Mega Hub JNE Percepat Ekonomi Kawasan
A
A
A
BANDUNG - JNE memastikan mulai mengoperasikan Mega Hub 2019 mendatang, menampung tingginya permintaan jasa kiriman transaksi e-commerce pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Infrastruktur berteknologi tinggi ini diharapkan mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi suatu kawasan.
Mega Hub atau automation cross belt sorter machine adalah mesin sorting center berteknologi tinggi yang mempermudah proses pendistribusian. Mesin canggih ini membantu proses sortir dan pengiriman bagi sekitar 6.000 gerai JNE di seluruh Indonesia dan terhubung ke 250 titik ratusan negara di dunia.
Presiden Direktur JNE M Feriadi mengatakan, saat ini pihaknya terus menyelesaikan proses pembangunan Mega Hub. Targetnya, fasilitas tersebut mulai beroperasi 2019 mendatang. "Mega Hub kami bangun mengantisipasi ledakan kiriman konsumen e-commerce dan UMKM yang terus meningkat setiap tahunnya," kata Feriadi, Kamis (13/9/2018).
Menurut dia, Mega Hub JNE diproyeksikan mampu menangani 1 juta paket per hari secara cepat dan tepat. Kemampuan ini untuk menjawab tantangan peningkatan volume kiriman yang diperkirakan naik 15,29% pada 2019.
Terletak di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Provinsi Banten, mesin ini akan memudahkan alur distribusi kiriman e-commerce yang meningkat tajam seiring naiknya pengguna platform belanja online.
Sejak 2016, transaksi e-commerce di Indonesia terus meningkat. Hasil riset iDEA dan Taylor Nelson Sofres, tercatat transaksi USD22,6 miliar pada 2016, loncat 5,7 kali lipat menjadi USD130 miliar pada 2017. Tumbuhnya bisnis e-commerce yang ditopang penyedia jasa ekspedisi, diperkirakan akan tumbuh lebih dari 130% pada 2020.
Peningkatan volume kiriman juga dirasakan JNE. Perusahaan ekspedisi yang berdiri sejak 1990 ini, saat ini mencatat pertumbuhan bisnis kurir ekspres antara 30-40% per tahun. Angka itu akan terus meningkat sejalan rencananya JNE menambah gerai di sejumlah titik.
JNE, kata Feriadi, menargetkan menambah jumlah gerai antara 10%-15% setiap tahunnya. Langkah strategis ini dalam rangka menambah kapabilitas perusahaan. Pelaku UMKM di seluruh pelosok Indonesia, nantinya semakin mudah melakukan transaksi produk ke semua wilayah di Indonesia, bahkan mancanegara.
"Kami berkomitmen terus memberikan pelayanan dan pengalaman terbaik kepada pelanggan. Berusaha membuat inovasi baru, serta melakukan pengembangan infrastruktur dan sumber daya manusia, sebagaimana misi perusahaan," katanya.
Langkah konkret JNE memperkuat infrastruktur, membangun Mega Hub tak sekadar memperkuat jaringan perseroan, tetapi juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan. Konsep jasa pengiriman diprediksi akan berubah, di mana kecepatan distribusi barang antar wilayah bakal menjadi tumpuan bisnis e-commerce ke depan.
Terobosan JNE, akan memudahkan pelaku UMKM menjual produknya. Bukan tidak mungkin, pembeli biji mete di Provinsi Aceh bakal menikmati produk petani Sulawesi Tenggara itu hanya dalam waktu satu hari.
Kemudahan yang bakal diterima pelaku UMKM mendistribusikan produknya akan meningkatkan ekonomi kawasan. Apalagi, pada 2017 kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 57,56% dan akan terus meningkat. Sektor ini terbukti mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,9% dan menyumbang ekspor 15,68%.
Tumbuhnya sektor UMKM berkat berkembangnya platform marketplace dan jasa logistik terbukti adanya. Tidak sedikit pelaku UMKM yang awalnya hanya melakukan penjualan skala lokal, kini bisa merambah ke semua provinsi.
