Pengembangan Komoditas Hortikultura Diarahkan Berkualitas Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) memfokuskan program pengembangan budidaya sayuran, buah, tanaman hias dan tanaman obat untuk memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor sehingga kesejahteraan petani terus meningkat. Misalnya di Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, telah dikembangkan sayuran untuk pangsa supermarket dan bahkan rutin diekspor ke Jepang.
"Ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman agar menjadi inspirasi bagi pemuda tani mengembangkan jenis komoditas tertentu, bermutu sesuai permintaan pasar. Ada berbagai jenis sayuran khusus dan segmen pasar yang khusus pula. Jenis sayuran yang tidak biasa dibudidayakan petani pada umumnya. Proses budidayanya juga memperhatikan lingkungan, serta memberdayakan masyarakat sekitar. Hasilnya secara ekonomi lebih menguntungkan," ujar Suwandi saat mengunjungi budidaya sayuran di Cicalengka, Bandung.
Direktur Utama PT Saribhakti Bumi Agri, Leo Rueben mengatakan, mulai tahun 2012 terjun ke usaha budidaya sayuran. Berawal dari lahan yang cukup sempit, tapi sekarang total lahanya mencapai 36 ha. "Iya saya tahun 2012 mulai dari nol dengan lahan sempit belajar tanam sayuran. Alhamdulillah sekarang total sudah 36 hektar. Sebagian ditanami buah jambu kristal, jeruk dan lainnya, tapi kami fokus tanam sayuran jenis ini,” ungkap Leo.
Leo mengungkapkan kawasan sayuran di Cicalengka, Bandung dulunya merupakan lahan tandus. Ketinggiannya 900 hingga 1200 mdpl, hanya mengandalkan air hujan, namun ada potensi sumber air di gunung. “Dari kondisi ini, saya membuat banyak bak penampung air, membuat kompos dari kotoran ternak dan limbah tanaman dan mulai menerapkan budidaya organik. Ini saya bermitra dengan 34 orang kelompoktani Bakti Tanjungsari dan juga mempekerjakan 60 tenaga laki laki dan perempuan dari desa sekitar,” ujarnya.
“Jenis sayuran jepang yang ditanam seperti nashubi, kyuri, mizuna, shironegi, komatsuna, asparagus, juga ada butternut pumpkin dan lainnya. 65 persen untuk pasar supermarket di Bandung, Jakarta, Surabaya dan Bali, dan sebagian diekspor ke Jepang,” sambungnya.
Lebih lanjut Leo mengatakan sejak tahun 2017, komoditas sayuranya sudah diekspor mencapai 500 ton dan diharapkan 2018 lebih tinggi lagi. “Untuk pemasaran sayuran lokal yakni dengan menghimpun pasokan wortel dari petani wilayah Lembang, Garut dan sekitarnya,” ucapnya.
Sementara Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Jumhana menambahkan, Kabupaten Bandung dengan topografi pegunungan merupakan daerah subur sebagai sentra sayuran. Kentang, wortel, stroberi, buncis, tomat, terong, slada, cabai, bawang dan lainnya tumbuh subur. “Produksi sayuran terus ditingkatkan secara keberlanjutan dengan menggunakan benih unggul dan budidaya ramah lingkungan dengan memprioritaskan penggunaan pupuk dan pestisida hayati,” sebutnya.
"Ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman agar menjadi inspirasi bagi pemuda tani mengembangkan jenis komoditas tertentu, bermutu sesuai permintaan pasar. Ada berbagai jenis sayuran khusus dan segmen pasar yang khusus pula. Jenis sayuran yang tidak biasa dibudidayakan petani pada umumnya. Proses budidayanya juga memperhatikan lingkungan, serta memberdayakan masyarakat sekitar. Hasilnya secara ekonomi lebih menguntungkan," ujar Suwandi saat mengunjungi budidaya sayuran di Cicalengka, Bandung.
Direktur Utama PT Saribhakti Bumi Agri, Leo Rueben mengatakan, mulai tahun 2012 terjun ke usaha budidaya sayuran. Berawal dari lahan yang cukup sempit, tapi sekarang total lahanya mencapai 36 ha. "Iya saya tahun 2012 mulai dari nol dengan lahan sempit belajar tanam sayuran. Alhamdulillah sekarang total sudah 36 hektar. Sebagian ditanami buah jambu kristal, jeruk dan lainnya, tapi kami fokus tanam sayuran jenis ini,” ungkap Leo.
Leo mengungkapkan kawasan sayuran di Cicalengka, Bandung dulunya merupakan lahan tandus. Ketinggiannya 900 hingga 1200 mdpl, hanya mengandalkan air hujan, namun ada potensi sumber air di gunung. “Dari kondisi ini, saya membuat banyak bak penampung air, membuat kompos dari kotoran ternak dan limbah tanaman dan mulai menerapkan budidaya organik. Ini saya bermitra dengan 34 orang kelompoktani Bakti Tanjungsari dan juga mempekerjakan 60 tenaga laki laki dan perempuan dari desa sekitar,” ujarnya.
“Jenis sayuran jepang yang ditanam seperti nashubi, kyuri, mizuna, shironegi, komatsuna, asparagus, juga ada butternut pumpkin dan lainnya. 65 persen untuk pasar supermarket di Bandung, Jakarta, Surabaya dan Bali, dan sebagian diekspor ke Jepang,” sambungnya.
Lebih lanjut Leo mengatakan sejak tahun 2017, komoditas sayuranya sudah diekspor mencapai 500 ton dan diharapkan 2018 lebih tinggi lagi. “Untuk pemasaran sayuran lokal yakni dengan menghimpun pasokan wortel dari petani wilayah Lembang, Garut dan sekitarnya,” ucapnya.
Sementara Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Bandung, Jumhana menambahkan, Kabupaten Bandung dengan topografi pegunungan merupakan daerah subur sebagai sentra sayuran. Kentang, wortel, stroberi, buncis, tomat, terong, slada, cabai, bawang dan lainnya tumbuh subur. “Produksi sayuran terus ditingkatkan secara keberlanjutan dengan menggunakan benih unggul dan budidaya ramah lingkungan dengan memprioritaskan penggunaan pupuk dan pestisida hayati,” sebutnya.
(akr)