diyakini, produktivitas akan meningkat hingga dua kali lipat.
“Dari teknologi akan tercipta inovasi dan menghasilkan champion. Ini yang menjadi aspirasi kita dalam meningkatkan produksi, kemampuan ekonomi negara, dan investasi bertambah. Jadi, kami terus pacu agar pertumbuhan industri bisa melebihi 1-2% daripada ekonomi,” paparnya.
Adapun lima sektor industri manufaktur yang tengah dipacu sebagai pionir penerapan revolusi industri keempat di dalam negeri sesuai Making Indonesia 4.0, yakni industri otomotif, elektronika, kimia, tekstil dan pakaian, serta makanan dan minuman.”Kita punya 84 sektor industri, kita sudah pilih lima, supaya fokus untuk implementasi ekonomi digital,” jelas Airlangga.
Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi kepada Telkomsel yang memperkuat keseriusannya dalam mengembangkan Internet of Things (IoT) dengan meluncurkan program Telkomsel Innovation Center (TINC). “Sebab, hal ini sejalan dengan Making Indonesia 4.0,” tegasnya.
Program TINC akan merangkum berbagai kegiatan dalam membentuk ekosistem IoT Indonesia. Di antaranya, penyediaan laboratorium IoT, program mentoring dan bootcamp bersama para ahli di bidang IoT, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait.
“IoT menjadi salah satu elemen penting untuk mendukung roadmap Making Indonesia 4.0. Untuk itu, Telkomsel secara konsisten terus meningkatkan kesiapan teknologi dan jaringan untuk menghadapi tren IoT yang sedang berkembang secara global,” kata Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah.
Menurut Ririek, TINC akan menjadi wadah bagi ratusan inovator di Tanah Air. Selama setahun berjalan, kolaborasi bersama para inovator yang berada di bawah naungan TINC sudah menghasilkan berbagai solusi bisnis berbasis NB-loT (Narrowband Internet of Things).
“loT telah merevolusi gaya hidup serta menggabungkan dunia fisik dengan dunia digital, yang selanjutnya menawarkan sejumlah peluang dan tantangan baru bagi kalangan bisnis, pemerintahan, dan juga konsumen perorangan,” paparnya.
“Bagi industri yang paling penting itu infrastruktur, termasuk infrastruktur digital, karena untuk memacu daya saing agar lebih kompetitif di tingkat global,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto di Jakarta, Rabu (25/7/2018).
Menurut Menperin, di era digital, aktivitas sektor manufatur tidak lagi sekadar melibatkan mesin dalam proses produksinya. Saat ini, beberapa pabrikan sudah melompat lebih jauh, yakni memadukan dengan internet of things (IoT) atau kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang menjadi ciri dari industri 4.0.
“Oleh karena itu, untuk mendukungnya, diperlukan jaringan internet dengan kecepatan tinggi, teknologi cloud, data center, security management dan infrastruktur broadband,” sebut Airlangga.
Menurutnya, Indonesia punya potensi dan peluang yang baik untuk bertransformasi ke arah ekonomi digital tersebut. “Negara kita ini kaya, punya cloud atau data di atas tanah, yang dikelola oleh Telkomsel. Kita harus bangga, Telkomsel adalah aset nasional, makanya perlu kita jaga untuk menata masa depan lebih baik lagi,” papar Menperin.
Di samping itu, Indonesia adalah bangsa terbesar di ASEAN. Apalagi, saat ini telah masuk dalam 1 trillion dollars club economy. “Selain melalui teknologi, yang bisa membuat kita maju lebih cepat adalah bonus demografi sampai tahun 2030,” imbuhnya.
Menteri Airlangga optimistis, dengan keunggulan tersebut dan menerapkan industri 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030. Selanjutnya juga, diyakini, produktivitas akan meningkat hingga dua kali lipat.
“Dari teknologi akan tercipta inovasi dan menghasilkan champion. Ini yang menjadi aspirasi kita dalam meningkatkan produksi, kemampuan ekonomi negara, dan investasi bertambah. Jadi, kami terus pacu agar pertumbuhan industri bisa melebihi 1-2% daripada ekonomi,” paparnya.
Adapun lima sektor industri manufaktur yang tengah dipacu sebagai pionir penerapan revolusi industri keempat di dalam negeri sesuai Making Indonesia 4.0, yakni industri otomotif, elektronika, kimia, tekstil dan pakaian, serta makanan dan minuman.”Kita punya 84 sektor industri, kita sudah pilih lima, supaya fokus untuk implementasi ekonomi digital,” jelas Airlangga.
Kementerian Perindustrian memberikan apresiasi kepada Telkomsel yang memperkuat keseriusannya dalam mengembangkan Internet of Things (IoT) dengan meluncurkan program Telkomsel Innovation Center (TINC). “Sebab, hal ini sejalan dengan Making Indonesia 4.0,” tegasnya.
Program TINC akan merangkum berbagai kegiatan dalam membentuk ekosistem IoT Indonesia. Di antaranya, penyediaan laboratorium IoT, program mentoring dan bootcamp bersama para ahli di bidang IoT, serta networking access bagi para startup, developer, maupun system integrator dengan para pemain industri terkait.
“IoT menjadi salah satu elemen penting untuk mendukung roadmap Making Indonesia 4.0. Untuk itu, Telkomsel secara konsisten terus meningkatkan kesiapan teknologi dan jaringan untuk menghadapi tren IoT yang sedang berkembang secara global,” kata Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah.
Menurut Ririek, TINC akan menjadi wadah bagi ratusan inovator di Tanah Air. Selama setahun berjalan, kolaborasi bersama para inovator yang berada di bawah naungan TINC sudah menghasilkan berbagai solusi bisnis berbasis NB-loT (Narrowband Internet of Things).
“loT telah merevolusi gaya hidup serta menggabungkan dunia fisik dengan dunia digital, yang selanjutnya menawarkan sejumlah peluang dan tantangan baru bagi kalangan bisnis, pemerintahan, dan juga konsumen perorangan,” paparnya.
(akr)