Menperin Janji Ciptakan Iklim Usaha Kondusif Hadapi Krisis Turki
A
A
A
JAKARTA - Krisis Turki menjadi perhatian besar bagi Pemerintah Indonesia. Untuk itu Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartato pun akan memperkuat sektor riil untuk mengantisipasi dampak yang ditimbulkan di dalam negeri akibat krisis yang tengah melanda Turki.
"Krisis di Turki itu membuat emerging economy mendapat sentimen negatif. Nah, tentu kita sebagai salah satu negara dengan emerging economy, ya harus menjaga fundamental ekonomi,” ujar Menperin di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Guna memperkuat sektor riil di dalam negeri, Kemenperin akan mendorong investasi masuk di berbagai sektor industri di Tanah Air. Selain itu, meningkatkan nilai ekspor untuk berbagai produk manufaktur nasional dalam rangka melakukan subtitusi impor.
Serta berupaya agar pasokan bahan baku untuk menopang proses produksi di sektor industri dapat terjaga dengan baik, sehingga menciptakan iklim usaha yang kondusif. “Industri manufaktur ini fundamental, makanya harus terus didorong. Jadi, tentunya struktur industri masing-masing diperkuat," tegas Airlangga.
Apalagi, di tengah kondisi perekonomian global yang belum stabil ini, pelaku industri nasional perlu lebih siap mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. "Adanya sentimen negatif, harus dibuat positif dengan perkembangan fundamental ekonomi di Indonesia,” imbuhnya.
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk semakin memperkuat daya saing industri dalam negeri sekaligus menjaga ketahanan ekonomi nasional. Misalnya, melalui pemberian insentif agar ekspor bisa terus ditingkatkan. Sementara guna menggenjot investasi, pemerintah tengah berupaya memberikan insentif untuk relokasi pabrik, termasuk juga akan memberikan insentif untuk industri kecil dan menengah IKM).
Apalagi, menurutnya, pemerintah sedang fokus menerapkan revolusi industri generasi keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. “Revolusi industri saat ini sangat dipengaruhi adanya perkembangan teknologi sehingga akan mendorong inovasi,” jelasnya.
Menteri Airlangga meyakini, dengan menerapkan industri 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030. “Ini yang menjadi aspirasi kita dalam meningkatkan produksi, kemampuan ekonomi negara, dan investasi bertambah. Jadi, kami terus pacu pertumbuhan industri bisa melebihi 1-2 persen daripada ekonomi,” tandasnya.
"Krisis di Turki itu membuat emerging economy mendapat sentimen negatif. Nah, tentu kita sebagai salah satu negara dengan emerging economy, ya harus menjaga fundamental ekonomi,” ujar Menperin di Jakarta, Rabu (15/8/2018).
Guna memperkuat sektor riil di dalam negeri, Kemenperin akan mendorong investasi masuk di berbagai sektor industri di Tanah Air. Selain itu, meningkatkan nilai ekspor untuk berbagai produk manufaktur nasional dalam rangka melakukan subtitusi impor.
Serta berupaya agar pasokan bahan baku untuk menopang proses produksi di sektor industri dapat terjaga dengan baik, sehingga menciptakan iklim usaha yang kondusif. “Industri manufaktur ini fundamental, makanya harus terus didorong. Jadi, tentunya struktur industri masing-masing diperkuat," tegas Airlangga.
Apalagi, di tengah kondisi perekonomian global yang belum stabil ini, pelaku industri nasional perlu lebih siap mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. "Adanya sentimen negatif, harus dibuat positif dengan perkembangan fundamental ekonomi di Indonesia,” imbuhnya.
Pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk semakin memperkuat daya saing industri dalam negeri sekaligus menjaga ketahanan ekonomi nasional. Misalnya, melalui pemberian insentif agar ekspor bisa terus ditingkatkan. Sementara guna menggenjot investasi, pemerintah tengah berupaya memberikan insentif untuk relokasi pabrik, termasuk juga akan memberikan insentif untuk industri kecil dan menengah IKM).
Apalagi, menurutnya, pemerintah sedang fokus menerapkan revolusi industri generasi keempat sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0. “Revolusi industri saat ini sangat dipengaruhi adanya perkembangan teknologi sehingga akan mendorong inovasi,” jelasnya.
Menteri Airlangga meyakini, dengan menerapkan industri 4.0, Indonesia akan menjadi negara 10 besar dengan ekonomi terkuat di dunia pada tahun 2030. “Ini yang menjadi aspirasi kita dalam meningkatkan produksi, kemampuan ekonomi negara, dan investasi bertambah. Jadi, kami terus pacu pertumbuhan industri bisa melebihi 1-2 persen daripada ekonomi,” tandasnya.
(akr)