Produsen Masjid Berjalan Jepang Tertarik Investasi di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Pengusaha Jepang telah memproduksi masjid berjalan sebagai fasilitas shalat bagi umat muslim pada Olimpiade di Tokyo 2020 mendatang. Kini, pengusaha Jepang tersebut membuka peluang untuk memproduksi masjid berjalan itu di Indonesia.
CEO Yasu Project Yasuhara Inoue mengatakan, masjid berjalan berupa truk tersebut mulai dibangun sejak 4 tahun lalu. Truk seberat 25 ton yang disematkan teknologi canggih besutan Jepang tersebut bisa berubah menjadi masjid dengan kapasitas 50 orang.
Di dalam truk seharga Rp14 miliar per unit tersebut sudah tersedia fasilitas wudhu, empat unit AC, sistem penentuan arah kiblat dan pencahayaan yang bagus untuk shalat. Masjid berjalan ini, katanya, akan disediakan untuk sarana menjalankan ibadah shalat lima waktu para atlet dan pengunjung Olimpiade dan Paralimpik Tokyo 2020.
Yasuharu menyampaikan, pembuatan masjid berjalan ini sepenuh hati dipersembahkan kepada umat Islam sebagai bagian dari keramahtamahan (omotenashi) negara Jepang. Pencipta masjid berjalan ini menuturkan, setelah satu bulan diluncurkan di Jepang, pihaknya sudah kewalahan dengan banyaknya permintaan dari luar negeri.
Yasuharu mengatakan, pihaknya sudah memperkenalkan masjid berjalan kepada Kementerian Perindustrian dalam sebuah presentasi dengan harapan pemerintah Indonesia dapat memahami kendaraan multifungsi itu sepenuhnya. Dia menuturkan, Yasu Project di masa depan tertarik untuk memproduksi masjid berjalan tersebut di Indonesia.
"Indonesia bisa jadi basis produksi, lalu nanti bisa diekspor ke mana-mana," ujarnya di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Menurut Yasuharu, investasi masjid berjalan di Indonesia ini mudah untuk direalisasikan. Namun, kata dia, sebelum itu harus ada pelatihan langsung di Jepang agar ada alih teknologi pembuatan masjid itu dari negara asalnya.
"Investasi soal gampang. Tapi harus ada yang belajar dulu ke Jepang karena ini (teknologinya) khusus sekali. Baru dari situ kita bisa hitung (investasi) dan mencari partner di Indonesia," tuturnya.
CEO Yasu Project Yasuhara Inoue mengatakan, masjid berjalan berupa truk tersebut mulai dibangun sejak 4 tahun lalu. Truk seberat 25 ton yang disematkan teknologi canggih besutan Jepang tersebut bisa berubah menjadi masjid dengan kapasitas 50 orang.
Di dalam truk seharga Rp14 miliar per unit tersebut sudah tersedia fasilitas wudhu, empat unit AC, sistem penentuan arah kiblat dan pencahayaan yang bagus untuk shalat. Masjid berjalan ini, katanya, akan disediakan untuk sarana menjalankan ibadah shalat lima waktu para atlet dan pengunjung Olimpiade dan Paralimpik Tokyo 2020.
Yasuharu menyampaikan, pembuatan masjid berjalan ini sepenuh hati dipersembahkan kepada umat Islam sebagai bagian dari keramahtamahan (omotenashi) negara Jepang. Pencipta masjid berjalan ini menuturkan, setelah satu bulan diluncurkan di Jepang, pihaknya sudah kewalahan dengan banyaknya permintaan dari luar negeri.
Yasuharu mengatakan, pihaknya sudah memperkenalkan masjid berjalan kepada Kementerian Perindustrian dalam sebuah presentasi dengan harapan pemerintah Indonesia dapat memahami kendaraan multifungsi itu sepenuhnya. Dia menuturkan, Yasu Project di masa depan tertarik untuk memproduksi masjid berjalan tersebut di Indonesia.
"Indonesia bisa jadi basis produksi, lalu nanti bisa diekspor ke mana-mana," ujarnya di Jakarta, Senin (27/8/2018).
Menurut Yasuharu, investasi masjid berjalan di Indonesia ini mudah untuk direalisasikan. Namun, kata dia, sebelum itu harus ada pelatihan langsung di Jepang agar ada alih teknologi pembuatan masjid itu dari negara asalnya.
"Investasi soal gampang. Tapi harus ada yang belajar dulu ke Jepang karena ini (teknologinya) khusus sekali. Baru dari situ kita bisa hitung (investasi) dan mencari partner di Indonesia," tuturnya.
(fjo)