Produsen herbal madu propolis asal Malang misalnya, kini bisa menjual produknya hingga ke Sumatra dan Kalimantan berkat perkembangan e-commerce dan jangkauan perusahaan logistik.
Mega Hub atau automation cross belt sorter machine adalah mesin sorting center berteknologi tinggi yang mempermudah proses pendistribusian. Mesin canggih ini membantu proses sortir dan pengiriman bagi sekitar 6.000 gerai JNE di seluruh Indonesia dan terhubung ke 250 titik ratusan negara di dunia.
Presiden Direktur JNE M Feriadi mengatakan, saat ini pihaknya terus menyelesaikan proses pembangunan Mega Hub. Targetnya, fasilitas tersebut mulai beroperasi 2019 mendatang. "Mega Hub kami bangun mengantisipasi ledakan kiriman konsumen e-commerce dan UMKM yang terus meningkat setiap tahunnya," kata Feriadi, Kamis (13/9/2018).
Menurut dia, Mega Hub JNE diproyeksikan mampu menangani 1 juta paket per hari secara cepat dan tepat. Kemampuan ini untuk menjawab tantangan peningkatan volume kiriman yang diperkirakan naik 15,29% pada 2019.
Terletak di kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Provinsi Banten, mesin ini akan memudahkan alur distribusi kiriman e-commerce yang meningkat tajam seiring naiknya pengguna platform belanja online.
Sejak 2016, transaksi e-commerce di Indonesia terus meningkat. Hasil riset iDEA dan Taylor Nelson Sofres, tercatat transaksi USD22,6 miliar pada 2016, loncat 5,7 kali lipat menjadi USD130 miliar pada 2017. Tumbuhnya bisnis e-commerce yang ditopang penyedia jasa ekspedisi, diperkirakan akan tumbuh lebih dari 130% pada 2020.
Peningkatan volume kiriman juga dirasakan JNE. Perusahaan ekspedisi yang berdiri sejak 1990 ini, saat ini mencatat pertumbuhan bisnis kurir ekspres antara 30-40% per tahun. Angka itu akan terus meningkat sejalan rencananya JNE menambah gerai di sejumlah titik.
JNE, kata Feriadi, menargetkan menambah jumlah gerai antara 10%-15% setiap tahunnya. Langkah strategis ini dalam rangka menambah kapabilitas perusahaan. Pelaku UMKM di seluruh pelosok Indonesia, nantinya semakin mudah melakukan transaksi produk ke semua wilayah di Indonesia, bahkan mancanegara.
"Kami berkomitmen terus memberikan pelayanan dan pengalaman terbaik kepada pelanggan. Berusaha membuat inovasi baru, serta melakukan pengembangan infrastruktur dan sumber daya manusia, sebagaimana misi perusahaan," katanya.
Langkah konkret JNE memperkuat infrastruktur, membangun Mega Hub tak sekadar memperkuat jaringan perseroan, tetapi juga meningkatkan pertumbuhan ekonomi kawasan. Konsep jasa pengiriman diprediksi akan berubah, di mana kecepatan distribusi barang antar wilayah bakal menjadi tumpuan bisnis e-commerce ke depan.
Terobosan JNE, akan memudahkan pelaku UMKM menjual produknya. Bukan tidak mungkin, pembeli biji mete di Provinsi Aceh bakal menikmati produk petani Sulawesi Tenggara itu hanya dalam waktu satu hari.
Kemudahan yang bakal diterima pelaku UMKM mendistribusikan produknya akan meningkatkan ekonomi kawasan. Apalagi, pada 2017 kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 57,56% dan akan terus meningkat. Sektor ini terbukti mampu menyerap tenaga kerja hingga 96,9% dan menyumbang ekspor 15,68%.
Tumbuhnya sektor UMKM berkat berkembangnya platform marketplace dan jasa logistik terbukti adanya. Tidak sedikit pelaku UMKM yang awalnya hanya melakukan penjualan skala lokal, kini bisa merambah ke semua provinsi.
Produsen herbal madu propolis asal Malang misalnya, kini bisa menjual produknya hingga ke Sumatra dan Kalimantan berkat perkembangan e-commerce dan jangkauan perusahaan logistik.
(ven)