Erdogan: Hanya Ekspor-Impor yang Boleh Gunakan Mata Uang Asing
A
A
A
ANKARA - Turki akan menerapkan langkah-langkah baru untuk mengatasi keterpurukan mata uangnya. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan tak ragu mengambil langkah sulit asalkan masih dalam batas aturan ekonomi pasar bebas.
Dalam pidatoinya di depan konfederasi pedagang di Ankara, Erdogan mengatakan mulai saat ini tidak ada yang boleh melakukan bisnis dengan menggunakan mata uang asing, kecuali eksportir dan importir.
Senelumnya, Erdogan juga memerintahkan agar perjanjian jual maupun sewa properti dibuat menggunakan lira. Kebijakan itu mengakhiri penggunaan mata uang asing dalam bisnis properti di negara tersebut.
Di bagian lain, bank sentral Turki juga menaikkan bunga acuannya hingga 625 basis poin untuk mendongkrak nilai tukar lira. Bank sentral Turki menaikkan One-Week Repo Rate-nya menjadi 24%. Dengan langkah itu berarti Turki telah menaikkan bunga acuannya hingga 11,25% sejak akhir April lalu.
Langkah itu sekaligus menghilangkan kekhawatiran investor mengenai pengaruh Presiden Erdogan dalam kebijakan moneter negara tersebut. Seperti diketahui, Erdogan berulang kali menyuarakan penolakannya atas suku bunga tinggi.
Presiden Erdogan menilai kebijakan itu menyebabkan inflasi tinggi di Turki. Sementara, bank sentral menyatakan memburuknya perilaku harga menimbulkan risiko terbalik pada prospek inflasi, meskipun kondisi permintaan domestik melemah.
"Karena itu, Komite memutuskan untuk menerapkan kebijakan moneter yang ketat untuk menopang stabilitas harga," ungkap Komite Kebijakan Moneter Turki dalam pernyataannya seperri dilansir Reuters, Kamis (13/9/2018).
Dalam jajak pendapat yang digelar Reuters, sebanyak 11 ekonom memperkirakan bank sentra Turki akan mealakukan pengetatan, dengan prediksi kenaikan suku bunga berkisar antara 225-725 basis poin. Dengan pertimbangan bank sentral Turki harus menyeimbangkan kekhawatiran atas pelemahan lira dengan perlambatan ekonomi.
"Sangat menyenangkan untuk melihat akal sehat yang akhirnya menang," kata Aberdeen Standard Investments Head of Emerging Market Debt, Brett Diment. "Menaikkan (suku bunga) hari ini membuat Turki ada di jalan yang lambat untuk memulihkan kredibilitas kebijakan moneter, dan itu sangat penting."
Pascakebijakan tersebut, lira menguat menjadi 6,01 terhadap USD. Sebelumnya, mata uang Turki tersebut berada di level 6,4176 per USD. Selama setahun ini, lira telah kehilangan 40% nilainya terhadap USD.
Dalam pidatoinya di depan konfederasi pedagang di Ankara, Erdogan mengatakan mulai saat ini tidak ada yang boleh melakukan bisnis dengan menggunakan mata uang asing, kecuali eksportir dan importir.
Senelumnya, Erdogan juga memerintahkan agar perjanjian jual maupun sewa properti dibuat menggunakan lira. Kebijakan itu mengakhiri penggunaan mata uang asing dalam bisnis properti di negara tersebut.
Di bagian lain, bank sentral Turki juga menaikkan bunga acuannya hingga 625 basis poin untuk mendongkrak nilai tukar lira. Bank sentral Turki menaikkan One-Week Repo Rate-nya menjadi 24%. Dengan langkah itu berarti Turki telah menaikkan bunga acuannya hingga 11,25% sejak akhir April lalu.
Langkah itu sekaligus menghilangkan kekhawatiran investor mengenai pengaruh Presiden Erdogan dalam kebijakan moneter negara tersebut. Seperti diketahui, Erdogan berulang kali menyuarakan penolakannya atas suku bunga tinggi.
Presiden Erdogan menilai kebijakan itu menyebabkan inflasi tinggi di Turki. Sementara, bank sentral menyatakan memburuknya perilaku harga menimbulkan risiko terbalik pada prospek inflasi, meskipun kondisi permintaan domestik melemah.
"Karena itu, Komite memutuskan untuk menerapkan kebijakan moneter yang ketat untuk menopang stabilitas harga," ungkap Komite Kebijakan Moneter Turki dalam pernyataannya seperri dilansir Reuters, Kamis (13/9/2018).
Dalam jajak pendapat yang digelar Reuters, sebanyak 11 ekonom memperkirakan bank sentra Turki akan mealakukan pengetatan, dengan prediksi kenaikan suku bunga berkisar antara 225-725 basis poin. Dengan pertimbangan bank sentral Turki harus menyeimbangkan kekhawatiran atas pelemahan lira dengan perlambatan ekonomi.
"Sangat menyenangkan untuk melihat akal sehat yang akhirnya menang," kata Aberdeen Standard Investments Head of Emerging Market Debt, Brett Diment. "Menaikkan (suku bunga) hari ini membuat Turki ada di jalan yang lambat untuk memulihkan kredibilitas kebijakan moneter, dan itu sangat penting."
Pascakebijakan tersebut, lira menguat menjadi 6,01 terhadap USD. Sebelumnya, mata uang Turki tersebut berada di level 6,4176 per USD. Selama setahun ini, lira telah kehilangan 40% nilainya terhadap USD.
(fjo)