Imbas Perang Dagang, Trump Tuding China Memanipulasi Mata Uang
A
A
A
NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sekali lagi menuding China memanipulasi mata uangnya untuk menghadapi kebijakan tarif impor tinggi dari Negeri Paman Sam -julukan AS-. Di sisi lain kedua negara dikabarkan sedang bersiap untuk menggelar pertemuan di Washington pekan ini untuk membahas penyelesaian perdang dagang di antara mereka.
(Baca Juga: Kekhawatiran Perang Mata Uang Mencuat Dipicu Konflik AS-ChinaSeperti dilansir BBC, Selasa (21/8/2018) banyak yang meeragukan bahwa pertemuan tersebut bakal menghasilkan dampak besar untuk meredakan ketegangan perdagangan antara dua ekonomi besar di dunia, dilihatkan dari hanya pejabat tingkat rendah yang terlibat. Trump mengatakan kepada Reuters, bahwa tidak berharap banyak dari pertemuan, setelah sebelumnya negosiasi gagal.
Dia juga menambahkan tidak dapat memprediksi kapan sengketa perdagangan antara raksasa ekonomi bakal berakhir. Sementara analis telah menyuarakan kekhawatiran bahwa perang dagang antara AS dan China bisa menjadi perang mata uang.
Progress Perang Dagang
Pada bulan Juli, kedua negera memberlakukan tarif putaran pertama tit-for-tat yang mempengaruhi perdagangan senilai USD34 miliar. Selanjutnya AS berencana untuk mengenakan bea impor senilai USD16 miliar dalam perdagangan dengan China pada 23 Agustus. Sedangkan Beijing telah berjanji akan membalas dengan cara yang sama.
Pemerintah juga menyiapkan tarif tambahan untuk produk-produk asal China mencapai USD200 miliar, yang menjadi pokok pembicaraan di Washington, pekan ini. Bulan ini, AS mengumumkan bahwa Trump telah meminta stafnya untuk mempertimbangkan pajak sebesar 25%, bukan 10% yang awalnya diusulkan.
Pada saat yang sama, para pejabat membantah anggapan bahwa pajak yang lebih tinggi merupakan respons terhadap penurunan nilai yuan, tetapi pernyataan presiden kepasa Reuters merongrong klaim tersebut. "Saya pikir China memanipulasi mata uang mereka, tentu saja," kata Trump kepada Reuters.
Selama kampanyenya presiden, Trump juga pernah menyebut China sebagai manipulator mata uang. Tetapi tahun lalu, setelah mengambil alih jabatan Presiden, Trump menarik komentar tersebut.
Trump tidak hanya menuduh Cina, tetapi juga Uni Eropa bahwa telah manipulasi mata uang. Pengertian manipulasi mata uang di sini yakni, sebuah negara dapat dengan sengaja meremehkan mata uangnya dengan menjual mata uangnya sendiri untuk menurunkan nilainya, membuat ekspornya lebih murah dan lebih kompetitif.
Manipulasi mata uang sulit dibuktikan. Beberapa analis berpendapat bahwa China telah bertindak untuk melemahkan mata uangnya, sebagian besar dengan membeli utang pemerintah AS, untuk membuat ekspornya lebih murah bagi konsumen Amerika.
Tetapi yang lain mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam sebuah kolom minggu ini untuk think tank yang berbasis di London, mantan pejabat Treasury AS Mark Sobel mengatakan Trump jauh dari sasaran, menunjukkan depresiasi yuan China turun ke kekuatan dolar AS, daripada manipulasi pasar China. Pada bulan April, departemen Keuangan AS mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa tidak ada mitra dagang AS yang memanipulasi mata uangnya.
Menyalahkan Rumah Sendiri
Tercatat mata uang China telah jatuh hampir 10% nilainya terhadap dolar sejak sengketa perdagangan mulai meningkat pada April. Penurunan tersebut mempengaruhi tarif untuk membuat produk-produk China lebih murah. Trump sendiri menilai Federal Reserve AS atau Bank Sentral AS yang bertanggung jawab untuk beberapa pergeseran mata uang, menurut seharusnya mampu bertindak lebih cepat daripada bank sentral lainnya untuk menghapus kebijakan stimulus.
