Geser Merek Global, Merek Lokal Kini Menjadi Favorit di China

Kamis, 13 September 2018 - 22:41 WIB
Geser Merek Global,...
Geser Merek Global, Merek Lokal Kini Menjadi Favorit di China
A A A
SHANGHAI - Perusahaan jasa konsultasi bidang pemasaran dan merek, Prophet melansir bahwa merek-merek multinasional yang sebelumnya menjadi dambaan, kini kehilangan "daya magisnya" di China. Sekarang, masyarakat China tidak lagi menjadikan merek-merek global sebagai pilihan utama, mereka lebih menyukai merek-merek dari produk dalam negeri.

Mengutip dari Bloomberg, Kamis (13/9/2018), Prophet Brand Relevance Index melansir, saat ini 30 dari 50 merek favorit di China merupakan buatan lokal. Nama-nama seperti Apple, Nike dan Ikea sudah tergeser dari klasemen papan atas.

Prophet Brand Relevance Index mendata 10 merek paling favorit di China saat ini berturut-turut adalah Alipay, Android, WeChat, Huawei, Microsoft, Taobao, Intel, Meituan Dianping, QQ dan Tmall.

Alipay, operator pembayaran online yang dimiliki Alibaba Group Holding Ltd., menjadi pilihan utama warga China untuk transaksi. "Merek China berhasil memanfaatkan kedekatan dengan para pembeli di China. Ada ikatan emosional yang lebih kuat," ujar Catherine Lim, analis Bloomberg.

Keberhasilan merek lokal menggeser merek global menjadi perubahan signifikan bagi negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Dua tahun lalu, hanya 18 merek lokal yang mengisi daftar 50 merek paling favorit di China. Sekarang melonjak menjadi 30 nama lokal.

Survei tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan 13.000 konsumen di China terhadap merek yang inovatif, praktis, berfokus pada pelanggan dan inspiratif.

Leon Zhang, partner di Prophet sekaligus co-author dari China Brand Relevance Index mengatakan, pencapaian dari merek-merek lokal menjadi favorit karena keberhasilan si perusahaan membangun relevansi yang kuat dengan konsumen.

"Saya senang, tahun ini merek-merek lokal membuat kemajuan mencolok menjadi pilihan favorit di negara sendiri. Memang merek global masih memainkan peran utama untuk menginspirasi merek lokal. Tetapi pada akhirnya, pemahaman mendalam soal pelanggan membantu dalam memutuskan pelanggan untuk membeli," ujarnya seperti dikutip Market Insider, Kamis (13/9).

Selain pemahaman merek lokal terhadap pelanggan dalam negeri, konsumen China sekarang semakin menghargai inovasi dari produk buatan lokal. "Mereka (konsumen) kini semakin menghargai inovasi dari merek-mereknya sendiri," sambungnya.

Yang menarik dari merek-merek lokal tersebut adalah Meituan Dianping yang berhasil menembus 10 besar untuk pertama kalinya. Meituan merupakan platform pengiriman O2O (online-to-offline) yang menghubungkan lebih dari 240 juta konsumen dan 5 juta pedagang di China melalui beragam layanan dan produk e-commerce. Meituan memiliki tagline menarik "konsumen pertama, bisnis kedua, merek Amerika Serikat ketiga".

Hari ini, nilai kapitalisasi pasar Meituan mencapai USD4,2 miliar atau setara Rp62,08 triliun (kurs Rp14.781 per USD). Bloomberg menulis perusahaan ini berencana masuk ke bursa saham pada 20 September mendatang. Meituan telah menarik miliarder Hong Kong, Li Ka-shing untuk menanamkan uangnya di sana.

Lantas bagaimana dengan merek asal Amerika Serikat? Survei Prophet Brand Relevance Index mengatakan, salah satu merek utama asal Negeri Paman Sam, Apple sudah kehilangan daya pikatnya di China. Sebelumnya, China merupakan pasar terbesar kedua Apple setelah Amerika Serikat. Perusahaan yang berbasis di Palo Alto, California itu kalah dengan pesaing domestik seperti Huawei Technologies Co. dan Xiaomi Corp.

"Di kota-kota besar China, daya pikat merek asing sudah memudar. Konsumen semakin sadar bahwa banyak merek lokal yang bagus bermunculan dan lebih relevan," kata Benoit Garbe seorang partner di Prophet di Shanghai.

Beberapa merek besar global lainnya yang terpental dari pilihan konsumen China pada tahun ini diantaranya: Nike Inc. yang jatuh ke posisi 44, produsen mobil mewah BMW AG jatuh ke posisi 46, produk kosmetik Estee Lauder turun ke posisi 22. Dan yang paling parah, produk perabot rumah tangga Ikea asal Swedia yang pada tahun lalu berada di peringkat 4 harus terlempar ke urutan 30 saat ini.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2211 seconds (0.1#10.140)