HIPMI: Nilai Tukar Rupiah Sudah Masuk Lampu Kuning
A
A
A
JAKARTA - Hari ini, Jumat (31/8/2018), kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sangat melemah dibandingkan perdagangan sebelumnya di mana USD1 ditransaksikan pada Rp14.725 di pasar spot. Sementara itu, harga jual dolar AS di salah satu bank nasional pun telah menembus di atas Rp14.900 per USD.
Menanggapi hal tersebut, Ketua BPP HIPMI (Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), Anggawira menyatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS saat ini berbahaya dan dapat memicu terjadinya krisis moneter lagi.
“Kita tidak boleh menganggap enteng pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini yang menembus Rp14.725, hampir mendekati Rp15.000. Nanti jika pihak swasta yang meminjam anggaran negara dan pas jatuh tempo tak mampu membayar karena beratnya kurs. Ini sangat beresiko,” tutur Anggawira di Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Anggawira yang juga pengusaha ini pun menambahkan, pelemahan rupiah ini pun nantinya akan berimbas pada masyarakat. Ia merasa kekhawatiran masyarakat akan naiknya harga-harga bahan pokok tersebut dipicu oleh depresiasinya nilai tukar rupiah.
“Ya, saya khawatir. Namun, saya lebih mengkhawatirkan masyarakat kita karena harga-harga bahan pokok yang melambung tinggi ini dipicu oleh nilai tukar rupiah yang melemah,” sambungnya.
Lebih lanjut, Anggawira mengatakan pemerintah dengan tim ekonominya harus bisa menahan laju depresiasi rupiah sehingga persoalan tersebut segera terselesaikan. “Ya, pemerintah harus benar-benar berpikir ekstra untuk mengatasi persoalan ini. Saya lihat ini kan sepertinya kita tak ada daya. Seharusnya, pemerintah dan tim ekonominya memikirkan solusi agar bisa menahan laju depresiasi nilai tukar rupiah,” tutupnya.
Menanggapi hal tersebut, Ketua BPP HIPMI (Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), Anggawira menyatakan depresiasi kurs rupiah terhadap dolar AS saat ini berbahaya dan dapat memicu terjadinya krisis moneter lagi.
“Kita tidak boleh menganggap enteng pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini yang menembus Rp14.725, hampir mendekati Rp15.000. Nanti jika pihak swasta yang meminjam anggaran negara dan pas jatuh tempo tak mampu membayar karena beratnya kurs. Ini sangat beresiko,” tutur Anggawira di Jakarta, Jumat (31/8/2018).
Anggawira yang juga pengusaha ini pun menambahkan, pelemahan rupiah ini pun nantinya akan berimbas pada masyarakat. Ia merasa kekhawatiran masyarakat akan naiknya harga-harga bahan pokok tersebut dipicu oleh depresiasinya nilai tukar rupiah.
“Ya, saya khawatir. Namun, saya lebih mengkhawatirkan masyarakat kita karena harga-harga bahan pokok yang melambung tinggi ini dipicu oleh nilai tukar rupiah yang melemah,” sambungnya.
Lebih lanjut, Anggawira mengatakan pemerintah dengan tim ekonominya harus bisa menahan laju depresiasi rupiah sehingga persoalan tersebut segera terselesaikan. “Ya, pemerintah harus benar-benar berpikir ekstra untuk mengatasi persoalan ini. Saya lihat ini kan sepertinya kita tak ada daya. Seharusnya, pemerintah dan tim ekonominya memikirkan solusi agar bisa menahan laju depresiasi nilai tukar rupiah,” tutupnya.
(ven)