"Kami bernegosiasi dengan sangat kuat dan kuat dengan negara-negara lain. Kami akan menang. Tetapi selama periode waktu ini, saya harus diberi bantuan oleh Fed. Negara-negara lain diakomodasi," katanya kepada Reuters. Selain China, Trump juga berkata, "Saya pikir euro sedang dimanipulasi juga."
(Baca Juga: Kekhawatiran Perang Mata Uang Mencuat Dipicu Konflik AS-ChinaSeperti dilansir BBC, Selasa (21/8/2018) banyak yang meeragukan bahwa pertemuan tersebut bakal menghasilkan dampak besar untuk meredakan ketegangan perdagangan antara dua ekonomi besar di dunia, dilihatkan dari hanya pejabat tingkat rendah yang terlibat. Trump mengatakan kepada Reuters, bahwa tidak berharap banyak dari pertemuan, setelah sebelumnya negosiasi gagal.
Dia juga menambahkan tidak dapat memprediksi kapan sengketa perdagangan antara raksasa ekonomi bakal berakhir. Sementara analis telah menyuarakan kekhawatiran bahwa perang dagang antara AS dan China bisa menjadi perang mata uang.
Progress Perang Dagang
Pada bulan Juli, kedua negera memberlakukan tarif putaran pertama tit-for-tat yang mempengaruhi perdagangan senilai USD34 miliar. Selanjutnya AS berencana untuk mengenakan bea impor senilai USD16 miliar dalam perdagangan dengan China pada 23 Agustus. Sedangkan Beijing telah berjanji akan membalas dengan cara yang sama.
Pemerintah juga menyiapkan tarif tambahan untuk produk-produk asal China mencapai USD200 miliar, yang menjadi pokok pembicaraan di Washington, pekan ini. Bulan ini, AS mengumumkan bahwa Trump telah meminta stafnya untuk mempertimbangkan pajak sebesar 25%, bukan 10% yang awalnya diusulkan.
Pada saat yang sama, para pejabat membantah anggapan bahwa pajak yang lebih tinggi merupakan respons terhadap penurunan nilai yuan, tetapi pernyataan presiden kepasa Reuters merongrong klaim tersebut. "Saya pikir China memanipulasi mata uang mereka, tentu saja," kata Trump kepada Reuters.
Selama kampanyenya presiden, Trump juga pernah menyebut China sebagai manipulator mata uang. Tetapi tahun lalu, setelah mengambil alih jabatan Presiden, Trump menarik komentar tersebut.
Trump tidak hanya menuduh Cina, tetapi juga Uni Eropa bahwa telah manipulasi mata uang. Pengertian manipulasi mata uang di sini yakni, sebuah negara dapat dengan sengaja meremehkan mata uangnya dengan menjual mata uangnya sendiri untuk menurunkan nilainya, membuat ekspornya lebih murah dan lebih kompetitif.
Manipulasi mata uang sulit dibuktikan. Beberapa analis berpendapat bahwa China telah bertindak untuk melemahkan mata uangnya, sebagian besar dengan membeli utang pemerintah AS, untuk membuat ekspornya lebih murah bagi konsumen Amerika.
Tetapi yang lain mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam sebuah kolom minggu ini untuk think tank yang berbasis di London, mantan pejabat Treasury AS Mark Sobel mengatakan Trump jauh dari sasaran, menunjukkan depresiasi yuan China turun ke kekuatan dolar AS, daripada manipulasi pasar China. Pada bulan April, departemen Keuangan AS mengeluarkan laporan yang mengatakan bahwa tidak ada mitra dagang AS yang memanipulasi mata uangnya.
Menyalahkan Rumah Sendiri
Tercatat mata uang China telah jatuh hampir 10% nilainya terhadap dolar sejak sengketa perdagangan mulai meningkat pada April. Penurunan tersebut mempengaruhi tarif untuk membuat produk-produk China lebih murah. Trump sendiri menilai Federal Reserve AS atau Bank Sentral AS yang bertanggung jawab untuk beberapa pergeseran mata uang, menurut seharusnya mampu bertindak lebih cepat daripada bank sentral lainnya untuk menghapus kebijakan stimulus.
"Kami bernegosiasi dengan sangat kuat dan kuat dengan negara-negara lain. Kami akan menang. Tetapi selama periode waktu ini, saya harus diberi bantuan oleh Fed. Negara-negara lain diakomodasi," katanya kepada Reuters. Selain China, Trump juga berkata, "Saya pikir euro sedang dimanipulasi juga."
(akr)