Genjot Komponen Lokal di Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan, pemerintah menggenjot komponen lokal di proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya. Kajian mendalam sedang dilakukan supaya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ini diangkat tinggi.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri menjelaskan, proses masih dalam tahap pembicaraan terkait detil model pembiayaan kereta cepat Jakarta-Surabaya. Keputusan itu ditargetkan selesai tujuh bulan lagi
Sementara, saat ini sedang dilakukan pengkajian dengan kemungkinan memakai skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). "Kita survei supaya bisa dapat skema pembiayaan dengan KPBU," ujarnya di Jakarta, Senin (6/8/2018).
Zulfikri menjelaskan, pihaknya secara detil melakukan survei ke lapangan untuk mendapat desain lebih rinci lagi. Sebab, sebagai contoh ada 297 lintasan sebidang yang akan dijadikan flyover.
"Belum kita lihat size masing-masing diperlukan berapa. Kita hitung detil di lapangan," katanya.
Kalaupun ground breaking mundur, Zulfikri menyampaikan, tetap masih pada 2019. Untuk memulainya lebih dulu ditentukan model pembiayaan ini. "Model pembiayaan cari yang murah dan cepat. Makanya kita masih dengan pendampingan BPPT," tutur dia.
Dia menambahkan, setelah pra feasibility study (FS), pemerintah sudah sepakat membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan menambah satu jalur di trek existing. Jenis relpun telah disepakati menggunakan narrow gauge alias rel sempit yang memiliki ukuran lebar 1.067 meter.
"Sudah disepakati dengan 1.067. Proses sekarang paralel mana yang bisa kita lakukan dengan tenaga ahli kita, tapi teknis di JICA. Kemarin kita lakukan paralel trase dulu dengan BPPT karena ada perbaikan lengkung," pungkas Zulfikri.
Adapun kondisi sekarang, JICA sedang melakukan lelang konsultan dengan target awal November tahun ini baru datang dari Jepang. Sedangkan dari pihak Indonesia sudah mulai melakukan survei.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri menjelaskan, proses masih dalam tahap pembicaraan terkait detil model pembiayaan kereta cepat Jakarta-Surabaya. Keputusan itu ditargetkan selesai tujuh bulan lagi
Sementara, saat ini sedang dilakukan pengkajian dengan kemungkinan memakai skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). "Kita survei supaya bisa dapat skema pembiayaan dengan KPBU," ujarnya di Jakarta, Senin (6/8/2018).
Zulfikri menjelaskan, pihaknya secara detil melakukan survei ke lapangan untuk mendapat desain lebih rinci lagi. Sebab, sebagai contoh ada 297 lintasan sebidang yang akan dijadikan flyover.
"Belum kita lihat size masing-masing diperlukan berapa. Kita hitung detil di lapangan," katanya.
Kalaupun ground breaking mundur, Zulfikri menyampaikan, tetap masih pada 2019. Untuk memulainya lebih dulu ditentukan model pembiayaan ini. "Model pembiayaan cari yang murah dan cepat. Makanya kita masih dengan pendampingan BPPT," tutur dia.
Dia menambahkan, setelah pra feasibility study (FS), pemerintah sudah sepakat membangun kereta cepat Jakarta-Surabaya dengan menambah satu jalur di trek existing. Jenis relpun telah disepakati menggunakan narrow gauge alias rel sempit yang memiliki ukuran lebar 1.067 meter.
"Sudah disepakati dengan 1.067. Proses sekarang paralel mana yang bisa kita lakukan dengan tenaga ahli kita, tapi teknis di JICA. Kemarin kita lakukan paralel trase dulu dengan BPPT karena ada perbaikan lengkung," pungkas Zulfikri.
Adapun kondisi sekarang, JICA sedang melakukan lelang konsultan dengan target awal November tahun ini baru datang dari Jepang. Sedangkan dari pihak Indonesia sudah mulai melakukan survei.
(ven)