Diaspora Indonesia di Korea Didorong Realisasikan Industri 4.0

Minggu, 09 September 2018 - 09:46 WIB
Diaspora Indonesia di Korea Didorong Realisasikan Industri 4.0
Diaspora Indonesia di Korea Didorong Realisasikan Industri 4.0
A A A
JAKARTA - Pemerintah mengajak diaspora yang tergabung dalam Persatuan Pelajar Indonesia di Korea (Perpika) untuk ikut berkontribusi membangun perekonomian nasional, termasuk upaya pengembangan sektor industri manufaktur. Mereka dinilai memiliki peranan strategis karena telah mengenyam pendidikan dan pengalaman bidang ilmu pengetahuan dan teknologi selama di Negeri Ginseng tersebut.

"Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang kuat, terlebih lagi untuk mewujudkan visi dasar pembangunan industri nasional. Tujuannya yaitu memperdalam struktur, meningkatkan daya saing di kancah global, dan berbasis pada inovasi," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam siaran pers, Minggu (9/9/2018).

Hal itu diungkapkan Menperin saat menjadi pembicara pada Seminar Ikatan Alumni Perpika di Seoul. Di hadapan lebih dari 50 peserta, Menperin menyampaikan, peta jalan Making Indonesia 4.0 telah diluncurkan dan menjadi agenda nasional sebagai sebuah kesiapan dalam mengimplementasikan revolusi industri generasi keempat.

"Pembentukan strategi tersebut guna mendukung kinerja industri nasional di era digital, sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi yang inklusif," jelasnya.

Peluang kerja sama antara pemerintah dengan diaspora, misalnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan sumber daya di bidang perindustrian nasional melalui kegiatan riset dan pemanfaatan teknologi terkini. "Salah satu langkah strategis dalam menerapkan roadmap Making Indonesia 4.0, yakni pembangunan infrastruktur digital dan ekosistem inovasi," ungkap Airlangga.

Airlangga menjelaskan, Indonesia sedang aktif untuk mengambil peluang dalam perkembangan ekonomi digital atau industri 4.0. Terbukti dari tujuh unicorn di ASEAN, di mana empat di antaranya perusahaan Indonesia. "Kita punya market yang sangat besar, ini menjadi kuncinya. Dalam waktu lima tahun terakhir, perusahaan fintech global banyak masuk di Indonesia," ungkapnya.

Terkait upaya peningkatan kompetensi SDM, Airlangga menambahkan, pemerintah tengah gencar menjalankan program pendidikan dan pelatihan vokasi. Misalnya di Kementerian Perindustrian sudah melakukan perbaikan kurikulum kejuruan lebih dari 40 program studi, yang menerapkan 70% praktik dan 30% teori dalam proses pembelajarannya."Jadi, diharapkan langkah ini memacu pendidikan teknologi dan permesinan bisa menjadi mainstream kembali," terangnya.
Airlangga menambahkan, beberapa perusahaan global sudah membangun pusat penelitian dan pengembangan (RnD) di Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari peran pemerintah yang fokus pada pengembangan SDM dalam membangun ekosistem inovasi dan menciptakan iklim investasi yang kondusif.

"Contohnya, Apple di Tangerang, kemudian Daihatsu di Karawang yang punya RnD center dan fasilitasnya lebih bagus daripada di Jepang, bahkan produknya juga dijual ke Jepang," sebutnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7682 seconds (0.1#10.140)