Perang Dagang Mulai Berdampak Bagi Perusahaan AS

Selasa, 31 Juli 2018 - 12:58 WIB
Perang Dagang Mulai Berdampak Bagi Perusahaan AS
Perang Dagang Mulai Berdampak Bagi Perusahaan AS
A A A
WASHINGTON - Tarifimpor baru yang diterapkan pemerintah Amerika Serikat (AS) telah menaikkan biaya bagi para pelaku usaha. Situasi perang dagang antara AS dan China telah menjadi beban bagi perusahaan, hingga membuat para pebisnis diperkirakan bakal mengalihkan peningkatan biaya kepada konsumen.

Dilansir BBC, Selasa (31/7/2018) produsen alat berat asal AS yakni Caterpillar pada awal pekan kemarin mengatakan, penguatan permintaan telah membuat mereka menaikkan harga untuk mengimbangi tingginya beas masuk untuk baja dan aluminium. Sementara bagi beberapa perusahaan yang lain, justru mendapatkan raihan positif.

Pada hari yang sama, produsen makanan Tyson Foods memangkas proyeksi laba ketika aksi pembalasan dari mitra dagang terhadap ekspor daging babi dan daging sapi AS telah menurunkan harga daging AS. Diprediksi laba yang disesuai harga per saham di kisaran USD5,70-USD6 untuk tahun keuangan 2018 karena surplus pasokan AS yang disebabkan oleh tarif tinggi.

Harga daging sapi dan babi yang lebih rendah juga telah mengurangi permintaan bagi daging ayam, tambah perusahaan. "Kombinasi dari perubahan kebijakan perdagangan global di dalam dan luar negeri serta ketidakpastian telah menciptakan lingkungan pasar yang menantang dari peningkatan volatilitas, harga yang lebih rendah dan kelebihan pasokan ," kata Presiden dan Kepala Eksekutif Tyson Foods Tom Hayes.

Kabar terbaru dari pelaku usaha menjelaskan bagaimana perang dagang antara AS dan China telah meningkatkan biaya dan menggeser permintaan untuk beberapa produk dari mulai mobil hingga bir. Seperti diketahui sejak bulan Maret, lalu pihak AS mengumumkan tarif bea impor untuk komoditas baja serta alumunium yang mendorong China, Uni Eropa, Meksiko dan beberapa negara lain menerapkan kebijakan balasan.

Balasan dari mitra dagang AS yang dirugikan oleh tarif baja serta alumunium di antaranya menerapkan pajak impor bagi produk asal Negeri Paman Sam -julukan AS- seperti daging babi, anggur dan wiski. Secara terpisah, AS dan China juga memberlakukan tit-to-tat tarif USD34 miliar bagi produk-produk dari negara lain.

Sementara beberapa perusahaan, termasuk Caterpillar, mengatakan mereka akan mengalihkan biaya yang lebih tinggi kepada konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi, sedangkan yang lain memilih untuk dibatasi. BMW, misalnya, mengatakan akan menaikkan harga mobil mereka di China sebesar 4% -7% pada dua model SUV, yang dibuat AS.

Tetapi kenaikan tidak akan sepenuhnya menyerap pajak baru China pada kendaraan AS, ujar pihak perusahaan memperingatkan. Selanjutnya Harley Davidson mengatakan kepada investor bahwa pihaknya berencana untuk menanggung biaya tarif Eropa pada sepeda motor buatan AS agar tetap kompetitif. Harley juga tengah berjuang ketika harga baja dan aluminium lebih tinggi.

Tekanan Inflasi


Secara keseluruhan, analis mengharapkan kebijakan tarif tinggi AS tidak berdampak besar. Analis di bank AS Wells Fargo memperkirakan bahwa tarif AS sejauh ini akan meningkatkan inflasi di AS sebesar 0,1%. Akan tetapi Ia menerangkan bahwa kenaikan itu dapat diperlemah oleh penurunan harga bagi produk yang ditargetkan oleh negara lain sebagai pembalasan.

Perubahan itu terjadi karena biaya bahan bakar dan tenaga kerja yang lebih tinggi hingga memicu inflasi yang lebih kuat di AS. Indeks untuk harga produsen tercatat naik 3,4% selama 12 bulan hingga Juli, untuk menjadi lonjakan terbesar secara tahunan sejak November 2011, menurut data Departemen Tenaga Kerja AS. Indeks harga konsumen juga meningkat 2,9% selama 12 bulan hingga Juni.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9254 seconds (0.1#10.140)